Dua

3.4K 350 4
                                    

Free Palestine 🇵🇸🇵🇸


Happy Reading>>


Bocah kembar itu tidak menyangka saat Zergio membawa mereka ke kamar miliknya. Mereka mengira Zergio akan mengurung mereka di gudang seperti biasanya. Namun yang terjadi tidak seperti yang mereka bayangkan.

Zergio mendudukkan si bungsu ke ranjang king size-nya. Lalu mendudukkan kedua anaknya yang lain ke sebelah si bungsu.

Mereka terdiam sambil mengamati apa yang akan Zergio lakukan. Mereka sudah berhenti menangis, namun masih terdengar sesenggukan dari bibir mungil mereka.

Mereka melihat Zergio yang tengah mengobrak-abrik laci meja mencari sesuatu. Setelah menemukan apa yang dicarinya, Zergio mendekati mereka.

Mereka bernafas lega saat melihat kotak obat yang dibawa oleh Zergio. Mereka mengira Zergio akan mengambil pisau atau pistol untuk membunuh mereka. Bagaimana bisa pemikiran anak kecil melenceng sejauh itu?

Zergio sialan!

Zergio tau sedari tadi ketiga putranya terus menatapnya, namun ia memilih abai. Ia meraih kaki mungil putra bungsunya yang masih berdarah, kemudian membersihkan luka itu menggunakan kapas. Sesekali anak itu meringis saat tak sengaja tangannya menekan lukanya. Setelah itu ia memperban kaki itu sampai lukanya tertutup.

Ia merapikan kembali kotak obatnya kemudian ia taruh di atas nakas. Ia berjongkok di depan ketiga putranya, seulas senyum terbit dibibir merah pucat nya.

"Ada yang bisa menjelaskan?" tanyanya dengan lembut. Ketiga anak itu terkejut saat mendengar nada lembut dari Zergio. Lagi-lagi Zergio hanya tersenyum.

Dengan ragu si sulung menjelaskan. "T-tadi adik sa-saya tidak sengaja menjatuhkan pi-piling saat mencucinya. Telus bibi maid dan paman penjaga datang la-lalu memalahi adik saya, Tuan." jelasnya gugup. Hey ayolah siapa yang tidak gugup jika berhadapan dengan orang yang lebih menakutkan daripada iblis sekalipun. Mengerikan.

Air muka Zergio menggelap saat mendengar panggilan dari putra sulungnya. Tuan? Oh apa itu, mereka kan anaknya kenapa tidak memanggilnya Ayah atau Papa atau Daddy?

Zergio brengsek, Zergio Setan!

Lagi-lagi umpatan itu keluar di batin pria itu. Ia tak menyangka kelakuan Zergio sudah di ambang batas, sampai mereka pun tak diperkenankan memanggilnya dengan panggilan yang seharusnya.

"Papa!" ucapnya spontan. Mereka memiringkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Zergio.

Melihat anaknya kebingungan, ia lantas tersenyum kembali.

"Mulai sekarang panggil saya papa, tidak ada bantahan," tegasnya saat putra tengahnya ingin memotong ucapannya.

Papa? Apa lagi ini? Mereka yang bertahun-tahun diabaikan dan disiksa jika berani memanggil Zergio dengan panggilan anak ke ayahnya sekarang harus memanggil Zergio dengan panggilan papa? Apakah mereka akan dicambuk saat mengucapkan kata itu?

"Kami tidak akan dicambuk kan caat memanggil tuan dengan cebutan papa?" tanya si tengah memastikan. Lagi dan lagi hati Zergio harus sakit melihat anaknya yang memastikan mereka tidak akan dihukum jika memanggilnya papa. Apa tadi? Dicambuk?

Wong tua edan! Batinnya mencak-mencak.

Sungguh ia tidak habis thinking dengan jalan pikir Zergio. Huft beruntung orang tua biadab itu sudah mati dan digantikan olehnya. Jika tidak ia tidak akan tau apa yang terjadi dengan anak-anak imut ini.

"Hey dengar. Maafkan papa ya nak, selama ini papa jahat sama kalian. Papa udah nyakitin kalian. Papa tau kesalahan papa sangat fatal. Tapi papa mohon, kasih papa kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semuanya."

Ia menangis tersedu-sedu sambil merengkuh tubuh mungil ketiga putranya. Berkali-kali ia menggumamkan kata maaf kepada ketiganya.

Maaf setelah menyakiti mereka? Oh mudah sekali kau mengatakannya Ferguso. Itu suara hati Ditto.

Dalam hati ia menyumpah serapahi Zergio. Berbagai macam hewan di kebun binatang telah habis di absennya.

Mereka hanya diam saat Zergio memeluk mereka. Walaupun dalam hati mereka bersorak gembira karena Zergio mau memeluk mereka.

Mereka tidak tau harus bereaksi seperti apa. Jika membalas pelukan itu, mereka takut akan dipukul. Namun jika tidak membalas mereka juga takut kalau tiba-tiba saja tangan besar Zergio mencekik mereka bertiga sekaligus.

Zergio melepaskan pelukannya, kemudian menghapus air matanya. Ia tersenyum teduh melihat ketiga anak itu yang juga sedang menatapnya.

"Coba panggil saya papa," tuturnya lembut. Dahinya mengernyit melihat mereka hanya diam.

"Kenapa? Kalian tidak mau memanggilku papa?" tanyanya dengan nada yang dibuat sesedih mungkin. Terlihat wajah mereka yang gelagapan.

Dengan cepat dan kompak ketiganya langsung berseru, "Papa!"

Ia terkekeh geli melihat tingkah ketiganya, diusaknya rambut sang anak yang kaku dan lepek bergantian. Karena tak mampu menahan diri dari kegemasan ia pun segera menyerbu mereka dengan kecupan berkali-kali membuat mereka tertawa geli.

"Haha geli.. udah haha," tawa ketiganya.

"Mau makan?" tawar Zergio. Ia tersenyum saat melihat mata ketiga putranya berbinar. Huft ia harus memberi makan tiga anak ini yang banyak, lihatlah badan mereka yang seperti lidi ini. Jiwa Ditto kembali menangis kawand.

"Ayo kita turun." Dengan hati-hati ia menggendong ketiga putranya sekaligus tanpa merasa kesusahan. Ringan sekali, batinnya.

Ia akan memberi mereka makanan yang bergizi dan tentunya yang banyak. Tak akan ia biarkan mereka kurus seperti itu, ia pastikan tiga tuyulnya akan gembul beberapa hari kemudian.



ʘ⁠‿⁠ʘ



Sesampainya di bawah, ia meletakkan ketiga putranya di bangku.

"Tunggu dan lihat aksi chef Zergio anak-anak!" ucapnya pede. Ketiga anak itu meringis melihat kepedean seorang Zergio. Bisa narsis juga tuh iblis, batin si sulung.

Tak butuh waktu lama, nasi goreng buatan Zergio telah siap. Ia memasukkan nasi itu ke masing-masing piring untuk ketiga putranya.

"Tara! Nasi goreng papa yang ganteng ini sudah jadi," dirinya bisa lihat binar di mata bulat anak kedua dan bungsunya, tidak dengan si sulung yang menatapnya datar.

"Ugh anak sulung gue udah datar sejak dini," batinnya terharu.

"Ini untuk Zico, Zeka, sama Zio," ucapnya sambil meletakkan piring ke masing-masing anaknya. Ketiga anak itu tersentak saat Zergio memanggil mereka dengan nama. Ini pertama kalinya mereka dipanggil dengan nama. Mereka kira tidak ada nama untuk mereka, namun ternyata mereka mempunyai nama.

"Nama? Kita punya nama?" seru si sulung, Zico.

Senang, mereka sangat senang. Tanpa sadar mata mereka berkaca-kaca. Zergio sendiri tau, kalau mereka senang karena ia memanggil mereka dengan nama.

"Iya kalian punya nama. Zico Abhizav Axellard itu nama Abang. Zeka Eldaren Axellard itu kakak. Dan Zio Brian Axellard itu Adek. Mengerti?" Ketiganya mengangguk tanda mengerti. Akhirnya kita punya nama.

Ia tau Zergio asli tak sekalipun memberi mereka nama, ia hanya menyebut mereka anak sialan. Itupun dari ingatan yang ia dapat dari Zergio asli.

"Nah sekarang ayo makan, habis ini kita mandi," ia pun mulai menyuapi ketiganya dengan semangat. Ketiganya pun tampak tak menolak suapan dari Zergio. Mereka senang karena Zergio sudah berubah, walaupun sebenarnya banyak pertanyaan yang hinggap di benak mereka.

Semoga ini bukan mimpi semata. Dan kalaupun ini memang mimpi, mereka berharap tidak akan pernah terbangun dari mimpi ini.

_
_
_


Votmen juseyo 💨💨

Typo tandai🤗

Campai jumpa cemuanya💨💨💨

ZergioWhere stories live. Discover now