Chapter 1

272 235 15
                                    

"Alexa, bangun sayang."

Aku yang terusik karena suara tersebut, mulai membuka mata.

"Ayo bangun, nanti kamu terlambat kerja. Kamu bilang hari ini ada jadwal operasi, kan?"

"OH IYA!" Aku langsung bangun dan bergegas mandi.

Seseorang yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kakak tunggu di ruang makan sama kakek."

Ya, orang yang tadi membangunkanku adalah kakak laki-lakiku, Alvaro Sean Harrison. Dia sangat baik dan perhatian padaku.

Setelah selesai bersiap, aku turun ke bawah menghampiri kakek dan kakak yang sudah menungguku di ruang makan.

"Pagi kakek," sapaku sambil mencium pipinya.

"Pagi. Kamu begadang lagi ya?" tanya kakek yang sudah tahu jawabannya dengan jelas.

"Semalem keasikan baca buku," jawabku disertai kekehan.

"Jangan dibiasain kayak gitu dong, Al," kata kakak sambil memberikan sepotong roti yang sudah diolesi selai strawberry.

"Iya maaf, kak." Dengan senang hati, aku menerima roti yang sudah diolesi selai itu. "Oh iya nanti aku pulang terlambat ya, soalnya hari ini ada tiga jadwal operasi."

"Emang nggak ada orang lain? Harus banget kamu yang lakuin semuanya?" tanya kakak dengan tatapan tak suka.

Aku mengangkat kedua bahu acuh. "Nggak tau, aku cuma ikutin arahan dari atasan."

Terdengar helaan nafas dari sebelahku. "Kakek izinin kamu ambil kedokteran dulu karena kamu sampe mogok makan, tapi kalo ujung-ujungnya bikin kamu sakit juga buat apa."

Bagaskara Edric Harrison, pemilik perusahaan terbesar kedua di Indonesia, Harrison. Sosok kakek di luar sana sangat dikagumi karena ketegasannya. Kuakui kakek memang sangat tegas, apalagi terhadapku. Dia juga sangat posesif kepadaku, kakak juga. Yah walaupun aku tahu alasan mereka seperti ini.

"Aku bakal jaga kesehatan kok biar nggak sakit." Aku mempercepat kegiatan makanku dan langsung berpamitan pada mereka. "Aku berangkat dulu ya."

"Tunggu, kakak anter," ucap kak Alvaro yang sudah menyelesaikan makannya.

"Nggak usah. Aku jalan kaki aja," tolakku.

"Nggak ada penolakan!" Kak Alvaro bangkit dari kursinya dan mengambil kunci mobil.

Jalanan hari ini tidak terlalu macet, jadi aku bisa sampai di rumah sakit dalam waktu yang singkat.

"Masih pagi udah gelap aja tuh muka," ledek seseorang.

"Nggak usah cari ribut. Ini masih pagi, Devan," kesalku.

"Lagian masih pagi udah nggak enak aja muka kamu," sambungnya.

Aku menghiraukan kata-katanya dan pergi ke ruanganku.

"Pagi, nona Alexa," sapa asistenku yang sudah siap di ruanganku.

"Pagi Merry. Oh iya aku kan udah bilang ke kamu cukup panggil aku pake nama aja, nggak usah ada embel-embel nona. Terus nggak usah terlalu kaku sama aku. Pake bahasa santai aja," ujarku.

"Maaf nona, saya tidak bisa melakukan itu," tolaknya.

"Kakek cuma minta kamu buat jagain aku. Selebihnya terserah, jadi aku mau kamu panggil aku dengan nama," jelasku.

Dia pun menghela nafasnya pasrah. "Baiklah no—Alexa."

"Bagus. Aku harap nggak ada kata nona lagi dari mulutmu." Aku mulai melakukan pekerjaanku sebagai seorang dokter.

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang