dua puluh enam

4.2K 478 17
                                    

Nadine membuka mata saat Karel nenuruni ranjang perlahan. Sebenarnya ia sudah bangun sebelum Karel karena bermimpi aneh namun setelahnya ia tak bisa tidur. Hingga ia merasakan pergerakan Karel yang perlahan, seolah tak ingin membangunkan dirinya.

Ia memutuskan tetap memejamkan mata, menunggu Karel ke ranjang hingga akhirnya ia ketiduran. Saat terbangun, ia tidak menemukan Karel disampingnya. Tidak menemukan Karel dimanapun. Hanya secarik kertas di atas nakas yang bertuliskan.

Maaf nggak pamit, sayang. Harus ke rumah Mama pagi ini.

Love you

Ia yang sudah curiga sejak beberapa waktu lalu pun bermaksud melacak keberadaan Karel menggunakan aplikasi pelacak GPS. Tanpa pria itu sadari, Nadine mengunduh aplikasi itu di ponselnya.

Menurutnya sikap dan tingkah Karel aneh sekali akhir-akhir ini. Ia jadi semakin yakin pasti ada yang disembunyikan oleh pria itu. Ia tahu Karel tidak dari kantor sebelum menghampirinya semalam dan pergi ke sebuah lokasi yang tak pernah ia tahu.

Saat ia mengeceknya pagi ini, ia menemukan Karel di lokasi yang sama seperti semalam, setelah dari kantornya. Nadine mengetahuinya berkat aplikasi tersebut.

Perasaan wanita itu kini benar-benar tak karuan dan penuh curiga.

Bagaimana jika Karel berselingkuh?

Ia mengetatkan rahangnya dan bergegas bersiap diri untuk memergoki tunangannya itu.

Setelah dirinya sudah cukup rapi, ia segera menghampiri lokasi tersebut. Setelah hampir satu jam perjalanan ia pun sampai.

Ia keluar dari mobil dan di lihatnya rumah bergaya minimalis itu. Benar saja mobil Karel ada disana. Ia segera melewati pagar yang tidak dikunci dan segera menggedor pintu utama yang tertutup.

"KAREL!"

"KAREL!"

Tanpa menunggu lagi ia langsung saja memasuki rumah yang tidak dikunci itu dan betapa terkejutnya ia saat melihat Azeta dan bocah laki-laki yang ia dan Karel temui saat itu.

Karel terlihat cemas, begitu pula dengan Azeta. Sedangkan bocah laki-laki itu tampak kebingungan.

Sekarang semua jadi masuk akal bagi Nadine. Sejak mereka bertemu Azeta, tepatnya sejak Karel bertemu wanita itu tunangannya ini jadi berbeda.

Ia pikir, Karel pasti berselingkuh dengan Azeta.

"What the hell, Rel?!!" Nadine tampak siap meledak.

"Nad—" Karel hendak menenangkan Nadine tapi tentu saja Nadine menyelanya.

"Jadi, akhir-akhir ini kamu bohongin aku karena dia?!" tunjuk Nadine tepat di wajah Azeta.

"Nad, ini nggak kayak yang kamu—"

"DIEM, ZET!" bentak Nadine pada Zeta yang mengejutkan wanita itu, Karel dan juga Kiev.

"Kiev, masuk kamar!" perintah Azeta dingin. Ia tidak suka dibentak orang lain di depan putranya. Dengan berat hati karena mencemaskan Mommynya yang baru baikan, ia pun mau tak mau beranjak dari tempatnya.

"Aku nggak habis pikir bisa-bisanya kamu selingkuhin aku sama dia, Rel!"

"Apa-apaan, Nad?! Siapa yang selingkuh?!"

"Kamu masih ngelak setelah aku mergokin kamu?!!" amarah Nadine meluap-luap.

"Aku nggak selingkuh, Nadine! Aku punya anak dari Azeta!" dengan kesal Karel pun mengakui yang sebenarnya.

Bagaikan tersambar petir, raut Nadine berubah. Ia tampak sangat shock. Bukan hanya Nadine, Kiev yang berjalan lambat-lambat menuju kamarnya pun berhenti.

"Kiev," gumam Azeta cemas yang segera menghampiri putranya. Nadine dan Karel pun menatap Kiev yang berjarak beberapa meter dari mereka.

"Ap—apa maksud kamu dengan punya anak dari Azeta?"

"Aku punya anak, Nad. Dan dia anakku." jujur Karel akhirnya yang membuat Kiev tiba-tiba berlari ke kamarnya menghindari sentuhan Azeta. Bocah itu membanting pintunya dan Azeta berani bertaruh putranya itu pasti tengah mengunci diri.

"Good job, Rel." Azeta tampak kecewa. Sedangkan Nadine tampak mematung. Air mata mengaburkan pandangannya.

"Kamu pasti bercanda." harap Nadine sembari mengusap air matanya dengan gemetar. Karel menggeleng lemah.

"Jadi, jadi, kalian berdua punya anak selama ini?" tanya Nadine terisak. Air matanya terus berjatuhan. Karel tak menjawab. Ia menunduk dengan perasaan bersalah.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku, Rel?!"

"Gimana aku mau bilang kalau aku juga baru tau akhir-akhir ini?!"

"Jadi kamu juga baru tau?"

"Ya."

"Apa kamu yakin dia anak kamu, Rel? Apa kamu udah tes DNA?" pertanyaan Nadine sontak membuat Azeta menatapnya tajam.

"Apa kamu pikir aku ngaku-ngaku, Nad?!" Azeta jelas merasa tersinggung.
"Justru Karel sendiri yang sadar kalau Kiev anaknya tanpa perlu banyak bukti!" Nadine menatap Karel kecewa lalu kembali menatap Azeta.

"Selama ini yang aku lakuin adalah gimana caranya supaya Karel nggak tau tentang Kiev. Hampir 9 tahun aku nyembunyiin Kiev dari dia. Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Aku nggak butuh pengakuan Karel! Aku nggak butuh tanggung jawab Karel! Aku bahkan nggak pernah butuh Karel!" kata-kata Azeta barusan benar-benar menyakiti Karel. Ia menatap Azeta sayu.

Sebenarnya bukan hanya Karel, bahkan Azeta pun tersakiti dengan kata-katanya sendiri yang beberapa mengandung kebohongan.

"Bahkan kalau Karel mau berlepas diri sekarang juga, itu sama sekali bukan masalah buat aku." ujarnya perih. "Kiev segalanya buat aku dan aku nggak mau masalah ini bikin hubungan kalian berantakan."

Nadine menutup mulutnya, bahunya bergetar lalu kemudian berbalik meninggalkan Karel dan Azeta.

"See? Don't tell me i didn't warn you." ujar Azeta yang kemudian meninggalkan Karel seorang diri di dapur.

****

Mungkin entar bakal di revisi. Tapi jangan lupa vote dan komen yaa yang banyaaaakkk 🥰😘

beautiful accidentWo Geschichten leben. Entdecke jetzt