Chapter I | Miracle

3.4K 363 124
                                    

Suara stabil dari monitor tanda vital pasien terdengar nyata memenuhi ruang intensif VIP tersebut. Di atas ranjang sana terbaring lemah seorang gadis cantik. Tubuhnya dipasangi oleh ventilator juga beragam kabel dan selang yang membantu menopang hidupnya.

Kerusakan di batang otak, benturan yang cukup keras di belakang kepala membuatnya mengalami koma sejak 5 tahun terakhir. Meski nyaris setengah dekade tak sadarkan diri tanpa harapan, namun pihak yang bertanggung jawab sama sekali tak berniat untuk menyetujui pencabutan alat bantu.

Gadis itu dibiarkan tetap hidup dengan segala usaha yang paling memungkinkan.

Malah semakin banyak pria dalam balutan jas hitam yang dikerahkan untuk menjaga ruangannya. Pengawalan siaga dinaikkan dua kali lipat setelah masa kritis yang ia lewati 3 bulan yang lalu.

"Gimana keadaannya?" Tanya seorang pria yang baru saja masuk.

Keanu, laki-laki di akhir usia 30-an itu datang bersama 3 orang lain yang mendampingi. Pria dengan rambut cepak rapi tersebut berjalan menuju ranjang si gadis. Ia merapikan kerah jasnya sambil menerima selembar kertas yang disodorkan salah seorang pria yang berjaga.

"Stabil, 5 menit yang lalu dokter baru menjalankan pemeriksaan tanda vital." Jawab bawahannya tersebut.

Keanu pun mengangguk-angguk sambil membaca sekilas kertas di tangannya. Tatapannya kemudian beralih. Sesaat ia berhenti mengunyah permen karetnya dengan wajah tertegun saat melihat pergerakan tangan.

"Is she just move?" Tanya Keanu memastikan sambil melirik pria di sampingnya.

Seperkian detik kemudian ia nyaris terkesiap saat melihat kedua kelopak mata gadis itu bergerak dengan jelas.

"Shit." Keanu buru-buru menekan tombol darurat untuk memanggil tenaga medis.

"Hey—are you hear me?" Tanyanya menstimulasi.

Seperti gema, gadis itu menangkap suara tipis yang bersahutan. Tak butuh waktu lama sampai matanya mengerjap lalu terbuka perlahan.

Ia menyipit, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke matanya. Sesaat kemudian tumpukan emosi saling tumpang tindih. Alam bawah sadarnya langsung memberikan alarm waspada begitu melihat banyak pria menyeramkan yang mengelilinginya.

Dengan usaha yang lemah, si gadis berusaha bergerak menjauh. Ia beringsut ketakutan, merasakan sinyal bahaya yang tiba-tiba muncul begitu saja. Perasaan asing namun familiar. Seperti tidur panjang dalam mimpi buruk, lalu bangun dan melihat monster dari mimpi buruknya di kehidupan nyata.

"Siapa kalian?" Tanyanya. Suaranya lemah dan parau, namun terdapat penekanan dari nada ucapannya.

Bukannya menjawab, Keanu justru melirik bawahannya lalu memerintahkan sesuatu. "Pasangin handcuffs."

Bersamaan dengan itu seorang dokter terlihat baru saja memasuki ruangan setelah tombol darurat ditekan beberapa saat yang lalu.

Gadis itu mencoba memberontak, namun ia tak bisa berbuat banyak saat borgol kabel ties di pasangkan di satu tangannya ke sisi tepian ranjang. Ia hanya bisa berteriak sambil mengeluarkan umpatan dengan mata yang nyaris berkaca.

"Siapa kalian, brengsek?! Lepasin gue sekarang, hiks hiks. Who the fuck are you?!" Teriaknya lemah namun histeris.

"Tenang, Isabel. Biar saya periksa kamu dulu," ucap sang dokter menenangkannya.

Namun tepat sesaat kemudian gadis yang dipanggil Isabel itu memaku. Teriakkannya berhenti hanya dalam seperkian detik.

"Who is Isabel?" Tanyanya gamang.

IrasionalWo Geschichten leben. Entdecke jetzt