10; Bertahan

8.9K 1.1K 172
                                    

double update
karena aku udah janji,
semoga suka!

***

Bukan mau Jaka untuk datang ke tempat ini lagi sebelum waktunya. Terlebih dia dan tuan rumah juga belum lama udah ketemu. Meski masing-masing mereka sekarang tukar senyum, tapi siapa pun pasti sadar Jaka ngga bener-bener tulus dengan itu.

“Terima kasih, Bu, dan maaf juga karena saya mendadak minta janji temu.” Sosok wanita di depannya sekarang usianya udah lebih dari Mami, mungkin sepantaran kalau sama Papi. Namanya Martha, dan beliau ini adalah praktisi psikologis yang sejak dua tahun belakangan banyak jadi pendengar cerita dan keluhan Jaka.

Awalnya pun dia merasa hal-hal kaya begini itu berlebihan, bahwa dia ngga seputus asa itu sampai harus cari pendampingan profesional. Tapi lama-lama Jaka sadar, beberapa hal udah ada di luar kendali dia dan ngga bisa lagi diabaikan gitu aja.

“Bukan apa, Mas Jaka, saya di sini sama sekali tidak keberatan.” Senyum beliau sangat keibuan, bertahun-tahun pengalaman jadi terapis untuk beragam jenis pribadi buat beliau secara naluriah udah tau harus apa. “Saya justru senang kalau Mas Jaka semakin terbuka begini, karena kita nanti bisa lebih mudah maju sama-sama, oke?” Ucapnya kalem, tapi meyakinkan.

“Hari ini ada cerita apa yang mau Mas Jaka bagi?” Sambung beliau kemudian. Biasanya memang ngga mudah buat tiap kliennya mau langsung buka suara, jadi beliau akan sabar nunggu atau juga kasih kata-kata penenang misalnya si klien ternyata kelewat tegang. Dulu Jaka pertama ke sini justru biasa aja, karena dia masih bingung harus gimana soal konsultasi. Tapi makin ke sini, yang ada malah makin berat dia cerita seiring kompleksitas masalahnya juga bertambah.

Anu, begini . . . saya dijodohkan oleh orang tua dengan seseorang.” Buka dia, sejauh ini masih aman. “Usianya terpaut lumayan jauh, sekitar tujuh tahun di bawah saya, dan itu juga jadi salah satu keberatan untuk saya sebenarnya.” Bu Martha masih jaga senyum tipisnya seraya angguk pelan ke tiap kalimat Jaka sebagai tanda beliau mendengarkan saksama.

“Ada yang buat Mas Jaka bingung tentang itu?” Jaka diam sebentar, sebuah kata iya muncul besar banget di pikirannya, lengkap dengan aksen bold dan ukuran font ekstra gede. Soalnya memang banyak hal yang bikin dia resah tentang perjodohan ini. “Sayangnya banyak, Bu. Banyak sekali yang membuat saya bingung.”

Jaka cerita, mulai dari detik dia menolak, dan gimana setelahnya dia justru terpikirkan soal lari dari keluarga dengan menikah. Dia juga sampaikan pasal debat terakhirnya sama Papi tentang perlakuan pilih kasih yang dia terima; tentang sifat Radi yang ternyata jauh lebih sulit diterka; dan tentang dia yang terus aja berubah pikiran sampai sekali lagi bikin keputusan sepihak buat membatalkan perjodohan. Semuanya menuhin pikiran Jaka, bikin jadi ruwet dan awut-awutan.

“Dan saya juga capek sama diri sendiri. Kenapa setelah saya memutuskan untuk ngga berhubungan lagi, justru makin mudah saya temukan diri cari-cari kesempatan kontak dia.” Jaka paling ngga nyaman sama kenyataan ini. Dia bahkan ketemu Radi baru hitungan jari, tapi udah berapa kali dia nyaris kelepasan terlalu jujur di depan anak itu? Harusnya dia ngga bilang soal keinginan buat lari juga karena Radi pasti bakal berubah memandang dia sebagai orang jahat dan egois.

Parahnya lagi, berapa kali Jaka terima aja sewaktu Radi ngelewatin batas kaya pas cowok itu suruh dia pulang dan juga terima pemberian yang udah Jaka bilang ngga perlu?

Jaka ngga bisa kontrol itu semua dengan baik, makanya waktu terakhir dia hampir kelepasan tahan diri untuk ajak anak itu keluar, dia sadar kalau yang terjadi ini udah ngga beres.

Bu Martha naruh pena yang sepanjang Jaka cerita tadi dipakainya buat mencatat poin penting. Beliau ngga pernah berhenti senyum, jadi adem dan rasanya nyaman. “Mas Jaka, saya pernah cerita juga tentang ini, tapi mungkin akan saya ulang lagi,” Beliau tatap Jaka tepat di mata, sejujurnya prihatin dan miris juga karena laki-laki yang masih semuda itu dan masih di periode emas usianya justru harus berkali-kali masuk ke ruangan monoton ini demi agar hidupnya tenteram.

[1] Mas Jaka | ft. NoRen (✓)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora