Part 16: Take it Futher

807 111 11
                                    

∞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seokjin tersentak ketika Namjoon membawanya ke dalam pelukan dan tidak sengaja mengenai luka jahitannya.

Namjoon menegang dan melepaskan Seokjin, "Maaf. Maafkan aku." Katanya, dengan khawatir memerhatikan wajah Seokjin. "Apakah aku menyakitimu?"

Seokjin terdiam. Termenung.

Membuat Namjoon semakin khawatir, "Seokjin?"

Seokjin mengerjap pelan, "Hmm., aku tidak tahu. Beri aku beberapa menit untuk berpikir."

"Seokjin..."

Perlahan, Seokjin mendongak. Ya."

Hati Namjoon berdenyut nyeri. Mengapa dia selalu menjadi bajingan ketika bersama Seokjin─

"Rasanya menyakitkan, kau tahu? Pada hari ulang tahunku, saat aku berpikir kau tidak menginginkanku. Kita baru saja bertemu dan itu seharusnya sama sekali tidak penting, kan? Tetapi entah mengapa aku berpikir itu sangat penting. Dan aku tidak bisa melupakan kata-katamu."

Namjoon menggeleng. Saat itu dia tidak bermaksud untuk─

"Dan rasanya menyakitkan bagiku karena aku harus berpura-pura─selama bertahun-tahun, bahwa kau tidak penting bagiku, dan aku harus bersikap seperti orang asing kepadamu."

"Kita bukan orang asing," Bisik Namjoon.

"Rasanya menyakitkan karena aku harus terus menerus menyimpan rahasia," Seokjin terus melanjutkan.

"Rahasia?" Namjoon mengerjap. "Rahasia apa?"

"Bahwa setiap kali kita bertemu─di setiap pesta, maupun pertemuan..." Seokjin menggedikkan bahu. "Aku selalu ingin dekat denganmu."

Aku pun merasakan hal yang sama Seokjin. Menjaga jarak darimu rasanya seperti di neraka.

Namjoon menelan ludah, "Dan kenapa kau tidak mengatakan apa pun sebelumnya?"

"Dan kenapa kau tidak melakukannya juga?" Seokjin balik bertanya.

Persetan. Karena Namjoon takut jika Seokjin tidak menginginkannya. Dia takut akan penolakan Seokjin. Karena Namjoon berpikir bahwa kehidupan Seokjin akan jauh lebih baik tanpa kehadirannya. "Yeah, karena aku sangat bodoh..." Gumam Namjoon mengakui.

Seokjin menghela napas lelah, lalu beringsut menuju kamar tidur yang pintunya sudah terbuka. Sejak tadi, kasur di dalam sana seakan terus memanggilnya. "Baiklah, Namjoon... ini hari yang panjang, dan aku ingin tidur."

"Oke."

Seokjin menoleh ke balik bahunya, kembali menatap Namjoon, "Temani aku?"

Dengan senang hati, Namjoon mengikuti Seokjin ke dalam sana.

Seokjin tersenyum puas ketika punggungnya menyentuh permukaan kasur yang lembut. Hampir memejamkan matanya, tetapi kembali tersadar saat dia merasakan debuman pelan di sampingnya. Namjoon.

Sweet Chaos | NamJinWhere stories live. Discover now