BLACK TIGER : Hacker.

266 24 0
                                    

Happy Reading!

Plak!

Satu tamparan yang Lingga dapatkan membuat pipi kanannya terasa panas dan nyeri. Lingga pernah bilang jika geng ini tidak pernah ayahnya izinkan karena membuat Lingga menjadi pulang malam dan membuat Ayahnya berpikir negatif jika anaknya melakukan yang tidak tidak diluar sana.

Geng motor sudah pastinya di cap jelek bagi orang tua karena berita yang beredar di mana banyak anak motor yang merugikan warga, Lingga yakin jika tidak semua anak motor memiliki sifat jelek, ayahnya saja yang selalu memandang sebelah mata tentang gengnya.

"AYAH NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU PULANG SELARUT INI LINGGA!? AYAH BENAR BENAR BENCI SAMA GENG NGGAK JELAS KAYAK KAMU! LIAT ABANG KAMU! DIA UDAH BISA KERJA DI LUAR NEGERI, SEDANGKAN KAMU!?"

"MEMALUKAN!"

Seribu kata yang membuat Lingga sakit hati, abangnya memang sudah bisa pergi ke luar negeri sedangkan dirinya? Lingga mati matian untuk tidak membenci keluarganya.

Setelah ayahnya melemparkan semua perkataan itu dia meninggalkan Lingga yang masih bergeming di tempatnya berdiri, malam ini dia lagi lagi pulang jam 11 lewat tidak ada alasan lagi selain berdiskusi di sana atau tidak bercanda dan tertawa bareng dengan sahabatnya.

Lingga juga butuh tawa lepas, sebelum mengenal mereka Lingga benar benar tidak bisa bebas untuk berteman, Lingga di kekang untuk belajar dan menyusul kakaknya yang bisa lulus di luar negeri, sekarang Lingga mencoba mencari zona lain sampai akhirnya Lingga bertemu mereka.

Helaan nafas keluar begitu saja. Kakinya melangkah ke kamar untuk merebahkan dirinya, menatap atap kamar yang menjadi favorit Lingga jika sedang banyak pikiran.

"Maafin Lingga ya mah? Lingga gagal jadi penerus keluarga, tapi jujur Lingga juga udah capek mah, capek kalo Lingga di tuntut buat bisa seperti abang," monolognya dengan menatap langit kamar dengan tatapan kosong nya.

"Kamu boleh berteman tapi ayah mau kamu berteman sama orang yang sukses dan pintar ga, kayak abang kamu."

"GIMANA SIH!? MASA ULANGAN KAMU DAPAT 80!? LIAT ABANGMU!? DIA NILAINYA DI ATAS KAMU!?"

Ucapan ucapan masa lalu yang ia dengar membuat Lingga lagi lagi kepikiran. Hidupnya memang tidak sebagus apa yang mereka lihat, di limpahkan kekayaan bukan berarti dia bahagia bisa beli apa saja.

Ingat!

Keharmonisan keluarga tidak bisa di bayar dengan uang. Uang tidak memungkinkan dirimu bahagia.

Lingga meringis karena dirinya sendiri yang tidak boleh bahagia dengan caranya sendiri. Andaikan mamahnya masih di samping Lingga, dia akan mengadu kepada beliau dan mengatakan hidup terlalu percaya dengan bahunya.

"Siapa sih nggak lelah kayak gini? Katanya Tuhan tidak akan melebihi beban yang berat dan sesuai kapasitas orang itu, tapi ini terlalu besar..."

Brak!!

Suara gaduh dari luar balkon nya membuat Lingga terperanjat kaget akan suara yang besar itu, dengan cepat dia mengecek siapa yang menjadi pelaku nya.

Saat di buka ada seseorang yang meringis sambil memegang kakinya. "ADIKA!?" kaget Lingga yang membuat sang empu tidak menoleh sama sekali.

Kejadian itu sudah berlalu menit yang lalu kini mereka duduk di ranjang milik Lingga yang besar, Lingga tak henti henti menatap Adika yang sedang sibuk mengobati lukanya.

"Bodoh."

"Siapa?"

"Lu lah! Masa pot bunganya!?"

Sampai kini Adika menatap Lingga kesal. Lagian siapa sih yang tidak marah dengan orang yang mengendap endap malam malam seperti maling? Adika ini memang banyak pikiran anehnya, sudah cukup Lingga di buat sial oleh Adika tahun lalu.

MISSION BLACK TIGERWhere stories live. Discover now