sembilan belas

5.2K 499 15
                                    

"Kok baru nyampe sini? Darimana aja?" tanya Mama Azeta saat putri bungsu dan cucu kesayangannya itu tiba di kediamannya.

"Dari Mall." jawab Kiev.

"Tadi, Kiev habis ditraktir gelato sama Papa Cleo." mendengarnya sontak membuat Mama Azeta menaikkan kedua alisnya.

"Papa Cleo?" tanya sang Mama memastikan sembari menatap Azeta. Tapi sayang, yang ditatap terlihat tak peduli sembari memakan pastel basah buatan sang Mama. Sebenernya Azeta bukan tidak peduli, hanya saja ia malas menanggapi sang Mama.

"Iya, Oma." Sang Mama pun menyenggol lengan Putri bungsunya itu.

"Apa sih, Ma?" Azeta bete.

"Kiev mandi dulu, nak." suruh Zeta. Kiev mengangguk dan segera beranjak menuju kamar mandi.

"Gimana? Gimana? Mama ngga salah, kan?" goda sang Mama. Azeta hanya mengedikkan bahu, gengsi mengakui bahwa Mamanya mungkin memang tidak salah mengenai Enzo.

"Zet, Mama dukung 100% kamu sama dia. Inget lho, Zet. Jangan nyepelein feeling orang tua. Mama ngerasa sreg banget sama Papa Cleo."

Azeta tiba-tiba merona saat teringat ucapan Enzo tadi. Ia menggigit bibirnya, menahan senyumannya.

'Tapi, aku pengen lebih kenal kamu luar dalam, Zet. Ngga peduli gimana masa lalu kamu.'

"Zeta ngga mau buru-buru, Ma. Lagian juga Zeta kan belum lama ini kenal sama dia. Proseslah, Ma."

"Iya, iya, Mama tau. Btw, pastelnya enak, ngga?" sang Mama pun segera mengalihkan pembicaraan. Khawatir jika ia terus menerus membicarakan Enzo putrinya akan berubah pikiran untuk berproses menjalani hubungan dengan Enzo.

"Enak. Zeta paling suka yang isi daging."

_________

Sepanjang perjalanan pulang, Karel diliputi dengan perasaan campur aduk. Ia marah, sedih, kecewa, terluka dan juga bingung.

Bayangkan saja, tidak ada angin tidak ada hujan namun tiba-tiba ia memiliki putra yang sudah berusia 8 tahun.

Ia tidak tahu bagaimana mencerna semua ini.

"Sial, Zet." ia mencengkeram setir mobilnya dan membenamkan wajah disana saat menepikan mobilnya. Hingga beberapa saat kemudian bahunya tergoncang. Air matanya tumpah disertai dengan sesak di dada.

Ia benar-benar menyesalkan apa yang Azeta lakukan.

Kenapa ia menyembunyikan kehamilannya dan Kiev darinya? Padahal ia ayah dari putranya. Jika memang benar begitu.

Sebelum sampai di apartemennya, ia berlama-lama diluar, berkeliling tanpa arah agar Nadine tak melihat sembap di matanya. Namun, tetap saja, Nadine curiga saat melihat raut lesunya.

"Rel? Kamu baik-baik aja?" Cemas Nadine. Karel memaksakan senyumannya dan mengangguk. Ia segera memasuki kamarnya dan berbaring di ranjang tanpa berganti pakaian. Ia menutup matanya dengan lengannya.

Nadine menatapnya dari daun pintu sembari menyilangkan tangan. Lalu ia menghampirinya. Duduk di tepi ranjang.

"Hari yang buruk?" Tanyanya. Karel menarik lengan dari matanya dan menatap Nadine dengan sendu.

Haruskah ia mengatakan pada Nadine bahwa ia memiliki putra selama ini? Tapi ia masih butuh memastikannya pada Azeta.

Dan bagaimana reaksi Nadine? Apa ia akan memutuskan pertunangan mereka?

Nadine wanita yang baik. Penuh perhatian dan penuh kasih sayang. Ia tidak ingin menyakiti tunangannya ini.

Memikirkan segalanya membuat Karel tiba-tiba menggigil, bahkan sebelum sempat menjawab Nadine.

"Rel!" Seru Nadine panik.

"Hug me." Pinta Karel.

"Hug me, please..." Pintanya lagi yang kemudian di kabulkan oleh Nadine.

****

Karel menunggu di parkiran sekolah Kiev. Bahkan lebih awal sebelum anak-anak keluar dari kelas setelah selesainya proses belajar-mengajar.

Jujur saja, ia agak deg-degan akan bertemu Kiev.

Saat mendengar bel berbunyi ia turun dari mobilnya dan bersandar disana. Dan ketika melihat anak-anak berhamburan keluar, ia pun membuka kacamatanya.

"Om Karel." Panggil sebuah suara cempreng. Karel tersenyum saat melihat Cleo berlari menghampirinya. Namun, senyumnya memudar saat melihat Kiev berjalan mengikuti Cleo sembari menatapnya.

"Om Karel kok kesini?" Tanya Cleo sembari memeluk Karel. Pria itu hanya tersenyum lalu beralih pada Kiev yang sudah mendekat ke arahnya dan masih menatapnya dengan mata polosnya.

Hatinya merasa mencelos saat memperhatikan anak laki-laki yang mungkin benar putranya. Ia benar-benar mirip Azeta. Matanya, dan juga bibirnya. Namun rambut ikalnya, mengingatkannya akan dirinya saat berumur 6 tahun.

"Kalian belum dijemput?" Tanya Karel pada mereka.

"Belum. Pak Iwan sering telat jemput aku."

"Klo Kiev?" Tanya Karel. Anak laki-laki itu menggeleng.

"Om kenal sama Kiev?" Tanya Cleo dengan mata melebar. Gadis itu tak melepaskan pelukannya.

"Ya. Bener kan, Kiev?" Ia mengedipkan sebelah matanya pada Kiev.

"Uncle yang waktu itu, kan? Temennya Mama Lena?" Akhirnya Kiev bersuara. Karel menelan ludahnya lalu mengangguk.

"Nah, Om kesini mau jemput Kiev." Ujarnya pada Cleo. Tadinya ia memang bermaksud ingin bertemu Kiev dan mengejutkan Azeta. Tapi karna wanita itu belum muncul ia berpikir untuk mengajak Kiev jalan-jalan.

"Ooo... aku juga mau dijemput Om Karel." Kata Cleo. Ia memang menyukai Karel.

"Nanti kalau Pak Iwan jemput gimana?" Cleo mengerutkan hidung.

"Yah, yaudah deh." Pasrahnya.

"Apa Mommy yang nyuruh uncle jemput Kiev?" Tanya Kiev. Karel hanya tersenyum, tak sanggup berbohong pada anak yang mungkin benar putra kandungnya.

"Kapan-kapan kita jalan-jalan bareng ya?" Janji Karel pada Cleo yang sontak membuat wajah gadis cilik itu merekah.

"Yeayyy." Ia melompat kegirangan.

"Kalau gitu, ayo Kiev." Ia meraih pergelangan anak laki-laki itu untuk memasuki mobilnya setelah mengucapkan selamat tinggal pada Cleo.

________

Mama Azeta begitu panik saat tak menemukan Kiev saat ia menjemputnya. Ia sudah bertanya pada beberapa security disana tapi mereka tidak melihatnya karena suasana kepulangan yang ramai. Ia juga mencari ke seluruh tempat di sekolah serta bertanya pada murid-murid yang belum dijemput dan jawaban mereka sama, mereka tak melihat cucu kesayangannya.

Wanita paruh baya itu menangis karna panik dan hampir menelepon polisi. Namun ia harus memberitahu Azeta terlebih dahulu.

"Halo,"

"Zet,"

"Mama kenapa, Ma?"

"Kiev ngga ada, Zet."

"Maksud Mama apa?"

"Mama ngga bisa nemuin Kiev dimanapun."

"Kiev... Kiev hilang?" Suara Azeta tampak tercekat. Dan ia dapat merasakan sang Mama mengangguk.

_______

Bersambung....

Vote dan komennya jangan lupa yaaa...

beautiful accidentWhere stories live. Discover now