17.

110 5 0
                                    

Happy Reading ^^
.
.
.
.
.

"Apapun yang terjadi, benda itu tidak akan pernah bisa kamu temukan! Hanya yang berhak yang bisa menemukan. Akh!."

"Bagaimana tusukan pada jari kakimu ini? Sudahlah membuka matamu?" Wanita berambut hitam sepunggung bermata lavender. Dia tertawa gila dan menjilati paku berlumuran darah yang telah dia tusukkan di kaki tawanannya.

Jleb! Clek! Jleb!

"Akh!" Daging di kakinya hampir tidak berbentuk lagi. Semuanya tercacah, tercerai-berai. Tulangnya nampak berwarna putih. Orang itu hanya berteriak sesekali tanpa berkata apapun lagi.

Brak!

"Kamu sangat mencintai tanahmu kan?! Monyet seperti kalian seharusnya menyatu dengan yang kalian sayangi." Dia itu menendang badan itu hingga berdebuk keras ke tanah.

Tawanan itu tetap diam menutup mulut. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia tidak akan angkat bicara tentang apapun.

Wanita itu menunduk dan memandang lurus tepat ke matanya. Dia tersenyum lebar menampakkan jajaran gigi lancipnya.

"Keras kepala sekali dirimu. Memangnya dia peduli dengan kamu?. Bahkan setelah insiden yang membunuh keluarga mu dia tidak melakukan gerakan apapun. Kamu hanya dimanfaatkan, hahahaha. Sekarang katakan dimana letak cincin rubah itu!." Wanita itu menginjak lehernya.

Klek!

Suara leher patah, mengekspos wajah ngeri pemilik leher.

"Aku sudah bosan denganmu." Wanita itu merengut kesal. Kakinya menghentak-hentak di tanah.

"Sulit sekali mengintrogasi seorang anbu. Sekarang giliran kalian satu persatu. Hihihi." Wanita itu berbalik dan mendekati segerombolan orang yang masih memakai topeng mereka. Mereka diikat pada tiap-tiap kursi dan mulutnya disumpal untuk mencegah mereka menggigit lidah mereka sendiri.

"Wahh... Kakek tua, aku mau main denganmu! Hehehe." Senyum nya bertambah lebar seiring dengan Langkahnya yang mendekat.

***
Naruto keluar dari kantor Sarutobi dan segera kembali ke kamarnya di asrama. Pikirannya masih mengembara kepada Jiraya.

"Jika memang kediamannya sudah dikonfirmasi lenyap, tapi ... Kan belum ada konfirmasi tentang kematiannya. Aku yakin dia sedang bersembunyi di suatu tempat." Naruto tertawa keras.

"Aku memang pintar!" Dia tersenyum bodoh sambil memberi dirinya sendiri berbagai pujian.

"Sudahlah aku mandi dulu~ lalalalala~ winggg~" Naruto mengambil handuk dan memasuki kamar mandinya.

"Woah! Setan!." Naruto hampir terjungkal ketika melihat gundukan daging berwarna putih pucat sedang berendam di bak mandinya.

Gundukan daging itu menatap Naruto dengan tatapan kesal. Matanya melotot tajam.

"Tidak tahu sopan santun! Aku sedang mandi bodoh."

Sudut mulut Naruto berkedut kesal.
"Yokai sialan! Kamu yang tidak punya sopan santun. Ini kamarku. Ini. Kamar. Mandiku!." Naruto memberi penekanan pada setiap perkataannya.

"Tuhan! Sebenarnya apa yang telah saya lakukan di kehidupanku sebelumnya?! Yokai sialan!." Naruto menerjang ke arah bak mandi dan lompat untuk masuk kedalamnya.

"Kekh.. kekh.. jangan mencekikku tolol."

Bugh

Sebuah tendangan menghantam perut Naruto hingga membuatnya terbang keluar bak mandi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Anata ni totte {あなたにとって}Where stories live. Discover now