11. a silly morning

Start from the beginning
                                    

***

Jeonghan masih tertidur lelap saat Seungcheol bangun pagi itu. Dengan hati-hati, Seungcheol memindahkan kepala Jeonghan yang berbantalkan lengannya dengan bantal sungguhan. Ia kemudian beringsut keluar masih dengan mengendap-endap, perutnya begitu lapar mengingat makan malamnya semalam hanyalah bubur.

Ia ingin keluar untuk membeli makanan, tapi takut terlalu lama dan Jeonghan lebih dulu bangun saat ia kembali. Ia teringat Jisoo membawakannya satu kantung belanjaan yang tidak sempat dibongkarnya semalam dan hanya dimasukkannya ke lemari es.

"Di apartemen sepertinya tidak ada makanan karena aku dan Jeonghan harusnya belanja pada hari kecelakaan itu. Aku belikan beberapa bahan makanan, siapa tahu kau kelaparan nanti malam," kata Jisoo setelah meletakkan kantung plastik itu di dalam mobil Seungcheol. Diliriknya Jeonghan yang masih merengut di kursi penumpang karena Jisoo menyuruhnya pulang bersama Seungcheol, tanpa dirinya.

Seungcheol langsung mengambil kantung plastik itu. Membongkar isinya dan menemukan beberapa buah potong, dua kemasan bacon ukuran 500 gr dan sekotak telur. Ia kemudian mengambil pan untuk memanggang bacon dan membuat omelette. Ia juga menemukan satu bungkus roti tawar di kabinet Jeonghan yang masih belum dibuka.

Kegiatan ini mengingatkannya pada masa-masa hubungan mereka masih baik-baik saja dulu. Ditambah apa yang terjadi semalam, bukankah Seungcheol telah melakukan satu lagi langkah besar untuk memperbaiki hubungannya kali ini?

Semalam Sungcheol membaringkan Jeonghan di ranjang, namun Jeonghan masih saja enggan melepaskan pegangannya. "Jangan pergi," kata Jeonghan.

"Aku di sini, Han. Aku tidak pergi ke mana-mana. Lepas dulu."

"Aku takut sekali, Cheol. Aku takut sekali."

"Takut apa?"

Seungcheol menatap mata itu, mencoba mencari tahu. Selama ia menunggu jawaban, Jeonghan memang balas menatap, tapi kemudian menggeleng. Tangan itu semakin erat menarik Seungcheol ke arahnya. Seungcheol pun mengalah, ia berbaring di sebelah Jeonghan dan menarik tubuh yang lebih kecil itu dalam dekapannya.

Sementara bibirnya menyenandungkan lagu pengantar tidur yang menenangkan. Tak butuh waktu lama sampai pria itu terlelap. Sisa-sisa air mata masih menghiasi kelopaknya, dan Seungcheol mengangkat ibu jari untuk menghapusnya. Dengan jarak sedekat ini, Seungcheol juga bisa merasakan perut Jeonghan yang mulai sedikit menyembul menyentuh tubuhnya. Tangannya yang semula sibuk menghapus sisa air mata di wajah Jeonghan kini beranjak turun. Bolehkah? Tapi tangan itu tertahan, sebab rasanya tidak adil jika ia menyentuhnya dalam keadaan Jeonghan tak sadar seperti ini. Seungcheol tidak berhak lancang setelah semua perbuatannya.

Tangannya kini beralih untuk menepuk-nepuk pelan punggung Jeonghan. Seungcheol tidak bisa tidur—bukan hanya karena ia bisa kembali memutus jarak antara ia dengan Jeonghan. Pikirannya sibuk menerka apa yang sebenarnya Jeonghan sembunyikan darinya. Apa yang membuat Jeonghan begitu keras mendorongnya menjauh.

Seungcheol memikirkan Jeonghan dan lipatan masa lalu yang juga membuatnya ingin meninggalkannya jauh di belakang. Ada sesuatu yang membuat Jeonghan menangis dan sakit kala itu, dan itu bukan hanya karena putus cinta. Ada sesuatu yang disembunyikan Jeonghan hingga semesta pun sulit mengungkapkannya. Jeonghan tak pernah lagi terlibat sesuatu yang berhubungan dengan romansa sejak saat itu. Bahkan dengan perhatian-perhatian yang Seungcheol berikan pun, Jeonghan seolah menutup mata, atau barangkali menolak menyadarinya. Bertahan dalam hubungan platonik seperti hidupnya hanya bergantung pada hal itu.

Dan Seungcheol jadi benci pada dirinya karena tidak menyadari atau bahkan menanyakan itu selama bertahun-tahun kemudian.

Lamunan Seungcheol buyar ketika ia mendengar kenop pintu yang dibuka. Ia buru-buru berlari ke sumber suara dan menemukan Jeonghan yang terburu-buru masuk ke kamar mandi. Seungcheol panik melihat wajah Jeonghan yang sedikit pucat seperti menahan sesuatu. Ia takut Jeonghan mual atau pusing, karena bagaimanapun pria itu baru saja keluar dari rumah sakit kemarin.

FlowerWhere stories live. Discover now