Part 21: Time Out

744 60 16
                                    

"Jadi, informasi apa yang kau dapatkan dari interogasi itu?" Tanya Seokjin segera ketika Jungkook akhirnya bergabung bersama mereka.

"Tidak ada bukti jika si pelaku terlibat dengan intel. Tapi, kami memiliki petunjuk mengenai orang yang mempekerjakan mereka. Aku sudah meminta salah satu polisi untuk mengambil laptop yang mereka gunakan untuk bertransaksi, benda itu seharusnya membawa kita langsung kepada si pelaku."

Bagus. Setidaknya mereka punya kabar baik.

"Persis seperti dugaan Seokjin," kata Namjoon memberitahu.

Fokus Jungkook beralih pada Seokjin, "Katakan padaku."

Dan, Seokjin mengatakan segalanya. Memberitahu Jungkook bagaimana dia tidak begitu yakin bahwa kasus ini ada hubungannya dengan intel. Sebaliknya, kasus ini lebih berkaitan dengan Kanfast. Perusahaan yang dibangun oleh Hoseok dan Namjoon dari titik nol.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di dunia bisnis, beberapa orang akan melakukan apa saja untuk saling menjatuhkan dan mengambil keuntungan untuk diri mereka sendiri.

Terdengar seseorang mengetuk pintu. Seokjin sama sekali tidak terkejut saat melihat kakaknya melangkah masuk. Hoseok menatapnya, lalu beralih menatap Namjoon.

"Jadi, apa kau sudah menyelesaikan omong kosong itu?" Tanya Hoseok ingin tahu saat tatapannya tertuju pada Namjoon.

Sebelum Namjoon sempat berbicara, Jungkook lebih dulu menjawab. "Tentu saja, Hoseok. Mereka sudah menyelesaikannya. Percayalah padaku. Aku bahkan melihat mereka berpelukan."

"Benarkah? Hanya berpelukan?" Tanya Hoseok tak percaya.

"Hoseok!" Dengan wajah memerah, Seokjin memperingatinya. "Fokus pada kasus!"

Hoseok mengangkat kedua tangannya, "Oke, oke." Katanya menyerah. Tidak ingin melihat adiknya kembali murka.

Namjoon mengambil langkah ke arah Hoseok, "Hoseok, kemarin malam apa kau menggunakan komputerku?"

"Ya," Hoseok mengerutkan kening pada Namjoon. "Bukankah kau ada di sana saat aku menggunakannya. Kau menerobos masuk dan menodongkan pistol padaku. Lalu adikku tertembak di sana. Kenapa kau bisa lupa?"

Namjoon menggelengkan kepalanya dengan tidak sabar. "Tidak, tapi setelah kejadian itu. Setelah kita meninggalkan rumah sakit dan berpisah, apakah kau kembali mengakses komputerku?"

"Tidak. Aku tidak kembali ke kantor. Aku menghubungi beberapa koneksi."

Jungkook memandanganya dengan ekspresi ragu dan tidak yakin. Membuat Hoseok agak tersinggung.

"Hei Jungkook, dengar. Aku juga memiliki koneksi." Gumam Hoseok saat dia melihat ekspresi ragu Jungkook. "Kau dan Namjoon bukan satu-satunya yang memiliki koneksi. Aku mengerti bahwa koneksi yang kumiliki mungkin tidak sekeren kalian, tapi─"

"Jadi, kau benar-benar tidak mengakses komputerku lagi?" Kali ini, suaranya terdengar tegang.

Hoseok berdecak, "Namjoon, aku mengerti bahwa kepalamu terbentur," Tukasnya memahami. "Jadi aku akan mengulanginya, dan tidak. Aku tidak menggunakan komputermu lagi saat kita berpisah di rumah sakit."

"Berarti, itu orang lain." Gumam Seokjin.

"Seseorang telah meretas komputerku. Aku mendapatkan notifikasinya diponselku tepat sebelum ledakan itu terjadi. Dan hanya aku satu-satunya orang yang memiliki notifikasi tersebut. Jika saja aku mati dalam ledakan itu, maka tidak akan ada yang tahu bahwa seseorang telah mencuri file-file kita, Hoseok."

Seokjin meraih tangan Namjoon untuk dia genggam. Namjoon balas menggenggamnya, meremasnya pelan tanpa menatapnya. Kejadian mengerikan itu tentu tidak akan bisa dia lupakan dengan mudah. Dia sangat bersyukur bahwa mereka baik-baik saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet Chaos | NamJinWhere stories live. Discover now