bagian 6

71 43 5
                                    


Senja sudah berlalu dan dan bulan yang bulat sempurna sudah mulai menampakkan wujud yang cukup terang. Bunga masih bersandar di bahu ku tanpa ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya, dan melihat wajah bunga yang datar tanpa senyum, membuat ku merasa sangat bersalah.

Malam yang cerah telah tiba dengan cahaya bulan yang sempurna yang di temani oleh beribu bintang di angkasa. Dan satu persatu cahaya kunang-kunang berdatangan melengkapi kesempurnaan keindahan malam, asik ku melihat pemandangan yang menakjubkan ini, tanpa ku sadari bunga tak lagi bersandar di bahu ketika dia melihat hal yang menakjubkan yang berada di depan mata.

"Indahnya." Ucap bunga dengan mata yang berbinar binar, sungguh syaduh ku melihat tatapan bulat matanya sangat elok di pandang.

Bunga langsung berdiri, dengan senyuman dia berkata, "dawa temani aku ke bawa yuk, aku ingin melihat kunang kunang."
Aku hanya mengangguk dan lalu bunga memegang tanganku dan bergegas menarik ku pergi ke bawa.

Bunga berlari lari ke sana kemari seperti berdansa dansa bersama alam sekitar, di tengah kebun teh, di bawah terang bulan dan di temani kelap kelip cahaya kunang kunang nan indah, mata bunga berbinar syahdu di sertai senyuman yang melulu kan hati siapa saja ketika melihat hal yang menakjubkan yang berada di wajahnya.

"Memang lah indah, bulan bintang dan cahaya kelap kelip kunang kunang malam ini, namun itu semua tak sebanding dengan senyum di wajahmu." Ucapku dalam hati, sambil melihat bunga yang sedang asik kesana kemari menikmati keindahan alam.

"Dawa ayok kesini, ada yang mau ku tunjukkan ke kamu!" Panggil bunga, dan aku langsung menghampirinya.

"Apa?" ucapku dengan bahasa isyarat.

"Aku minta maaf ya atas kejadian kemarin," ucap bunga dengan bahasa isyarat.

"Kamu bisa bahasa isyarat?" Tanyaku yang terkejut melihatnya.

"Iya kemarin aku sibuk sekali belajar bahasa isyarat, sampai-sampai aku tak punya waktu untuk bermain," jelas bunga. 

Aku hanya terdiam dan jujur saat mendengar penjelasan dari bunga membuat ku sangat terkejut, ternyata dia lama tak ada kabar karena sibuk belajar bahasa isyarat, agar mudah berkomunikasi dengan diriku.

"Jadi mulai sekarang kamu tak usah repot menulis-nulis jika mau berbicara denganku," kata bunga.

"Hebat kamu, kamu bisa belajar dengan cepat," ucapku dengan bahasa isyarat

"Tidak juga, masih banyak yang belum ku mengerti," jawab bunga dengan bahasa isyarat.

"Jadi kayak mana, kamu mau maafin aku," sambung bunga.

"Aku yang salah, seharusnya aku yang meminta maaf," ucapku dengan bahasa isyarat.

"Baiklah, kalau begitu aku memaafkan kamu!" Canda bunga sambil ketawa.

Dan tiba-tiba tanpa kata bunga langsung memeluk tubuhku, membuat jantung terhenti sejenak untuk berdetak. Bulan dan bintang di sertai kelap kelip cahaya kunang-kunang, seperti menari bersama melihat akan kebahagiaan ku malam ini, dan waktu ku mohon jangan cepat berlalu.

"Maaf, aku hanya senang karena bisa baikan sama kamu," jelas bunga dengan malu.

"Iya tak apa," jawabku dengan bahasa isyarat.

"Oh iya, kamu tahu dari mana kalau aku di sini?" tanyaku.

"Nenek, aku tadi siang kerumah mu karena waktu aku ke tempat mu kerja kamu tidak ada, dan atasan mu bilang kamu tadi masuk hari ini," jelas bunga.

Kami lalu duduk di situ sambil bercerita ditemani kelap kelip cahaya kunang kunang. Waktu memang tak bisa di ajak kompromi, dengan tak terasa waktu berjalan begitu saja tanpa permisi, dan hari sebentar lagi akan larut malam.

"Aduh gawat sekarang jam 09:20," kata bunga yang kaget saat melihat jam di tangan.

Tak ingin bunga pulang kemalaman, aku langsung mengajak pergi untuk pulang, karena jarak yang di tempuh cukup jauh.

"Kamu kesini naik apa?" tanyaku.

"Mobil, kamu tak perlu repot-repot untuk mengantar ku aku bisa sendiri kok kamu langsung aja pulang," suruh bunga.

Sesampainya di mobil bunga langsung berpamitan untuk pulang duluan,  "dawa aku duluan ya."

Aku hanya mengangguk dan melihat mobilnya yang pergi perjalan meninggalkan ku. Sungguh malam yang indah, dan malam yang tidak akan pernah ku lupakan, di mana tatapannya yang syahdu dan indah senyumnya malam ini akan menjadi kenangangan yang tak terlupakan.

Aku juga bersyukur karena di malam ini hubungan ku dengan bunga kembali seperti biasanya, aku berharap kedepannya, aku akan menjadi sahabat yang terbaik dalam sepanjang hidupnya.

Saat aku ingin menaiki motor, aku melihat sebuah buku, aku langsung mengambil buku itu dan ku lihat, ternyata itu buku milik bunga, mungkin buku itu terjatuh dari tas bunga karena dia yang terburu buru. Setelah mengambil buku itu aku langsung bergegas pulang.

Sesampainya di rumah aku langsung pergi ke kamar, dan aku berbaring di kasur sambil memandangi buku bunga.

"sepertinya itu buku harian bunga," pikirku.

Aku penasaran dengan buku itu ingin rasanya membuka dan membaca isi dari dalam buku itu, namun tak sopan rasanya jika aku membuka dan membaca buku harian orang.

Terus ku penasaran, rasa keingintahuan tak dapat ku bendung lagi dan aku membuka buku harian itu dan membacanya, lembar demi lembar telah ku buka dan entah sudah berapa lembar yang sudah di singkap, aku terhenti di satu lembar yang membuatku penasaran.

****

"Malang 14 july 2016"

Dear diary...

"Sudah satu bulan lebih aku meninggalkan kota bandung, sering di landa kerinduan. Aku harus menuruti permintaan kedua orang tua ku, bukan tanpa alasan aku pindah ke kota malang ini, karena faktor kerjaan orang tua yang sering pindah-pindah, dan aku juga di jodohkan oleh kedua orang tua ku, dengan anak saudara jauh ayah, sekaligus juga rekan kerja ayah. Agar aku lebih akrab dengan nya, aku di suruh pindah ke sini, rendy namanya aku juga sudah pernah ketemu dengan rendy, aku juga tidak pernah mententang soal perjodohan itu. Rendy sangat populer di kampus, dia juga tampan dan pemain basket yang handal, wanita mana yang sanggup menolak pria seperti itu, namun akhir-akhir ini, aku merasa pandangan ku telah berubah, entahlah aku sangat bingung dengan perasaan ku saat ini."

*****

Tak mau ku melanjutkan membaca buku harian bunga aku langsung menutup buku itu, merasa tak enak. Mungkin aku sudah melakukan hal yang tak sopan karena telah mengusik hal pribadi milik orang.

Ternyata bunga sudah di jodohkan oleh kedua orang tuanya hal yang mengejutkan, karena bunga tak pernah cerita sebelumnya tentang hal ini.

Lelaki yang beruntung, beruntung sekali laki-laki itu karena ia akan mendapatkan sosok wanita yang baik sifatnya dan cantik jelita mungkin bahkan ke elokan parasnya melebihi bidadari.

Aku sangat terkejut membaca buku itu, tapi di sisi lain aku sangat senang kerena bunga akan mendapatkan seseorang yang layak untuknya, aku akan selalu mendoakan yg terbaik untuk bunga.

Aku terus memandangi buku harian miliknya, entah mengapa aku terpikir tentang bunga, entah takdir seperti apa yang tuhan siapkan untuk diriku.

Waktu sudah menunjukkan jam 01:20 mata masih enggan untuk tertidur, sedangkan besok aku harus berangkat pagi untuk berkerja dan aku juga ingin mengembalikan buku harian ini, mungkin saat mengetahui buku ini hilang bunga pasti sangat cemas karena buku harian nya ini, tempat dia bercerita dan tempat dia mencurahkan isi hatinya.

Tak mau kesiangan aku pun mematikan lampu kamar agar aku bisa tertidur dengan lelap sampai pagi menjemput kembali.

.
.
.
.

Bersambung....

Catatan DawaWhere stories live. Discover now