Tidak mendapat jawaban dariku membuatnya bertanya pada Bella. "Bella sayang, kalian kenal sama wanita yang bernama Alexa?"

Bella menganggukkan kepalanya. "Iya, dia adalah mommy Bella."

Kening pria itu mengkerut. "Mommy? Bukannya Alexa belum punya anak?"

"Iya, tapi bu dokter udah Bella anggap sebagai mommy Bella. Mommy baik banget sama Bella dan nenek. Mommy memberikan tempat tinggal yang nyaman dan makanan yang enak untuk Bella dan nenek," jelas Bella dengan penuh semangat.

"Kalian tinggal bersama Alexa?" tanyanya lagi.

Bella mengangguk.

Tiba-tiba pria itu berdiri dan meremas bahuku dengan erat. "Segera keluar dari rumah itu, Rosa!"

"Anda tidak berhak mengatur saya," ujarku.

"Jangan keras kepala, Rosa! Alexa adalah wanita yang berbahaya!" hardiknya.

"Jangan menghina mommy!" teriak Bella.

"Bella, orang itu bukanlah ibumu dan orang seperti dia tidak layak menjadi ibumu! Dia adalah wanita pembunuh!" bentaknya pada Bella.

Bella yang terkejut karena dibentak langsung menangis. Aku segera menggendongnya dan menenangkannya.

"A-aku tidak bermaksud untuk membentaknya," ucapnya merasa bersalah.

Orang itu hendak menyentuh Bella, tapi aku menepis tangannya. "Jangan sentuh dia!"

"Aku hanya ingin menenangkannya," ujarnya.

"Kamu tidak akan bisa menenangkannya. Kamu hanya akan membuatnya bertambah takut, Dhanu!" bentakku.

"Ne-nenek, Bella takut," ucap anak kecil itu dengan suara bergetar.

"Tenang Bella, nenek ada di sini." Aku terus menimang anak itu dan mengelus kepalanya. "Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Saya permisi, tuan."

Dhanu menahan lenganku lagi. "Tunggu Rosa."

"Apa lagi?!" tanyaku geram.

"Kamu harus keluar dari rumah itu secepatnya. Ini demi kebaikanmu dan Bella," ucapnya.

"Kamu selalu berkata seperti itu, tapi selama ini hanya kamu yang diuntungkan." Aku menatap wajahnya dengan penuh kekecewaan. "Kamu tidak pernah berubah, Dhanu!"

"Kali ini aku serius mengucapkan ini. Di sana berbahaya, Alexa terlalu berbahaya untuk Bella," jelasnya.

Mataku menatapnya tajam. "Tahu apa kamu tentang Alexa?!"

"Aku tahu semua hal tentangnya. Dia adalah wanita berbahaya, Rosa. Menjauhlah darinya sebelum kamu ikut terseret dalam masalahnya," jawabnya.

"Bella mau pulang," rengek gadis kecil di gendonganku.

"Iya iya, kita pulang sekarang," ujarku.

Pria itu masih menggenggam tanganku dengan erat. "Rosa, tolong dengarkan aku kali ini saja. Ini demi kebaikanmu dan Bella."

"Maaf, aku tak bisa melakukan itu. Aku percaya dengan apa yang aku rasakan sendiri. Alexa adalah anak yang baik." Setelah mengatakan itu, aku segera pergi dari sana dan meninggalkan Dhanu sendirian.

POV DHANU

Setelah pertemuan singkat dengan Rosa, aku pulang dengan perasaan marah dan khawatir.

"Ada apa, tuan? Kenapa anda terlihat marah dan khawatir seperti itu?" tanya Regan.

"Aku habis bertemu dengan istri dan cucuku," jawabku.

"Saya tahu kalau nyonya Rosa, tapi cucu? Apakah nona Nara sudah mempunyai anak? Bukankah beliau—" Regan menghentikan ucapannya karena dia tahu kalau itu adalah hal sensitif bagiku.

Sepertinya inilah waktunya untuk memberitahu kebenaran pada asistenku itu. "Aku belum pernah menceritakannya padamu. Sebenarnya Nara bunuh diri setelah melahirkan anaknya."

Regan terlihat sangat terkejut mendengar itu. "Kenapa nona bunuh diri?"

"Laki-laki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab dan hal itu membuat mental Nara memburuk. Lalu...berakhir bunuh diri," jawabku.

"Apakah anda tahu siapa laki-laki itu, tuan?" tanyanya.

"Tidak. Kalau aku tahu akan aku pastikan kalau dia tidak akan bisa melihat dunia lagi." Aku menjeda ucapanku sejenak. "Yang aku tahu kalau laki-laki itu satu universitas dengan Nara dan dia berasal dari jurusan kedokteran."

"Tuan, izinkan saya membantu anda dalam hal ini. Saya akan pastikan menemukan pelaku yang telah menghamili nona Nara dan tidak bertanggung jawab itu," ucap Regan.

Hal itu berhasil membuatku terpaku. "Kamu bisa?"

"Iya, saya bisa meretas informasi orang lain," jawabnya.

Dengan penuh harapan, aku menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku serahkan semuanya padamu."

"Baik, tuan." Regan pun pergi meninggalkan ruanganku.

Entah ke mana dia pergi, tapi tak membutuhkan waktu yang lama, pria itu kembali sambil membawa beberapa kertas di tangannya dan memberikannya padaku. "Silakan dibaca, tuan. Semua informasi tentangnya ada di situ."

Aku menerima kertas-kertas itu dan membacanya. Mataku membulat sempurna dan darahku terasa mendidih setelah membacanya. "Jadi laki-laki bajingan itu bernama Devan Danendra dan sekarang bekerja di Rumah Sakit Harmoni."

"Rumah Sakit Harmoni? Bukankah itu tempat kerja nona Alexa juga? Lalu seingat saya, beliau juga mempunyai rekan kerja bernama Devan. Apakah mereka adalah orang yang sama?" Regan nampak berpikir sejenak dan kembali berkata, "Tapi tidak mungkin."

"Kenapa tidak mungkin?" tanyaku.

"Karena tuan Devan adalah orang yang baik dan polos. Tidak mungkin orang sepertinya berani memperkosa seorang gadis. Lalu beliau juga terlihat sangat mencintai nona Alexa. Terlihat dari matanya yang selalu menatap nona Alexa," jelasnya.

"Regan, dapatkan rambut orang yang bernama Devan itu. Aku akan melakukan cek DNA," suruhku.

"Tapi anda juga memerlukan rambut cucu anda," ujarnya.

"Aku mempunyainya. Aku mengambil rambutnya saat bertemu dengan mereka tadi," jawabku.

"Baik, tuan. Saya akan melakukan perintah anda," balasnya.

Regan berhasil mendapatkan rambut laki-laki bajingan itu dalam waktu singkat. Aku langsung melakukan cek DNA terhadap rambut Bella dan rambut laki-laki itu.

"Tuan, hasilnya cocok. Itu artinya mereka berdua adalah ayah dan anak," ucap Regan ketika melihat hasil DNA.

"Suruh Alexa ke kediamanku secepatnya!" perintahku sambil mengepalkan tangan dengan erat.

Rahasia Keluargaku  ( END )Where stories live. Discover now