7| Perkelahian

61 66 30
                                    

"Dua kelompok pelajar terlibat aksi tauran di jln Pratabudi blok 5, entah apa yang menjadi penyebab aksi tauran tersebut. Namun dalam peristiwa ini, sejumlah pelajar mengalami cedera dan langsung di larikan ke rumah sakit. Aksi mencekam ini, terjadi pada selasa dini hari. Di duga para pelajar ini sebelumnya telah melakukan janjian di media sosial dan mereka melakukan aksinya itu dengan cara saling kejar dan saling serang menggunakan senjata tajam dan sebilah kayu. Warga yang resah segera membubarkan aksi tauran tersebut. Kini polisi tengah mengamankan 2 orang pelajar yang terlibat aksi tauran. Polisi menghimbau kepada pihak sekolah dan para orang tua agar lebih mengawasi anak-anak mereka agar tidak terhasut untuk mengikuti ajakan tauran"

Berita yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi nasional itu sontak membuat perasaan Thareq khawatir. Laki-laki itu dengan cepat mematikan televisinya.

Brakk...

Pintu yang di buka keras oleh seseorang itu mengagetkan Thareq yang tengah melamun.

"Thareq tolong jangan kasih tahu ibu kalau gue ada di sini"

Ucap orang itu yang ternyata adalah Raynald. Namun kondisi laki-laki itu terlihat buruk, memar dan darah yang kering terlihat di beberapa bagian tubuhnya.

"Ck kebiasaan"

Sementara Thareq sudah muak dengan kelakuan sepupunya. Laki-laki satu itu memang sudah biasa tinggal di rumahnya untuk sementara waktu demi menghindari amukan ibunya. Sementara ayah biologis dari laki-laki itu, sama sekali tidak peduli padanya dan ibunya sejak Raynald masih kecil. Laki-laki bajingan itu sama sekali tidak bertanggung jawab pada istri dan anaknya. Dia meninggalkan mereka berdua dan lebih memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya di kota. Alhasil ibunya Raynald harus membesarkan putranya seorang diri. Karena kesibukannya demi menghidupi keluarga, Raynald sejak kecil kurang mendapatkan perhatian sehingga anak laki-laki itu tumbuh menjadi anak yang nakal di kemudian hari.

"Nah"

Thareq menyodorkan sebuah kotak P3k kepada Raynald yang saat ini tengah terbaring lemah di kursi sofa.
Namun Raynald ternyata sudah tertidur pulas. Karena merasa kasihan, akhirnya Thareq sendiri lah yang mengobati luka milik sepupunya itu.

"Akan gue balas apa yang telah lo lakuin ke dia"

Raynald mengigau dan suaranya terdengar dengan jelas di telinga Thareq.

"Karena lo, gue jadi kehilangan orang yang gue sayang"

Thareq tahu apa yang di maksud oleh Raynald. Dendam di masa lalu itu memang sulit untuk di hilangkan. Tangannya dia ulurkan untuk memegang dahi Raynald. Dan benar saja seperti di pikirannya bahwa laki-laki itu tengah demam. Mungkin itu juga yang membuatnya meracau tidak jelas.

Thareq segera mengambil air hangat, lalu dia celupkan handuk berwarna putih itu kemudian handuk itu dia tempelkan di dahi sepupunya. Saat tengah mengompres Raynald tiba-tiba dering handphonenya menghentikan aktivitasnya. Thareq segera mengecek handphone miliknya sebentar, terlihat satu panggilan masuk di handphone miliknya namun dia terlihat ragu untuk mengetuk panggilan tersebut. Untuk memastikan, dia lihat Raynald terlebih dahulu apakah laki-laki itu terbangun atau tidak. Namun untungnya laki-laki itu tidak terbangun.

Panggilan seluler itu mati, namun beberapa saat kemudian di susul oleh panggilan berikutnya dari nomor yang sama. Kali ini Thareq menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum Thareq, apakah di sana ada Raynald"

"Wa'alaikumsalam"

Thareq berpikir keras. Dia tidak ingin membohongi saudara kandung ibunya itu, namun pesan sepupunya untuk tidak memberi tahu tantenya juga tidak bisa dia bocorkan.

"Tante tahu pasti Raynald ada di sana dan saat ini tante juga tengah berada di rumah kamu"

Thareq menelan ludah, bagaimana tantenya bisa tahu. Sedangkan selama ini tantenya tidak pernah mencurigai rumahnya.

"Buka pintu kamar kamu"

Thareq mengalihkan pandangannya ke pintu kamarnya. Dia bingung harus melakukan apa. Pada akhirnya dia meyakinkan dirinya, mungkin ini yang terbaik bagi Raynald. Lagi pula, tantenya juga perlu tahu keadaan anaknya.

Thareq membuka pintu kamarnya yang sebelumnya terkunci. Selama ini memang Raynald memiliki kunci cadangan kamarnya, karena itu lah laki-laki itu dengan mudah bisa keluar masuk kamarnya. Thareq memang sengaja memberikan kunci cadangan kamarnya kepada sepupunya untuk menghindari hal-hal seperti saat ini. Benar saja, saat Thareq membuka pintu kamarnya, di luar sudah ada tante dan ibunya yang tengah menunggunya membukakan pintu.

"Mana Raynald"

Tantenya segera masuk ke kamarnya. Melihat sang anak yang terluka parah membuat amarahnya redam tergantikan dengan perasaan khawatir akan kondisi sang anak. Tantenya yang bernama Lana itu segera membawa Raynald ke pelukannya. Memeluk erat anak laki-laki yang memiliki luka lebam di sekujur tubuhnya.

"Mama"

Raynald yang terbangun sontak kaget mendapati ibunya yang saat ini tengah berada di sebelahnya.

"Kenapa?"

Wanita paruh baya itu berkata lirih. Netra keduanya bertemu. Mata itu sama persis dengan mata yang dia miliki. Bagaimana tidak, karena dia ibu dan Raynald anaknya. Namun kali ini mata itu tidak seperti biasanya, kali ini mata yang biasa menatap teduh itu menampakkan semburat kesedihan yang mulai terlihat jelas seiring keluarnya sebulir tetes air mata.

"Ayo kita pulang nak"

Ibunya kembali memeluknya, sedangkan Raynald tidak menjawab sepatah kata. Laki-laki itu terenyuh. Tatapan matanya sendu, untuk waktu yang lama dia ingin tetap seperti saat ini memeluk ibunya erat hingga enggan untuk melepaskannya.

"Ayo kita pulang ke rumah yang sudah terlanjur berantakan, namun kali ini mama berjanji akan menatanya agar kau nyaman"

Tapi itu bukan tentang rumah. Ibu dan anak itu saling memeluk erat. Raynald tidak peduli akan seberapa sakit yang dia rasakan saat ini, karena nyatanya luka lebam itu tidak seberapa dengan sakit yang dia rasakan bertahun-tahun lamanya. Sayangnya hal itu kini terlanjur meninggalkan bekas yang sulit untuk terobati.

ThareqWhere stories live. Discover now