BLACK TIGER : Win!?

167 20 0
                                    

Happy Reading!

Derap langkah kaki yang mengisi lorong itu menjadi ramai. Bagas dan Adika berpisah karena mereka yang sudah ketahuan dalam mengatur waktu bom. Adika melangkah begitu cepat, kaki jenjangnya terus melangkah dengan lorong yang berliku liku.

Sialnya Adika mendapatkan lorong yang salah di mana tempat itu buntu. Adika menghadap 3 orang yang mengejarnya dengan senjata api.

"Mainnya pake tangan kosong lah! Laki bukan?"

Mereka saling melemparkan pandangan. Akhirnya ucapan Adika di dengar dan Adika tersenyum kemenangan, jika seperti ini dia jadi leluasa menghajar mereka.

"Nah gitu dong! Kita mainnya lakian dikit, masa pake nya benda mulu."

"Berisik!"

Salah satu orang tersebut menghajar Adika, dengan sigap Adika menahan dengan tangannya setelah itu ia putar tangan musuhnya dan menendang perutnya.

"Nggak sia sia belajar silat sama cewek gue."

Akhirnya dia orang itu maju dengan cepat Adika menunduk agar mereka saling bertubrukkan. Ringisan terdengar dan kini Adika meninju wajahnya satu persatu.

"Sakit ya? Nanti jangan lupa di urut ya? Kasian banget, makannya jangan main main sama gue! Kalo gue pegang pisau emak gue mati kalian di sini," kata Adika yang melewati satu persatu orang tersebut jangan tinggalkan senjata.

"Pinjem ya?"

Adika pun meninggalkan mereka yang sedang kesakitan. Adika berlari untuk menemukan Bagas yang juga tengah di kejar, takut saja dia hanya tinggal nama.

"Semoga aja temen gue kagak napa napa, kasian nanti kalo mati muda."

☠︎☠︎☠︎

Bugh!!

Suara ricuh dari satu ruangan membuat semua barang berjatuhan. Raven dengan Gibran berkelahi di situ, keadaan mereka sudah terlihat buruk bagaimana sudut bibir milik Raven terus mengeluarkan darah, sedangkan Gibran memiliki luka di wajahnya.

Kini Raven terduduk dengan lemas. Gibran menatap Raven dengan senyuman kecil.

"Menyerahlah Raven! Serahkan temanku dan kau hidup dengan tenang di sini," kata Gibran.

Kini tubuh Raven tengah di seret oleh Fajar dan Juan. Raven terikat di kursinya bahkan mereka sibuk mencari sesuatu yang penting.

"Katakan dimana Tirta!!" marah Dean dengan menatap Raven penuh ketajaman.

Raven tetap diam, membuat semuanya kebingungan mencari ruangan itu. Kini Gibran memerintahkan mereka melingkar untuk merencanakan sesuatu.

"Beberapa orang tetap tinggal di sini, gue takut ada yang melepaskannya."

"Siapa?"

"Fajar, Dean dan Juan kalian tinggal di sini, biar gue dan Bian menuju Adika dan Bagas yang diluar sana," kata Gibran.

Dean menatap Gibran penuh. "Gue juga harus ikut!" katanya.

"Nggak bisa! Kita harus seperti ini Dean! Jangan banyak protes!" sahut Bian yang mulai kesal.

"Seterah kalian!"

Sampai akhirnya mereka akan mengikuti ucapan Gibran. Langkah kaki keduanya meninggalkan ruangan itu yang sunyi bahkan ke tiganya menatap Raven yang bungkam di sana.

MISSION BLACK TIGERWhere stories live. Discover now