53; Kacau

4.4K 622 367
                                    

main pair udah adem ayem, jadi lupa masih ada tanggungan japan hega 🥰

btw vote part 51 lah, belom sampe 300 loh itu (per 9 juli 2023 pukul 3:08 pagi) 😠😠

***

Banyak makul sekelas, tinggal se-kosan, dan kerja paruh waktu bareng di Kafe Rinjani bikin Hega sama Jaffan hampir 24/7 ketemu terus. Sering banget si cowok leo sambat eneg tiap-tiap hari ketemu tampang anak sulungnya Bapak Haribawa dari mulai bangun siang —iya, kapan dia bangun pagi emang?— sampai mau tidur —nah ini baru pagi— lagi, tapi sekarang kalian bisa amati kalau perilaku itu mulai berkurang signifikan.

Jaffan masih sama, yang nampak bodo amatan dan bitchy sama orang lain, bedanya kini dia lebih banyak menanggapi tingkah polah Hega sekalipun normally dia bakal sensi. Hal itu ngga lain karena beberapa hari setelah mereka berantem, Hega mendadak approach dia dengan klaim membawa misi; menuju Jaffan Kalandra yang lebih ramah lingkungan— ya, kalian ngga salah, Hega bilang enviromental friendly seolah Jaffan itu sampah plastik yang lima ratus tahun aja ngga bisa terurai. Kata anak itu, tingkat ketidakpedulian Jaffan udah sama parahnya kaya isu pemanasan global kalau ngga segera ditangani.

Paris Agreement kan targetnya suhu bumi cuma meningkat ngga lebih dari 1,5° dan net zero, kalau lo . . . biar esnya mencair.” Es? Es apa, batin Jaffan waktu itu. Boro-boro minum es, orang dia aja pas lagi makan seblak. Tapi ya udah, Hega memaksa dia ngikutin apa maunya.

“Kunci bergaul sama orang itu, minimal senyum dan nyapa.” Pelajaran penting dari Hega, terus kapan pun dan di mana pun tiap mereka lagi berdua, si gemini bakalan nyenggol Jaffan sekalinya muka jutek nongol lagi. Alhasil, setelah seminggu lebih dipaksa out of character, Jaffan udah terbiasa ngelakuin itu tanpa ditabok sama Hega.

“Pagi, Kak Jaf!” Mulai banyak orang, terutama adik-adik tingkat yang berani nyapa dia. Padahal dulu pada saling tunjuk kalau ada urusan sama akang komting galak itu.

Dan hari ini, mungkin akan jadi kejutan paling besar yang Jaffan terima ketika dia temukan sebuah sticky note tertempel di pintu loker dengan pesan berbunyi:

Your smile is so sweet! I love this version of you and no one can tell me otherwise!’

Ngga ada inisial nama, pun bentuk tulisan tangannya ngga Jaffan kenali. Dia bener-bener clueless tentang siapa pemberi pesan itu dan apa maksudnya. Kan bisa aja, emang berniat memuji doang tapi malu, atau mungkin ngga sempat ngomong secara langsung, atau–

Cie, kayanya ada yang naksir lo, nih.” Hega muncul mendadak entah dari mana, mentang-mentang mereka ngga bareng kelasnya pagi tadi, terus anak itu kelayapan seenaknya. Padahal Jaffan berharap –dikit– dicariin. “Apaan, dah, paling cuma muji biasa.” Kertas berisi pesan anonim tadi ditaruh Jaffan ke loker bersamaan beberapa barangnya, terus dia tutup sebelum beralih ke Hega.

Ck, pantesan susah dapet pacar, orang kaga peka begini lo.” Alis Jaffan saling taut tanda ngga sepaham. Dia ulang ucapan Hega, kali ini dengan diselipi nada agak menyindir. “Siapa ngga peka? Gua?”

Dia tengok si gemini ngangguk kaya anak anjing, “Yakali kudu gue ulang ngomong apa tadi.”

Alright, terserah lo.” Jaffan angkat kedua tangan sebagai gestur pasrah sama semua tuduhan Hega, lanjut setelahnya jalan ngedahuluin remaja lebih tua setahun itu buat ke kantin. Sebuah seringai terbit kilas di bibir sang leo sewaktu dia ambil langkah menjauh. Telinganya denger ketukan sol sepatu yang mengekor dari belakang, dan sengaja dia nunduk tanpa aba-aba, ngebiarin lengan Hega lewat gitu aja di atas kepala sampai si gemini nyaris nyusruk.

[1] Mas Jaka | ft. NoRen (✓)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ