25 | Twenty Five

5.4K 637 13
                                    

     "Masih mau diemin Mama?"

     Jeneva menoleh ke sofa besar di ruang tengah di mana Maya sedang menonton televisi sambil memakai masker wajah. "Biasa aja," jawab Jeneva selagi menuang air di meja makan.

     "Yakin?" tanya Maya tanpa beralih dari televisi. Wanita itu sadar betul Jeneva baru pulang, tetapi ia tidak ingin mempermasalahkannya karena ada hal yang ingin ia minta dari Jeneva pagi ini.

     "Hmm," gumam Jeneva yang meneguk air mineral.

     "Nanti malam bisa temani Mama makan malam di rumah Oliver?"

     Nama Oliver adalah nama yang ingin Jeneva dengar hari ini dan ibunya semakin merusak harinya dengan menyebut nama Oliver. Apalagi menyuruhnya datang ke rumah pria itu. Tidak akan.

     "Nggak bisa, Ma. Toko lagi ramai," Jeneva beralasan. 

     "Yakin? Ada Ganesh juga sepertinya. Kamu nggak mau temu kangen?"

     Dan bertemu Ayesha juga di sana? Tentu saja tidak. "Yakin," jawab Jeneva tegas.

     "But, actually, you should come."

     "And why is that?"

     "Karena C-Class dan Mini kamu lagi Mama servis semuanya hari ini dan selesainya besok. Sisa Camry kamu. Jadi harus pergi sama kamu, bukan?"

    Jeneva berdecak malas. Maya pasti sengaja menyervis dua mobilnya supaya Jeneva mengantarnya. Peraturan mutlak Jeneva adalah ia tidak mengizinkan siapa pun selain dirinya dan Pak Ardi--supir pribadinya--untuk menggunakan Camry tua itu sendiri dan peraturan ini juga berlaku bagi ibunya. Mau tidak mau, jika Jeneva tidak masuk ke dalam rumah Oliver, maka setidaknya Jeneva masuk ke pekarangan rumah Oliver.

     "Gimana? Atau Mama naik taksi online?" pancing Maya yang tahu sekesal-kesalnya Jeneva, anaknya itu tidak akan membiarkan dirinya naik taksi online.

     Tarikan napas Jeneva begitu panjang. "Aku sama Pak Ardi hanya akan mengantar Mama aja. That's it. Deal?"

     Maya tersenyum lebar. "Deal."

     "You can't force me to have dinner with you and the Asvathama family. Deal?"

     "Sure." Maya mengangkat ibu jari tangannya.

     "Anything else? Aku mau mandi, Ma."

     "Ada." Maya bangkit dari kursi kemudian menghampiri Jeneva di kitchen island dan berdiri di seberang anaknya. "Makan malam di mana sama Oliver waktu itu?" 

     Maya menaikturunkan kedua alisnya dan Jeneva semakin malas menghadapi ibunya.

     "Kok Mama tahu?" tanya Jeneva sebelum meneguk airnya lagi.

     "Tahu lah. Kamu jatuh di atas Oliver dan hampir ciuman juga Mama tahu."

     Jeneva menyemburkan airnya dan terbatuk-batuk karena tersedak. Maya tertawa lalu menyerahkan selembar tisu kepada anaknya. "Hati-hati, Jen."

     "He told the story to you?" Jeneva akan menjambak Oliver setelah ini!

     "No. Mama lihat kalian dari hallway. Kenapa, sih? Takut banget ketahuan kayaknya. Takut dijodohin, ya?" 

     Sejak kapan ibunya berubah jadi kompor yang panas? Jeneva tidak tahu.

     "Aku mending nggak pernah nikah sekalian daripada nikah sama Oliver." 

     Maya tertawa. "Hati-hati, Jen. Biasanya hal yang kamu takutkan adalah hal yang terjadi."

***

Ride Off Into Your Sunset | The Golden Shelf #2Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz