Chapter 34

25 24 0
                                    

Beberapa minggu kemudian..

Semenjak hari itu, Alexa menjadi sangat pendiam. Dia tidak bekerja dan hanya terus berdiam diri di kamar. Dia tidak melakukan apapun selain duduk diam sambil melamun. Makan pun harus diambilkan dan disuapi, kalau tidak maka dia tidak akan makan. Intinya saat ini Alexa seperti mayat hidup.

POV ALLARD

Saat ini aku, Bella, dan nenek sedang berdiskusi di ruang tamu tentang sekolah Bella.

"Sebentar lagi Bella harus sekolah. Bella mau sekolah di mana, sayang?" tanya nenek.

"Bella mau sekolah yang deket sini aja," jawab Bella.

"Bukannya kamu pernah bilang mau sekolah di luar negeri?" tanyaku.

Bella menjawab dengan raut wajah murung. "Sekarang nggak memungkinkan buat Bella sekolah di luar negeri."

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Bella nggak mau ninggalin mommy sendiri di sini," jawabnya.

Aku mengelus kepalanya. "Mommy nggak sendiri di sini, ada daddy."

"Iya Bella, ada nenek juga di sini," timpal nenek.

Aku menggeleng. "Nggak, nenek ikut sama Bella. Harus ada yang jagain Bella di sana."

"Nggak. Nenek nggak bisa ninggalin Alexa saat keadaannya kayak gini," tolaknya.

"Jangan mengkhawatirkan Alexa, nek. Alexa tanggung jawab Allard," ujarku.

"Keputusan Bella masih sama. Bella bakalan sekolah di sini!" tegas Bella.

"Bella punya mimpi buat sekolah di luar negeri, kan?" tanyaku.

"Nggak apa-apa. Saat keadaan mommy udah lebih baik baru Bella pikirin lagi tentang sekolah di luar negeri. Lagian sekolah di sini juga nggak kalah bagus kok," jawabnya.

Aku mengangguk. "Yaudah kalo itu maunya Bella. Daddy bakal daftarin Bella di sekolah internasional yang deket dari sini."

Bella pun memeluk aku. "Makasih, daddy."

Aku membalas pelukannya. "Sama-sama, sayang. Daddy ke kamar dulu ya."

"Bella ikut," pinta Bella.

Aku menggeleng. "Izinin daddy bicara sama mommy berdua aja ya?"

Akhirnya Bella mengalah dan mengangguk.

"Good girl," pujiku sambil mengelus kepala Bella.

Setelah itu aku pergi ke kamar dan duduk di hadapan Alexa. Aku menggenggam tangan Alexa yang sangat kurus karena sejak kejadian itu, Alexa menjadi susah makan. Makan pun hanya sesendok atau dua sendok.

"Hei, sampe kapan kamu mau kayak gini?" tanyaku khawatir.

Tidak ada jawaban dari Alexa.

"Kami semua khawatir sama kamu," sambungku.

Alexa masih diam dengan tatapan kosongnya.

"Lupain semuanya ya? Anggap semua itu cuma mimpi," ucapku.

"Mimpi? Kamu minta aku untuk menganggap itu semua mimpi?! Aku nggak bisa ngelakuin itu, Allard!" balas Alexa marah.

"Terus sampe kapan kamu bakal kayak gini? Yang lain khawatir sama kesehatan kamu. Kamu bisa sakit kalo kayak gini terus, Alexa," kataku.

"Itu bagus. Bahkan lebih bagus lagi kalo aku langsung mati saja," jawabnya.

"Alexa!" bentakku.

Dia menatapku dengan tatapan tajam. "Apa?! Yang aku ucapin itu bener, Allard. Lebih baik aku mati aja bersama keluargaku yang lain."

Rahasia Keluargaku  ( END )Where stories live. Discover now