Elvano berhenti. Tidak ada bujukan? Hanya seperti itu saja? Apakah kamu tidak akan menunjukkan keramahan yang tulus sama sekali?!

Melihat ekspresi pria itu berubah kusam, tiga orang yang berdiri di samping diam-diam menahan tawa.

"Kalau kamu ingin ikut, pergi saja," kata Ametys akhirnya.

Elvano mendengkus. Tampang soknya benar-benar memancing orang lain untuk menendangnya ke dalam lumpur.

Kahliya menyenggol adik sepupunya yang akhirnya sadar dan berkata, "Ah, aku sebenarnya ingin makan ikan sore ini. Sayang sekali kamu tidak mau, kalau begitu haruskah aku meminta bantuan orang lain? Pria asing barusan sebenarnya cukup tampan, dia tidak akan menolak, bukan?"

Leher Elvano berputar cepat. "Kamu ingin makan ikan?" tanyanya.

"Ya. Tapi kamu―"

"Karena kamu memintanya, aku akan menangkapnya dengan enggan." Mulutnya berkata begitu, tapi gerakannya bahkan lebih cepat saat dia turun ke sawah setelah melepas sepatu.

"Oke, terima kasih~" Katya berkata dengan senyum lebar. Begitu yang lain berbalik, Katya bergumam sambil bersedekap, "Untung kamu tampan."

Dari tengah sawah, ketiganya kemudian samar-samar mendengar Fadli bertanya kenapa Elvano ikut turun. Yang terakhir memberi alasan jika tunangannya ingin makan ikan, jadi dia harus melakukan yang terbaik untuk menangkapnya.

Fadli melirik ke arah ketiganya dan memandang Ametys, gadis itu kemudian memberi isyarat dengan tangannya. "Kalau begitu aku akan mengajarimu caranya―"

"Tidak perlu!" sela Elvano. "Apa susahnya hanya menangkap ikan ini?"

Nyatanya, itu sangat susah, setidaknya bagi Elvano. Di lima menit pertama, seekor ikan lolos dari tangannya. Di menit ke sepuluh, Elvano hampir terpeleset ketika ikan lewat di bawah kakinya. Di menit ke lima belas, Elvano benar-benar terpeleset karena kehilangan pijakan. Bahkan sampai menit ke tiga puluh, pria itu sebenarnya belum berhasil.

Melihat orang lain sudah memanen ikan mujair, ikan nila, bahkan kijing, Elvano tidak menyerah. Semua binatang itu tidak bisa meruntuhkan harga dirinya, jadi apa pun yang terjadi, binatang ini tetap harus masuk ke perutnya nanti malam!

Katya yang sudah bosan akhirnya pergi ke tempat lain untuk melihat, sementara Ametys yang masih berdiri bersama Kahliya juga dibuat terdiam oleh kegigihan Elvano.

"Seharusnya aku tidak menyebutnya imut, orang ini jelas bodoh." Ametys merasa tidak enak telah menyalahgunakan kata imut untuk menggambarkan Elvano.

"Biarkan saja dia bersenang-senang." Kahliya menanggapi.

Apa lagi yang bisa Ametys katakan. Gadis itu menghela napas dan berkomentar, "Benar-benar kotaan."

Kahliya tertawa dan bertanya, "Kamu tidak ingin ikut dengan mereka?"

Ametys menggelengkan kepala dengan mata memandang ke kejauhan, seolah sedang bernostalgia akan sesuatu.

"Aku berhasil mendapatkannya!" seruan Elvano menarik perhatian dua orang itu.

Ametys melihat Elvano sedang mengangkat ikan mujair yang berhasil ia tangkap dengan bangga. Jadi untuk menghibur pria itu, dia dengan murah hati bertepuk tangan tiga kali.

Tapi, alih-alih senang, mengapa ekspresi Elvano justru marah?

Ametys bingung saat melihat Elvano bergegas ke arah mereka, sampai kemudian Kahliya memberi isyarat. Ametys melihat ke sisi itu dan tidak bisa tidak berdecak. Katya sebenarnya sedang berbicara dan tertawa bersama bule yang sebelumnya ikut bermain bersama yang lain, bahkan memuji karena pria berambut pirang itu berhasil menangkap sebuah ikan yang besar.

Syahdan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang