tiga puluh (past IX)

3.1K 100 19
                                    

Ada yang kurang pada hari-hari Juno setelah terbongkarnya apa yang dilakukan Karel dan Azeta dibelakangnya. Rasanya ia seperti dikhianati. Ia sangat kecewa dengan mereka berdua. Tapi sayangnya, ia tidak bisa membenci keduanya. Justru jujur saja, ia agak rindu bermain bersama mereka.

Ia yang tengah nongkrong bersama Ijul sembari merokok di warkop dekat kontrakan mereka, agak melamun.

"Bengong bae lu!" Tegur Ijul tanpa melihat Juno. Matanya terfokus pada ponsel dan tangannya sibuk menekan layar ponselnya dengan cepat sembari menjepit sebatang rokok di antara kedua jemarinya.

Teguran Ijul membuatnya tersadar. Ia kembali menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya.

Tiba-tiba Ijul meletakkan ponselnya, menyelesaikan gamenya dan beralih pada Juno.

"Akhir-akhir ini lu kebanyakan bengong, Jun." Kata Ijul sebelum menghisap rokoknya. Juno mendengus tersenyum. Merasa agak lucu.

"Perhatian banget lu!"

"Orang di depan mata gimana ngga keliatan?!" Kilah Ijul.

"Jujur aja rasanya aneh liat lo bertiga diem-dieman." Lanjutnya. Mendengarnya, senyum dibibir Juno pun lenyap. Ia mengedikkan bahu.

"Sebenernya ada masalah apa sih, Jun?" Tanya Ijul peduli. Juno menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Mengingatnya benar-benar menyakitkan. Ia menyayangi Azeta. Ia bahkan sempat naksir Azeta. Tapi ia ingin menjaga Azeta dari dirinya sendiri. Tapi Karel...

Arrghhh

"Masalahnya agak rumit kayaknya." Jawab Juno bertele-tele. Ijul menatap ke arah depan dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Emang kadang ribet sih kalo sahabatan sama cewek." Sontak Juno menatap Ijul.

Emangnya sekelihatan itu?

"Ya gue tau lo berdua sayang sama Azeta. Tapi apa ngga bisa gitu lo berdua saingan secara sehat dan akur lagi? Rasanya kontrakan ada yang kurang. Kalo lo lagi nongkrong bareng kita-kita, Karel cabut ngga tau kemane. Kalo giliran Karel yang nongkrong ame kite kite, giliran elu yang ngilang." Ijul geleng-geleng kepala.

"Masalahnya gue ngga berharap Azeta bales perasaan gue, Jul. Gue cuman mau jaga dia. Yang gue kecewa adalah kenapa mereka diem-diem—" Juno berhenti sejenak. "Entahlah mungkin mereka pacaran di belakang gue? Itu yang ngga bisa gue terima, Jul."

"Tapi mereka berdua ngga pacaran." Ujar Ijul. Juno menatap Ijul menyelidik. Bertanya-tanya bahwa Ijul bahkan mungkin lebih tahu dari dirinya.

"Lo tau darimana?"

"Zeta."

"Dia cerita apa sama lo?" Selidik Juno penasaran.

"Dia nanyain lo berdua. Dia keliatan khawatir. Gue tanya dia, sebenarnya ada masalah apa? Dia diem, lesu. Gue ngga pernah liat Zeta kayak gitu sebelumnya. Jadi gue pikir pasti tentang hati. Gue tanya sama dia apa dia pacaran sama Karel dibelakang lo? Karena mengingat lo tiba-tiba nyamperin Karel dan marah-marah. Yah, sejauh pandangan gue, lo sama Karel punya perasaan lebih sama tu cewek." Ijul kembali menghisap rokoknya.

"Terus, apa kata Zeta?"

"Dia bilang dia ngga pacaran sama Karel."

Ngga pacaran sih, tapi masoookk.

"Gue pikir juga, mungkin ada salah paham diantara kalian."

Salah paham taik! Jelas-jelas mereka ngent*d!

"Kasihan Zeta, Jun. Dia keliatan sedih banget. Mungkin dia juga kesepian ngga ada lo berdua." Kata Ijul saat melihat raut Juno yang tampak marah entah kenapa. Tapi setelah mendengarnya, rautnya berubah. Ia jadi membayangkan bagaimana keadaan Zeta saat ini. Tiba-tiba dadanya menyempit.

Ia pun segera berdiri, membuang putung rokok lalu beranjak pergi.

"Gue duluan, Jul." Ia segera meninggalkan warkop tersebut dan hendak menuju kontrakan Azeta. Ia ingin mengetahui kondisinya. Ia ingin bertanya beberapa hal. Dan sial! Ia agak merindukannya.

Sesampainya dikontrakan Azeta, ia yang biasanya langsung nyelonong saja, kali ini mengetuk pintu rumah yang terbuka. Alena yang terlihat sedang menelpon pun segera menatapnya. Alisnya naik satu, rautnya tampak tak suka.

"Gue numpang ngadem di atap ya, Len." Ijin Juno. Ia masih menatap Juno dengan raut jutek. Namun ia mengangguk dan kembali dengan sambungannya yang tampak serius.

Sayup-sayup terdengar di telinga Juno, "Please, ayolah, Kak. Kakak harus bantu aku sama Zeta tanpa sepengetahuan Mama Papa. Aku udah bener-bener buntu."

Lalu, Juno mengabaikannya dan naik ke kamar Azeta.

_________

Azeta benar-benar merasa kesepian akhir-akhir ini. Juno belum mau bicara dengannya. Sedangkan Karel, ia jarang melihatnya.

Ia merindukan keduanya. Baik Juno maupun Karel. Tapi Karel... ia benar-benar membutuhkannya.

Saat sedang asyik menatap langit sore sembari mengelus perutnya, ia mendengar derap langkah familiar. Gerakan tangannya sontak terhenti dan matanya menangkap sosok Juno yang berjalan ke arahnya. Ia masih tetap berbaring rebahan sampai Juno pun duduk disampingnya.

Mereka saling diam untuk beberapa saat. Tak ada yang mau memulai terlebih dahulu. Azeta pun bangun dan duduk. Ia menatap Juno dan tersenyum. Kehangatan menjalari tubuhnya karena akhirnya Juno mengunjunginya.

"Gue kira lo udah ngga mau ketemu gue lagi."

****

Halo, guysss... apa kabar? Udah lama banget ya aku ngga lanjut cerita ini. Kangen bgt looohhh....

Udah lama juga nih aku ngga nulis. Semoga feelnya masih dapet yaa...

Komen yang banyak yaaa... jgn lupa juga votenya...

Terimakasih... semoga menikmati yaaa... ❤😘

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Apr 25 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

beautiful accidentМесто, где живут истории. Откройте их для себя