" Okay." Nyx senyum lembar lalu kembali ke tempat bersantainya.
Venal senyum kecil melihat senyuman adik perempuannya. Senyuman dan nada bicara Verena terasa hidup tidak seperti sebelum ini. Bicara dan nada yang dingin dan tatapan mata yang kosong. Seolah-olah, Verena bukan manusia melainkan boneka hidup.
" Kau nampak gembira.." tegur Matthias.
" Aku rasa adik aku hidup..."
Venal tiba-tiba ketawa kecil apabila teringat peristiwa 4 hari yang lalu.
Venal perlahan memulas tombol pintu bilik tidur adik perempuannya. Hari ini sudah masuk hari ke tiga adiknya berkurung di dalam bilik, hanya keluar apabila waktu makan selebihnya, dia akan berada di dalam biliknya.
" Rena..." sapa Venal lembut lalu mendekati Rena yang sedang duduk di jendalanya menghirup udara segar pagi hari.
" Kenapa?"
Pertanyaan Rena membuatkan Venal tersenyum tipis. Tangannya naik mengusap lembut rambut putih abu adiknya.
" Kita keluar... Jalan-jalan dekat taman belakang rumah.."
" Jalan-jalan?"
" Ya..."
Venal diam mendengar kebisuan Rena. Namun tidak lama, adiknya menangguk setuju.
Pagi itu, Venal dan Rena bersiar-siar di taman belakang rumah. Taman itu tersangatlah luas sehingga mempunyai tasik kecil.
Ketika, Rena sedang membongkok memerhati bayangan dirinya di dalam air itu, Venal dengan sengaja menolak tubuh adiknya ke dalam tasik.
Rena terkejut lalu jatuh tersembam ke dalam air. Mujur sahaja, air itu kedalaman hanya setakat lututnya sahaja.
" Abang!" Rena menjerit nyaring. Gaunnya habis basah.
Venal ketawa kuat apabila melihat wajah adiknya yang berkerut.
" Maaf... Abang tak sengaja... Mari sini abang tolong." ujar Venal dengan sisa tawanya. Tanganya dihulurkan untuk menolong Rena.
Namun tiada siapa yang jangka tindakan licik Rena, dia dengan sekuat tenaga menarik Venal jatuh bersamanya ke dalam air.
Venal dan beberapa orang pelayan terkejut dengan tindakan Rena terlebih lagi mendengar tawa besar Rena.
" Rasakan! Padan muka!" Rena ketawa kuat sambil memercik kasar air pada wajah Venal.
Untuk pertama kalinya, Venal terkaku melihat senyuman dan tawa itu. Dan dia akhirnya ikut ketawa bersama bermain air dengan adik perempuan bongsunya.
" Macam mana ni? Nanti ibu mesti marah.."
Venal hanya diam menyorok di timbunan pokok bunga itu. Mereka diam memerhati ibu mereka yang sedang leka dengan bunga-bunga di pintu masuk rumah agam mereka.
" Kita jawab sahajalah kita jatuh.. Kalau ibu tanya.."
" Takkanlah semua orang jatuh bersama..."
Venal kemudian memandang wajah adiknya lalu mengalihkan pandangan ke arah 2 orang pelayan yang turut basah bersama mereka.
Venal mengeluh lalu kembali mengintai ibunya.
" Ibu dah masuk... Jom..."
Venal dengan segera menarik tangan Rena dan terjengket-jengket berjalan masuk ke dalam rumah.
" Amboi.... Seronok bermain..."
Venal terkaku begitu juga Rena. Mereka perlahan berpaling ke arah suara yang menegur mereka.
" Ibu.." Venal tersengih.
Rena pula hanya diam membatu di tempatnya.
" Abang yang tolak Rena." Rena pantas menunjuk Venal dengan wajah yang pucat.
" Ehh... Tak tak... Rena yang ajak Ven pergi tasik."
" Tak sumpah... Abang yang tolak Rena kat tasik... Sumpah ibu... Rena tak tipu..."
" Eh mana ada.. Rena tarik abang.."
" Rena tarik sebab abang tolak.."
" Takkk.. Abang tipu ibu... Betul abang tipu... Tak baik tau abang tipu ibu.."
" Mana ada abang tipu.. Betullah Rena tarik..."
Victorya mulai pusing apabila dua beradik itu beradu mulut. Masing-masing mencipta alasan dan menuduh sesama sendiri.
" Dah... Cukup... Ibu tak nak dengar... Dua-dua salah.."
Venal dan Rena terdiam lalu menundukkan wajah.
" Sekarang ibu tak nak dengar apa-apa... Kamu berdua masuk dan mandi... Sekarang.."
Berdesup terus, Venal dan Rena berlari masuk ke dalam rumah menuju ke bilik masing-masing.
Victorya tertawa kecil melihat tingkah laku dua beradik itu.
" Berani abang tuduh Rena.." rungut Verena.
" Mana ada..."
Venal ketawa kecil apabila melihat jelingan tajam adiknya.
" Okay abang salah.. Maaf tau.."
Tanpa Venal sangka, Rena terus menggigit kuat bahunya lalu berlari pantas menuju ke biliknya dengan tawa besar.
Venal menjerit halus kerana terkejut lalu mengusap bahunya yang terasa perit namun tidak lama dia tertawa senang. Tingkah laku Verena saat ini bertentangan dengan perwatakan dingin tanpa perasaan Verena yang dulu. Senyuman di wajahnya semakin melebar. Mata hijau zamrud itu kelihatan bersinar.
Matthias menggelengkan kepalanya mendengar kisah yang diceritakan Venal kepadanya.
" Adik kau memang luar biasa.."
" Aku tahu." ujar Venal dengan sisa tawanya.
YOU ARE READING
PUPPET: The Strings of Verena (COMPLETE✔️/IN EDITTING)
FantasyWARNING!! +HAMBAR +GRAMMAR ERRORS +MY OWN IDEA +MATURE CONTENT (15+) +TYPO BERSEPAH +TIADA KAITAN DENGAN YANG HIDUP ATAU MATI DILARANG MENCIPLAK HASIL KARYA SAYA!!! JALAN CERITA 100% IDEA SENDIRI!!! SEBARANG KESALAHAN AMAT DIKESALI!!! START: 15 MA...
