"Elvano, Elvano! Tunggu sebentar!" Fadli berlari mengejar.

"Jangan tahan aku!" kata Elvano sambil melempar ikan yang ia tangkap kembali ke dalam lumpur.

"Bukan begitu―"

"Lepaskan!" Elvano menepis tangan Fadli dan memanjat pematang sawah, jelas ingin menangkap tunangannya yang 'berselingkuh'.

Fadli yang melihat orang itu akan pergi akhirnya berteriak, "Ada lintah di kakimu!"

Tubuh Elvano segera membatu. Kepalanya menoleh secara robotik dan bertanya, "Apa kamu bilang? Coba ulangi!"

"Ada lintah di kakimu! Tiga ekor!" Fadli benar-benar mengulang sembari menunjuk ke kaki Elvano.

Kali ini leher Elvano bergerak seperti robot rusak yang patah-patah. Menunduk, ia melihat ada tiga binatang licin yang menempel di betisnya, di mana tubuh gemuk mereka berkedut sehingga membuatnya merinding.

Tiga detik tenang, sebelum teriakan mengguncang bumi terdengar dari sana sehingga semua ikan di dalam kolam pun bersembunyi.

"Lepaskan benda menjijikkan ini dariku!" Elvano melompat-lompat, tapi lintah itu tidak kunjung lepas. Lemas, ia jatuh tak berdaya, hampir merayap seperti pejuang di medan perang yang berada di akhir hidupnya. Melihat Ametys dan Kahliya berdiri paling dekat, ia memohon, "Pahlawan, selamatkan aku!"

Alih-alih menolong, Ametys justru mengambil langkah mundur. Untungnya, yang lain tidak sekejam dia dan berlari dengan cepat untuk menolong Elvano.

"Ada apa? Apa yang terjadi?!" Katya yang cemas berusaha menarik Elvano, tapi tubuh pria itu kaku dan berat sehingga dia tidak sanggup mengangkatnya.

Fadli menyusul dari tengah sawah dan akhirnya berkata, "Tenang, jangan bergerak dulu. Aku akan melepaskannya!"

Elvano berbaring setengah miring seperti patung, wajahnya pucat dan ada keringat tipis di pangkal rambutnya. "Ssevat amhbhil vhinathang itshu!" mohonnya dengan putus ada dari sela gigi dan bibir yang terkatup.

Banyak orang yang berkumpul karena mengira ada hal besar yang terjadi, tapi setelah tahu ternyata itu hanya lintah, mereka terjebak dalam lega dan geli.

"Aku pikir dia baru saja ditikam seseorang," kata seorang paman yang dengan santai mengisap rokok daunnya.

Burhan juga mendekat saat mendengar teriakan Elvano. Melihat Fadli ada di sana, ia mendesak, "Lakukan dengan cepat!"

"Tunggu sebentar, lintahnya belum kenyang, jadi sulit menariknya," kata Fadli.

Elvano hampir pingsan ketika mendengar itu. Batinnya menjerit, bunuh saja aku!

Ametys akhirnya mendekat dan menyerahkan botol minuman yang dia bawa dari tadi pada Katya. "Tuang itu ke kakinya." Melihat mata yang lain penuh tanya, Ametys berkata, "Itu air garam dan cuka."

Katya pernah mendengar jika air garam bisa melepaskan gigitan lintah, jadi dia dengan cepat membuka tutup botol dan menuangkannya ke kaki Elvano sesuai instruksi Fadli. Tidak lama kemudian lintah itu akhirnya lepas dan segera dibunuh oleh yang lain, sebelum akhirnya Elvano sedikit lebih tenang.

Namun, melihat pria itu gemetar, jelas ia masih syok sehingga Burhan menyuruh mereka membawanya pulang lebih dulu.

Orang-orang desa sudah terbiasa dengan hal seperti itu, tapi bercontoh pada Elvano, beberapa wisatawan dengan cepat memeriksa kaki mereka sendiri. Benar saja, ada korban lain. Melihat itu, Ametys menyuruh Fadli memberikan air yang dia bawa kepada mereka. Jangan sampai karena hal ini, pengunjung ke desa mereka akan berkurang.

Di jalan pulang, Kahliya melirik Ametys dan diam-diam berpikir, jadi itulah sebabnya Ametys membawa botol air sejak awal. Gadis ini mungkin sudah menebak apa yang akan terjadi.

Syahdan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang