sebelas

6.8K 609 40
                                    


"Mommy kenal sama uncle itu?" bocah laki-laki itu mengernyit.

Azeta merasa ingin ditelan bumi saja saat melihat Juno, yang menatapnya dan Kiev bergantian. Tubuhnya terasa tak bisa bergerak sekarang.

"Kamu ngga sama Papa kamu?" tanya Kiev pada Cleo, mengabaikan sang Mommy yang tidak menjawabnya. Gadis cilik itu menggeleng polos.

"Aku sama Om aku. Papa aku lagi diluar kota." jawab Cleo.

"Om, kok bengong sih?" tegurnya kemudian pada Juno yang menyadarkan pria itu. Ia menelan ludahnya lalu kembali melangkah. Ia berhenti sejenak saat melewati Azeta untuk menatapnya lalu menggandeng keponakannya itu.

Azeta menghembuskan napas saat kepergian Juno. Ia baru sadar sedari tadi ia telah menahan napas. Rasanya ia ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Namun, ia telah berjanji pada Kiev untuk menemaninya.

Juno telah melihatnya bersama Kiev, menyaksikan saat putranya memanggilnya Mommy. Masih mungkinkah ia dapat menghindar lagi?

Ia berharap masih, walaupun kenyataannya tentu saja tidak.

Kini, ia tidak mungkin bisa melarikan diri lagi.

_________

"Jadi, dia anak lo?" tanya Juno sembari mengawasi anak dan keponakan mereka dari jauh. Azeta mengangguk lemah.

"Apa itu anak Karel, Zet?" tanyanya lagi, kali ini memastikan.

"Ya." Azeta menjawab dengan suara lirih. Juno menatap ke depan dengan pandangan kosong, sedih juga kecewa, tangannya pun terkepal.

"Jadi, karna itu lo ngehindarin kita, ya?" pertanyaan Juno jelas tak membutuhkan jawaban. Ia menganggukkan kepala, akhirnya mengerti.

"Tapi kenapa, Zet? Kenapa harus lo sembunyiin dari Karel? Dari gue?"

"Gue takut, Jun." jawab Azeta akhirnya dengan suara serak.

"Lo tau gimana Karel. Kita bukan sepasang kekasih dan gue punya beberapa pertimbangan," jelas Azeta.

"Lagipula," suara Azeta seperti tercekat.
"Gue takut semakin bikin lo kecewa."

Tapi, gue memang udah kecewa, Zet. Sialan!

Juno mendengus pelan.

"Apa lo berniat nyembunyiin anak lo selamanya?"

"Tadinya. Apalagi waktu gue ketemu kalian pertama kali dan gue liat dia udah punya tunangan. Gue semakin takut klo Karel dan Nadine tau, hubungan mereka bakal hancur. Gue ngga mau itu terjadi."

"Kak Lena selalu ngasih tau gue klo Karel berhak tau soal Kiev. Tapi gue rasa itu ngga perlu, Jun. Gue bahkan ngga pernah berniat minta tanggung jawab Karel. Sekalipun ngga pernah, Jun." Azeta mati-matian menahan air matanya. Entah kenapa kata-katanya mengalir begitu saja.

"Tapi anak lo butuh figur bapak, Zet."

"Ngga harus Karel, kan?" Azeta membasahi bibirnya.

"Maksud gue, gue juga bisa jadi ayah buat Kiev." ia mengoreksi. Juno menatap sendu. Tangannya meraih tangan Azeta dan meremasnya pelan. Rasanya mungkin aneh, tapi ingin sekali ia mendekap Azetanya.

"Seandainya, lo muncul dua tahun lalu, Zet." sesalnya. Dua tahun yang lalu adalah awal pertemuannya dengan Livia. Seandainya Azeta muncul sebelumnya maka ia akan...

"Maafin gue, Jun." ucap Azeta. Juno menelan ludah dan mengalihkan pembicaraan.

"Btw, kakak ipar gue selalu ngomongin lo." katanya.

"Kakak ipar lo?" Juno mengangguk.

"Papanya Cleo. Kak Jane meninggal setahun lalu." rautnya terlihat sedih saat mengatakan kakak pertamanya meninggal. Azeta memang tak pernah bertemu dengannya, namun Juno sering bercerita tentangnya dulu.

"Astaga, I'm so sorry." Azeta tampak prihatin. Juno mengedikkan bahu, seolah ia baik-baik saja.

"Gue pikir dia naksir sama lo." ujar Juno.

"Hah?"

"Kakak ipar gue kayaknya naksir lo."

🌻🌻🌻

"Harusnya kemarin lo ngga usah pake emosi." Ujar Juno.

"Hmh, memangnya lo ngga akan emosi klo ada disana?! Alibi Azeta itu ngga masuk akal, Jun!" Karel memang menyesali apa yang terjadi kemarin. Namun ia tidak suka dengan kata-kata Juno barusan. Seolah-olah sahabatnya itu tidak lebih temperamen daripada dirinya. Ia yakin Juno juga akan emosi, terlebih sedari bertemu dengan Azeta kembali, ia yang paling bersemangat mencari tau tentang Azeta.

Itu yang dipikir Karel, yang tidak ia tahu, Juno telah mengetahui rahasia Azeta dan penyebabnya menghindari mereka.

"Dan kayak yang lo bilang, dia jelas-jelas ngehindarin kita selama ini tanpa kita tau kesalahan kita." lanjut Karel.

"Lo pernah introspeksi, Rel?" tanya Juno yang tiba-tiba menjadi sengit.

"Lo pernah introspeksi, Jun?!" balas Karel tak kalah sengit.

"Gue tanya serius, bangsat!" Juno mulai emosi. Apalagi saat mengingat bagaimana raut Azeta kemarin yang menahan diri untuk mengeluarkan air matanya dan mencoba bersikap tegar dan bijak.

"Dan sekarang gue tanya, apa lo inget hari-hari sebelum Azeta pergi?!"

Karel hanya diam dan menatap Juno tajam. Namun walaupun begitu ia sedang mengingat hari yang ditanyakan Juno. Ia ingat, bahkan ia tak pernah melupakannya. Tapi ia bajingan keparat yang selalu membohongi diri.

"Kita semua udah baik-baik aja sebelum Azeta pergi." ujarnya.

"Tapi apa lo sadar sikap Azeta berubah akhir-akhir itu?!" mendengarnya, Karel semakin menatap tajam pada Juno yang duduk di kursi kerjanya. Ia pun bangun dari sofa. Lalu berdiri menghampiri Juno yang juga sudah berdiri. Mereka berdiri berhadapan dengan meja kerja Juno sebagai penghalang. Dan mereka saling melemparkan tatapan tajam dan sengit.

"Jadi maksud lo ini salah gue?!" suara Karel terdengar menusuk. Juno tertawa dibuat-buat.

"Astaga! Lo emang tolol mampus! Seandainya lo ngga nidurin dia dan bikin semuanya berantakan ini ngga akan terjadi, Rel!" jawab Juno marah. Karel mengepalkan kedua tangannya dan mengetatkan rahangnya sembari memberi tatapan membunuh pada sahabatnya itu.

Tapi kemudian tiba-tiba ia terkekeh, membuat Juno ingin meninjunya.

"Kayaknya lo masih ngga terima karna ngga sempet ngerasain Azeta."

Bugggg

Juno langsung meninju rahang Karel.

"BAJINGAN!!!" teriak Juno. Amarahnya meledak. Dan entah bagaimana mereka sudah berguling-guling di lantai dan saling menyerang hingga babak belur dan dipisahkan oleh security.

Semua orang yang menyaksikan perkelahian mereka berdua bertanya-tanya apa yang menyebabkan dua sahabat itu saling menyerang seperti ini?

Seumur hidup mereka, ini adalah kedua kalinya mereka benar-benar berkelahi dan saling baku hantam. Dan penyebab perkelahian di masa lalu dan saat ini, tak lain dan tak bukan adalah karna .....































































Azeta.

🌻🌻🌻

Gimana part ini?

Suka tidak?

Masih pengen lanjut terus?

Spam vote dan komen yaaa....

beautiful accidentWhere stories live. Discover now