[8] Terkenal

284 77 2
                                    

Aku mengernyit ketika melihat Mama berada di dapur jam sembilan malam. Tadinya aku berniat ke dapur untuk minum segelas, dua gelas air. Kini aku malah menghampiri Mama karena penasaran.

"Mama ngapain?" tanyaku basa-basi.

Kulihat Mama tengah mencacah tiga siung bawang putih, sementara di dekatnya sudah tersedih bahan-bahan lain. Smoke beef yang telah dipotong-potong kecil, keju parut, dan sedikit tepung—entah tepung apa.

Selain bahan-bahan tadi, Mama juga menaruh ponselnya di sana dan memutar salah satu video dari Youtube. Mungkin tutorial yang akan Mama ikuti.

"Bikin camilan, laper," jawab Mama tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kenapa enggak pesen aja?" saranku. Karena aku tahu, Mama itu setelah makan malam sudah malas berkutat dengan urusan dapur.

"Untuk tingkat kematangan makaroninya, terserah kalian maunya gimana. Mau al dente atau benyek, semuanya boleh. Sesuai selera."

Mama langsung menumis bawang putih yang selesai ia cacah, menambahkan smoke beef, lalu menjawabku. "Mama lagi bosen, jadi mau coba masak."

"Emang Mama mau masak apa?"

"Kalau enggak salah, mac and cheese?" Mama agak ragu ketika menyebut namanya.

"Sekarang udah 8 menit. Kita angkat makaroninya, terus kita masak lagi bareng bawang putih dan smoke beefnya. Jangan lupa tepungnya, sedikit aja. Guna dari tepung ini, biar nanti susunya bisa mengental, creamy."

Sementara Mama sibuk mengikuti perintah si pria dalam video tutorial memasak Mac and Cheese, aku justru sibuk menajamkan pendengaran. Suaranya tidak asing. Rasanya aku pernah mendengarnya baru-baru ini.

Tapi di mana? Aku termasuk orang yang jarang berkunjung ke Youtube atau mengikuti berita terhangat artis-artis tanah air, rasa-rasanya tidak mungkin suara pria itu pernah kudengar dari sosial media. Sementara orang yang kukenal, setahuku tidak ada diantara mereka yang berpforesi sebagai Youtuber.

"Selanjutnya, kita masukkan keju. Di sini aku pakai dua jenis keju, cheddar dan mozarella. Terakhir seasoning, aku mau kasih garam, sedikit kaldu jamur, lada, nah kalau cabe bubuk ini opsional. Kalau kalian suka pedes, silakan ditambahkan, kalau enggak ya enggak usah. Semuanya enak kok. Oke, matikan kompornya soalnya kita enggak mau makaroninya terlalu kering."

Otakku masih bekerja keras mengingat-ingat pemilik suara itu, sedangkan Mama sudah menata masakannya di atas piring.

"Dan selesai! Selamat mencoba." Itu adalah salam terakhir sebelum videonya selesai, namun aku belum juga berhasil.

"Wah, Mama juga udah selesai," ucap Mama sambil memamerkan masakannya di hadapanku.

"Kamu kenapa?" tanya Mama, mungkin karena aku hanya diam.

"Enggak, cuma suaranya enggak asing," kataku menunjuk ponsel Mama.

Mama meletakkan Mac and Cheese-nya lalu memindahkan ponselnya ke meja makan. "Memang enggak asing, orang itu Abim."

Alisku terangkat. "Abim?" Aku mengulang nama itu entah kenapa. Tapi kalau diingat-ingat, suaranya memang mirip Abim yang kutemui kemarin.

Mama mengangguk, memasukkan sesendok Mac and Cheese ke mulutnya, dan bergumam. "Lumayan."

"Abim anak temen Mama?" tanyaku memastikan. Sungguh aku belum bisa percaya.

"Iya, siapa lagi?" Mama meletakkan sendoknya dan memusatkan perhatiannya padaku. "Memangnya ada orang lain namanya Abim yang kita kenal?"

"Tapi, itu, kok bisa?"

"Loh? Mama pikir kamu udah tau. Terus kalian ngobrol apa pas ketemu?"

"Dia cuma bilang punya resto."

"Kamu enggak nanya lebih jauh?"

"Ya ngapain, Mah? Kita baru ketemu waktu itu, enggak sopan tau ngorek-ngorek pekerjaannya."

"Kalian kan udah niat serius, enggak apa-apa dong mulai bertanya hal-hal semacam itu."

"Kita baru kenalan, Mama."

Mama bersedekap. "Jangan-jangan kamu juga enggak tau Abim pernah ikut Mister Chef?"

"Huh?" Mataku mengerjap dua kali. "Mister Chef yang ada Chef Janu-nya itu?"

"Iya, kamu pikir ada berapa Mister Chef?"

Aku terdiam. Rasanya kepalaku mendadak kosong.

"Abim itu lumayan terkenal loh, Cha," kata Mama lagi.

Diliputi rasa penasaran, aku melupakan hausku dan kembali ke kamar. Aku menyambar ponselku lalu mencari namanya. Oh, tunggu. Aku tidak tahu nama lengkapnya. Yang kutahu hanya Abimanyu dan pencariannya bisa jadi ambigu jika tanpa nama belakang.

Ah, ada cara lain. Aku bisa menggunakan tagline Mister Chef.

Abimanyu Mister Chef.

Ketemu!

Mama tidak bohong. Kini aku membuka satu per satu foto yang memperlihatkan sosok Abim dalam acara Mister Chef. Mulai dari dia yang serius memasak, wajah tegang ketika masakannya dinilai juri, dan masih banyak lagi.

Tidak berhenti di situ, sekarang aku beralih ke channel Youtube-nya. 300ribu subscriber, dengan jumlah viewers disetiap videonya stabil di atas angka 500ribu.

Merasa belum cukup, aku membuka akun Instagram-nya. Dan lagi-lagi melongo melihat jumlah followers-nya. 532ribu. Bisa dibilang, dia itu selebgram, kan? Tiba-tiba satu pertanyaan muncul di kepalaku.

Bukankah terlalu berisiko memanfaatkan orang yang cukup populer?

Marriage First, Love Later [HIATUS]Where stories live. Discover now