1| Pertemuan

Mulai dari awal
                                    

Namun telat tanpa aba-aba balok kayu itu di ayunkan dengan kencang, seolah mengerti ada bahaya yang tengah mengintainya Thareq dengan lincah menghindari serangan lawan alhasil balok kayu itu malah mengenai temannya membuat darah berceceran karena mengenai kepala.

Pria itu gelisah, perasaan bersalah hinggap di dadanya. Tidak ingin mensia-siakan kesempatan Thareq segera menendang pria itu hingga tersungkur ke tanah.

"Urusan kita masih panjang"

Peringatan pria itu sebelum akhirnya mereka bertiga pergi dengan salah satunya membopong tubuh temannya yang sedang terluka parah.

Thareq hanya menanggapi nya dengan menaikkan satu alisnya lalu pergi mendekati gadis yang tengah berjongkok memegangi kakinya.

"Ayo gue antar lo pulang"

"Makasih, tapi gue bisa pulang sendiri"

"Dengan keadaan lo yang kaya gini, lo mau di kejar mereka lagi"

Gadis itu berpikir kembali. Benar apa yang laki - laki ini katakan apalagi dompet nya juga habis di copet oleh mereka dan tidak memungkinkan bila dia harus berjalan kaki dengan keadaan kakinya sakit seperti ini.

Thareq menghidupkan mesin motornya.

"Cepat naik"

Dengan perasaan ragu gadis itu akhirnya memutuskan menaiki jok motor milik Thareq. Sejujurnya dia tidak pernah berboncengan dengan laki-laki apalagi yang belum di kenalnya seperti ini.

"Alamat lo di mana"

"Jln budiasih"

Setelah mendapatkan alamat gadis itu Thareq segera melajukan motornya ke alamat tujuannya.

Selama dalam perjalanan mereka berdua hanya saling diam tanpa ada yang berniat untuk berbicara. Karena merasa bosan dengan suasana yang canggung ini akhirnya Thareq memulai pembicaraan.

"Ngomong - ngomong nama lo siapa"

"Untuk apa"

"Hah"

Karena suara bising dari kendaraan lainnya yang melaju di jalanan membuat Thareq tidak mendengar dengan jelas perkataan gadis itu.

"Untuk apa lo perlu tahu nama gue"

"Ya gue cuman sekedar pengen tahu dan siapa tahu suatu hari nanti nama lo bakalan gue sebutin di pelaminan"

"Dih ngarep"

"Siapa tahu, ingat ya bila perlu mending lo catat. Siapa tahu berarti kita berdua juga belum tahu kan kedepannya"

"Iya deh terserah lo"

"Lihat aja cepat atau lambat gue pasti bakalan tahu nama lo beserta nama lengkap lo dan nama orang tua lo"

"Gak kakek nenek gue juga sekalian"

"Ya bisa jadi"

Sedangkan gadis itu tidak bergeming sama sekali dia lebih memilih memalingkan wajahnya ke jalanan melihat pepohonan yang perlahan mulai tertinggal jauh di belakang.

Tanpa terasa motor yang mereka kendarai sudah sampai di tempat tujuan.

"Berhenti di sini"

Thareq mematikan mesin motornya di halaman rumah ber cat putih milik gadis itu. Rumah itu terlihat sederhana bahkan interior rumahnya masih seperti jaman dahulu. Rumah yang terlihat clasic dan elegan itu sepertinya menyimpan banyak kenangan pikir Thareq kala pertama kali melihat rumah gadis itu.

"Oh ya sekali lagi makasih"

Ucapan gadis itu hanya di balas anggukan kepala oleh Thareq.

"Eh ada tamu"

Perhatian mereka berdua teralihkan kepada wanita paruh baya yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Ada keperluan apa ya"

"Itu B-bu, dia yang nolongin eneng tadi"

Ucap gadis itu yang tampak gugup saat menjelaskannya kepada ibunya. Apa mungkin gadis itu takut di marahi? pikir thareq.

"Memangnya kamu kenapa neng"

"Neng abis di copet Bu"

"Astaghfirullahaladzim, makasih ya nak telah menolong anak saya"

Thareq hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Wanita itu tampak sangat mengkhawatirkan gadis itu terlihat dari raut wajahnya yang tengah cemas menatap putrinya.

"Tapi neng gak kenapa-napa ko bu"

Thareq tahu itu hanya lah pengalihan saja agar ibunya tidak khawatir dengan keadaannya. Padahal ia juga yang menjadi saksinya saat rambut gadis itu di jambak dengan kerasnya.

"Ya udah, yu ke rumah dulu kita makan bersama, pasti kamu juga belum makan kan"

Ibunya dengan ramah mempersilahkan Thareq untuk masuk sebagai tanda terimakasih karena telah menolong putrinya.

Thareq tampak ragu - ragu namun dia juga tidak enak hati jika menolak.
Hingga sampailah dia di sini duduk di meja makan yang sama bersama gadis itu dan ibunya.

"Oh ya kita belum sempat kenalan, siapa namamu nak?"

"Nama saya Thareq tante"

"Nama yang bagus, apakah kamu teman sekolahnya Shafina?"

Ibu gadis itu tersenyum ramah kepadanya dan Thareq pun membalas senyuman itu. Padahal biasanya dia malas menarik sudut bibirnya, namun bukan hal itu yang membuatnya tersenyum. Melainkan hal lain yakni kini dia tahu nama gadis itu tanpa harus susah payah mencari tahu.

"Bukan" Sebelum Thareq bersuara, gadis itu telah lebih dulu menjawabnya.

"Tetapi kalian tidak pacaran kan?"

"Tidak bu" ucap gadis bernama shafina lagi. Sekali lagi Thareq tidak di berikan kesempatan untuk menjawab.

"Bu bapak belum pulang?"

Thariq tahu itu hanyalah akal-akalan gadis itu agar ibunya tidak bertanya lebih banyak tentang dia dan dirinya.

"Masih di jalan"

Sekarang Thareq mengerti kenapa dia sejak tadi tidak melihat ayah dari gadis yang bernama Shafina itu.

Sementara waktu terus berjalan tanpa terasa dan langit pun sudah mulai berubah warna. Mentari sudah sejak tadi telah menenggelamkan dirinya di upuk barat.

"Tante saya pamit pulang dulu"

"Hati-hati di jalan nak"

"Iya tante"

Setelah pamitan, Thareq segera menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan rumah seorang gadis yang kini telah dia ketahui namanya. Gadis bernama Shafina itu berhasil membuat dirinya penasaran, hingga tanpa sadar hatinya menghangat, dengan detak jantung yang tidak beraturan sehingga mampu menciptakan senyuman manis yang tanpa disadari oleh pemiliknya.

/Eneng/ atau /Neng/ adalah panggilan untuk anak perempuan.

Hallo, makasih sudah baca cerita saya. Maaf jika masih ada typo yang bertebaran.


ThareqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang