30

23K 805 2
                                    

HAPPY READING

•••••

Setelah mereka semua selesai makan, kini mereka berkumpul di ruang tamu rumah dara.

Dini meletakan minuman dan cemilan untuk menemani obrolan.

"Ehem tante, om kedatangan saya ke sini ingin meminta tolong kepada kalian" ucap devan memulai obrolan.

"Minta tolong apa nak devan?" Tanya harto bingung.

"Caca anak saya lusa ulang tahun, dia ingin ulang tahun nya kali ini sedikit berkesan dengan kehadiran dara yang di anggap ibu nya, jadi saya meminta izin kepada kalian untuk membawa dara ke kota" devan menatap harto dan dini memohon meminta izin.

"Gak!!!, Saya gak mau kembali ke kota!" Dara menjawab dengan tegas.

Semua mata menatap ke arah nya, dara menatap ayah dan bunda nya sekilas lalu kembali menatap devan tajam.

"Kenapa harus kembali ke kota tuan? Saya tidak ingin kembali lagi ke kota itu!" Dara berdiri dari duduk nya ingin pergi ke kamar.

"Duduk dara!" Ucap harto membuat tubuh dara berbalik.

"Kenapa lagi yah? Aku gak mau pulang ke sana titik" ujar dara tegas.

"Ya tapi duduk dulu, kita bicarakan baik-baik" harto membujuk dara dengan lembut.

Akhirnya dara luluh, kembali duduk dengan memasang muka datar menatap tajam devan yang di tatap malah tersenyum tipis.

"Berikan alasan kamu tidak ingin kembali ke kota!" Perintah harto menatap dara.

Dara menatap ayah nya, bukan nya dia tau alasan dara? Kenapa masih bertanya.

"Di waktu itu dulu dia bilang sama aku jangan mengganggu keluarga nya lagi, lantas kini kenapa dia meminta aku ke situ? Menurut aku itu tidak adil!" Dara mengeluarkan unek-unek nya lagi.

"Maaf kan aku soal itu, aku benar-benar meminta maaf, tapi mohon untuk kali ini bantu aku buat kebahagiaan yang gak perna caca rasain di hari kelahiran nya" devan menatap dara dengan tulus.

"Berikan alasan kmu kenapa berkata seperti itu dengan dara dulu!" Harto kini menatap devan.

Devan terdiam menatap mata harto takut.
Sungguh dia tidak berani melihat tatapan harto yang tajam.
Dia tau dia salah, tapi dia ingin memperbaiki kesalahan itu, ya dia harus berani.

"Maaf om udah buat anak om sakit hati dengan perkataan saya dulu, mungkin dara sudah membicarakan semua nya dengan kalian" devan menatap harto dan dini yang juga menatap nya.

"Saya waktu itu belum menyadari perasaan saya, saya tidak ingin membuat caca kecewa.
Saya takut kalau dara hanya ingin membuat caca senang saja dengan perbuatan nya yang menganggap caca anak nya, saya takut nanti kalau dara pergi atau sudah menikah dia tidak akan memperlakukan caca seperti itu lagi, saya gak mau buat dia kecewa om, saya gk berani memberikan harapan palsu kepada putri om, pikiran saya terlalu pendek gara-gara memikirkan dampak buruk nya membuat dara mungkin kecewa dan marah terhadap saya begitupun kalian" ucap panjang lebar devan menatap dara sekilas lalu menunduk.

"Saya paham, perbuatan kamu tidak sepenuh nya salah kamu hanya tidak ingin anak mu merasakan kecewa" harto mengusap punggung devan pelan.

"Tapi bukan kah kalau kamu menyuruh dara ke sana itu akan buat caca tidak akan melepaskan dara?!" Ucapan harto membuat  devan menatap nya

"Saya akan menikahi dara!" Jawab devan mantap.

"Apa-apaan anda, gak bisa seenak nya yah menikahi saya hanya karna anak anda, saya juga ingin menikah dengan cinta!" Mata dara mulai berkaca-kaca, sekaligus marah dan terharu.

Dia marah karna devan seenak nya berbicara seperti itu, dia juga ingin keluarga bahagia menikah dengan cinta.
Bukan menikah karna caca, dara merasa dia di jadikan umpan buat caca senang.
Dia tidak mempermasalahkan itu tapi caranya yang tidak dara sukai kalo cuma ingin buat caca senang dia bisa tanpa harus menikah.

Dan dia terharu karna dulu dia sangat menginginkan devan berkata seperti ini.

"Aku mencintaimu dara" ucap devan lirih.

Dara menatap devan lama, mencari kebohongan di sana, tapi dara hanya bisa melihat ketulusan di mata devan.

"Aku ingin menikahi mu, aku sadar sekarang kalo hati ku ikut kebawa oleh mu, susah paya saya cari alamat mu, dan akhir nya mendapatkan nya dengan teman baik mu" devan tersenyum

Dara mengernyit bingung, teman baik? Apa luna? Karna dia cuma berteman dengan luna selebihnya hanya teman satu kampus nya dulu.

Ya ini pasti ulah luna, pantas dia tidak pernah menelfon dirinya lagi mungkin dia tidak berani. Awas saja dia akan buat perhitungan pada sahabat nya itu.

"Dara, jangan ngelamun" ucap dini yang berada di samping dara.

"Dara bingung bunda"

"Apa yang membuat mu bingung?" Tanya dini.

"Dara dulu memang sangat ingin ini terjadi, menikah dengan devan, membuat keluarga bahagia dengan caca di tengah-tengah kami.
Tapi sekarang.." dara memandang dini dan devan yang menunggu dirinya melanjutkan perkataan nya.

"Dara sudah tidak ingin itu lagi, dara akan membantu caca mengabulkan keinginan nya itu, tapi tidak dengan ajakan devan!" Lanjut dara.

"Apakah keputusan mu sudah bulat?" Tanya harto.

"Iya ayah" dara memandang harto.

"Saya tidak bisa memaksa dara nak devan, itu memang sudah keputusan nya"

"Gpp om, saya sudah senang dengan dara yang ingin mengabulkan keinginan caca, lupakan saja ucapan saya tadi"devan tersenyum perih, jadi ini rasanya ditolak, dia tidak pernah ditolak, banyak yang mengejarnya semua ditolak termasuk dara.

"Maaf kan dara ya nak devan, ucapan dia kurang sopan dengan yang lebih tua" dini tersenyum kaku.

"Gpp tante, saya memang salah" devan memandang dara yang menatap nya sekilas lalu memalingkan wajahnya.

"Setelah acara ulang tahun caca, saya ingin langsung pulang kembali ke sini!" Ujar dara tegas tanpa memandang devan.

"Ya, aku akan mengantarkan mu pulang kembali ke sini, aku tidak akan memaksa mu untuk tetap menemani caca, aku sadar kamu punya kehidupan sendiri" devan tersenyum.

"Baiklah masalah selesai, saya ingin ke kamar" dara berdiri dari duduk nya berlalu pergi.

"Anak itu benar-benar tidak ada sopan santun nya!" Dini menggerutu.

Devan hanya tersenyum mendengar perkataan dini, dia gagal kali ini untuk mengambil hati dara, tapi dia tidak akan menyerah dia akan memperjuangkan dara dengan cara yang halus tanpa memaksa.

"Jadi kapan kalian akan ke kota?" Tanya harto.

"Besok sore om"

"Baiklah sekarang kalian tidur saja dulu di sini, itu ada kamar kosong kalian bisa menempati nya" harto menunjuk pintu kamar yang tertutup di hadapan nya.

"Makasih om, tante kami, sudah sangat merepotkan kalian"

"Gpp, sana tidur udah malem" perintah dini.

"Iya om, tante kami masuk dulu" pamit devan.

"Kalau ada apa-apa panggil aja kami di kamar itu ya" harto

"Ya om" devan mengangguk lalu pergi di ikuti alvian di belakang nya.

Dini dan harto memandang punggung devan sampai devan dan alvian memasuki kamar dan menutup pintunya kembali.

"Apa keputusan dara sudah benar yah?" Dini memandang suami nya yang berada di samping nya.

"Kita tidak boleh memaksa bun, kalau memang itu keputusan nya hargai saja, dara sudah besar dia tau mana yang benar dan mana yang salah" harto tersenyum mengusap lengan dini yang bersandar di bahu nya.

"Ayo kita masuk kamar juga istirahat, apa bunda jualan besok?" Tanya harto.

"Iya yah, udah dua hari bunda gak jualan nanti pelanggan ku pada lari" dara terkekeh.

"Rezeki sudah ada yang ngatur"harto

"Tapi kita juga harus berusaha" dini

MAS DUDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang