Tiga

3.1K 315 0
                                    

Votmen juseyo !


-
-
-



Blum.. blum.. ngeeeeeenggg..

Kini mereka bertiga berada di kamar Zergio setelah selesai makan mereka dimandikan olehnya.

Si bungsu, Zio terlihat sedang bermain di atas kasur dengan mobil-mobilan yang diberikan oleh Zergio. Sedangkan Zico tengah memangku kepala Zeka dan juga mengelusnya dengan mata yang tertuju pada adik bungsunya.

"Adek lucu," gumam Zeka yang di angguki oleh Zico.

"Abang," panggil Zeka. Merasa terpanggil, Zico menundukkan kepalanya menatap adik pertamanya.

"Kenapa hm?" tanyanya lembut. Padahal usianya baru 5 tahun, tetapi sikapnya sudah dewasa sekali.

"Tuan aneh. Maca tiba-tiba caja dia belkata lembut cama kita. Telus juga menyuluh kita buat memanggil dia papa. Padahal kan celama ini tidak pelnah."

"Jika memanggilnya dengan cebutan itu pacti tuan akan malah dan akan memukul kita, cepelti Adek waktu itu," ujarnya menyuarakan isi hatinya.

Bocah berusia 3 tahun itu terus berlari mengikuti seorang pria. Kemanapun pria itu pergi, anak itu selalu mengikutinya.

Zergio menatap datar anak yang terus mengikuti langkahnya.

"Papa," panggil bocah itu. Dengan cepat anak itu memeluk kaki Zergio. Wajahnya berseri sembari mengeratkan pelukannya.

Air muka Zergio berubah setelah mendengar panggilan itu. Dengan kasar ia melempar tubuh mungil itu ke lantai. Membuat tubuh itu mendarat dengan keras di atas dinginnya marmer.

Anak itu menangis kencang akibat tubuhnya yang terasa sakit.

"Saya bukan papa kamu!" ucapnya penuh penekanan. Dengan tanpa perasaan, Zergio memukuli tubuh ringkih itu brutal. Ia tak memedulikan anak itu yang sudah terkulai lemah.

"Jangan pernah sekalipun kamu memanggil saya dengan sebutan itu, jika sekali lagi saya dengar maka saya pastikan akan membunuhmu saat itu juga!"

Anak itu tak mendengarkan ucapan Zergio, dia tengah berusaha menjaga kesadarannya. Hingga akhirnya ia kalah dan kegelapan merenggut kesadarannya.

Diam-diam Zico mengangguk membenarkan perkataan adiknya. Dia juga bingung kenapa Zergio berubah. Tapi ia senang, apakah perubahan ini akan memberikan hal baik untuk mereka? Yah semoga saja.

"Tapi kakak senang, kan?"

"Hu'um," kepalanya mengangguk lucu. Zico terkekeh melihat ke antusiasan adiknya.

Ketiga anak Zergio masih cadel di usianya yang sudah 5 tahun. Zico belum bisa mengucapkan huruf r dengan benar. Zeka masih kesusahan mengucapkan huruf s dan r. Sedangkan Zio, jangan ditanya. Karena tumbuh kembang Zio terbilang cukup lambat, membuatnya masih belum bisa berbicara dengan benar. Tubuhnya pun lebih kecil dibanding saudaranya yang lain.

"Ya udah sana gih main sama Adek, kasian tuh Adek main sendili," ujarnya. Dengan cepat Zeka berdiri dan langsung bergabung dengan adik bungsunya yang tengah bermain.

ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Di sebuah ruangan minim pencahayaan, seorang pria tengah bermain dengan mangsanya.

Bugh

Bugh

Plak

Dor

Pukulan demi pukulan serta tamparan yang diakhiri tembakan itu menggema di seluruh ruangan.

"A-ampuni kami tuan," mohon salah satu dari mangsanya.

"Setelah melukai putraku?" ujarnya dingin. Hawa di ruangan itu sangat mengerikan, seolah menyedot udara yang masuk.

Zergio telah menghabisi sebagian maid yang tadi. Dia beralih ke Santi, maid kurang ajar yang telah melukai putra bungsunya. Dia membunuh semua pekerja yang ada di mensionnya. Alasannya, selain karena mereka berlaku semena-mena terhadap tiga putranya, mereka juga lalai dalam tugasnya.

Mereka tidak pernah melakukan apa yang menjadi tugasnya, dan malah memberikan semuanya kepada ketiga anak berusia 5 tahun itu.

Dulu saat ia masih hidup, Ditto juga menghabisi para pekerjanya. Alasannya sedikit sama seperti yang sekarang ia lakukan. Hanya saja mereka melakukannya kepada adik kesayangannya, Daffa.

Mereka tidak segan memukuli Daffa ketika dirinya sedang tidak ada di rumah. Lalu mengancam Daffa untuk tidak memberitahu semua perilaku mereka kepada Ditto.

Ditto jelas marah. Ia pun langsung membunuh semua pekerjanya saat itu juga.

Kembali lagi ke Zergio yang masih asyik dengan mainannya.

"Ini untuk kalian yang berani menyentuh putraku!"

Dor

Dor

Ia menembak tepat di dada kiri dan kepala mereka berkali-kali sampai hancur.

"Bersihkan." Titahnya kepada Alex yang berdiri di pojok pintu. Dalam hati ia bertanya bagaimana bisa ia bekerja untuk iblis seperti Zergio.


ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ


Ia masuk ke kamar setelah membersihkan diri. Ia terkekeh melihat ketiga putranya yang tertidur. Zio dan Zeka yang tidur di atas kasur dengan bantal dan selimut yang terjatuh di lantai dan Zico yang tidur dengan posisi duduk menyandar pada sofa.

Ia maju untuk membenarkan posisi kedua anaknya. Kemudian mengangkat Zico ke ranjang. Ia mengecupi seluruh wajah ketiganya. Terlihat si tengah yang merengek karena tidurnya terganggu.

Ia pun menyudahi aksinya, dan merebahkan diri disamping putra sulungnya. Kemudian ikut menyelam mimpi.

"Nice dream my little prince."




-
-
-



Te
Be
Ce






Macih cemangat manteman?
Jan lupa vote dan komen kawand🌻🌻

ZergioWhere stories live. Discover now