25

23.6K 807 0
                                    

HAPPY READING

••••••


Dara termenung masih memikirkan nama yang sudah meninggalkan komentar di postingan nya, apa benar itu devan si duda tampan itu? Atau devan lain nya, kan nama devan di dunia ini banyak, apa lagi tadi nama nya cuma devan.

Ya itu pasti orang lain, tidak mungkin kalo itu devan yang meminta nya untuk pergi, dia tidak akan buang waktu nya hanya untuk mengomentari postingan yang menurutnya gak jelas itu.

"Ra jangan tidur udah mau magrib, mandi dulu pasti belum mandi kan?" Dini membuka pintu kamar dara yang kebetulan gk dara kunci.

"Eh i-iya bun" dara bangkit dari tidur nya.

"Kamu kenapa? Kok gugup gitu" dini mendekati dara yang duduk di pinggir kasur

"Nggak kok bun" dara tersenyum untuk meyakinkan kalau dia gpp.

"Oh yaudah, sana mndi"

"Iya" dara mengambil handuk lalu bergegas keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi.

Dini menggelengkan kepala nya, melihat kelakuan anak nya.

"Bunda!! Sabun cuci muka dara mana?" Tanya dara kembali lagi ke kamar.

"Di lemari kamu mungkin" ucap dini

"Oh iya ya lupa" cengengesan dara.

"Ada-ada saja, masih muda udah pikun" dini tersenyum sambil merapikan tempat tidur dara.

Dara dan dini keluar, dara pergi ke kamar mandi, dini pergi ke depan menunggu suami nya yang belum juga pulang.

..........

Devan pulang ke rumah sambil bersiul, hari ini dia senang karna sudah berhasil mendapatkan alamat yang dia inginkan.

Berjalan dengan santai ke lantai atas sambil bernyanyi- nyanyi.

"Papa kenapa oma?" Tanya caca dengan polos.

Fani menatap caca sekilas menggeleng kan kepala nya pelan, lalu kembali menatap putra nya yang gila itu.

"Kamu tunggu sini dulu ya sayang, oma mau nyusul papa kamu, takutnya dia kesambet setan" caca mengangguk kembali menatap televisi.

Fani berdiri dari duduk nya, menaiki tangga menuju lantai atas.

Tok tok tok

"Van! Kamu di dalam kan?" Teriak fani tapi tidak ada sahutan balik.

Memutar ganggang pintu, ternyata pintu nya gk di kunci, fani langsung masuk melihat sekeliling tapi tidk menemukan devan.

Menuju pintu kamar mandi yang tertutup, di sana terdengar gemericik air dan suara devan yang bernyanyi.

Fani menggelengkan kepala nya, kembali menuju kasur devan yang berantakan, tumben sekali anak ini biasanya dia paling tidak suka kalo kamar nya berantakan.

Ceklek

Kamar mandi terbuka terlihat di sana devan telanjang dada hanya melilitkan handuk di pinggang nya, dan menggosok rambutnya yang basa dengan handuk.

"Eh mama,ngapain ke sini ma?" Tanya devan ketika melihat mama nya di kamar.

"Ngapain-ngapain, emang nya mama gk boleh masuk ke kamar kamu?" Tanya fani ngegas.

"Gk gitu ma, mama kan jarang masuk ke sini, jadi heran aja gitu"

"Kamu ini udah tua devan, kenapa kasur kamu berantakan gini, bantal udah di bawah seprai udah gak tau bentuk!" Omel fani sambil merapikan tempat tidur devan.

"Devan belum tua kok ma, sembarangan aja, gini-gini juga masih muda, masih ganteng" devan tersenyum narsis

"Ngapain masih disini?" Fani menatap tajam devan yang berdiri di samping nya.

"Kenapa emang?" Tanya devan polos

"Kenapa-kenapa! Sana pake baju devan!!" Fani menarik telinga devan.

"Ahhkk mama nanti telinga devan putus"

"Sana pake baju" fani melepaskan jeweran di telinga devan, mendorong tubuh devan pelan.

"Iya, hii untung sayang" devan mengusap telinga nya yang mungkin merah.

"Jangan lama, mama tunggu di meja makan!!" Fani keluar dari kamar devan, menutup pintu lalu turun ke bawah.

.........

"Telpon gak ya, telpon gk, telpon gk" luna mondar mandir sambil mengetuk layar handphone nya.

"Gimana kalo dara marah sama gue" monolog luna

"Tapi kan gue emang salah, mana udah janji gk ngasih alamat nya ke siapa-siapa lagi, aduh gimana ini, gue ngerasa bersalah" luna duduk di tepi kasur menatap layar handphone nya yang mati.

Tok tok tok

"Non, makanan udah bibik siapin, bibik pamit pulang ya!" Teriak bik narti, pembantu di rumah dara.

"Iya bik, makasih ya!"

"Iya"

Luna kembali terdiam memikirkan caranya meminta maaf dengan dara.

..........

"Devan, kamu itu kenapa si akhir-akhir ini sering senyum, nyanyi-nyanyi gk jelas, aneh tau gk" tanya fani di sela-sela makan nya.

"Mama ini gimana si, senyum salah, judes juga salah"

"Ya tapi gak gitu juga, kaya orang gila, kamu menang tender ni pasti"tebak fani.

"Benar devan?" tanya ardi yang sedari tadi hanya diam.

"Gk pa, ini lebih menyenangkan dari para menang tender" Devan tersenyum menampakkan gigi putih nya.

"Apa pa?" Tanya caca penasaran.

Devan menoleh ke kursi di samping nya.
"Ada deh nanti kamu juga bakal tau" devan kembali memakan makanan nya.

"Iss papa jahat, masa main rahasia-rahasia an sama caca" ucap caca cemberut.

"Udah-udah mungkin itu kejutan jadi caca gak boleh tau dulu, iya kan oma?" Ucap ardi menenangkan cucu nya.

"Iya" ucap fani tersenyum ke arah caca.

........

"Bunda, dara bosen tau di rumah terus" ucap dara bersandar di bahu dini.

"Terus dara mau nya gimana hm?" Tanya dini mengelus rambut panjang anak nya.

"Dara mau kerja"

"Kerja?, Di sini mana ada kerja yang bagus, orang rata-rata kerja nya di ladang" jawab harto.

"Yh gpp dara senang kok" ucap dara tersenyum.

"Gak-gak bunda gak setuju ya kamu kerja di ladang" ucap dini tegas.

Senyum dara memudar mendengar perkataan bunda nya.

"Iya ayah juga gak setuju, kerja jadi petani itu panas-panas an ra, biar ayah aja yang kerja begitu"

"Lagian kamu ini udah di sekolahin tinggi-tinggi masa mau jadi petani" dini mencubit tangan dara pelan.

"Awshh ish bunda! Kan cuma mau ngisih waktu luang" cemberut dara.

"Gk, pokok nya bunda gk bakal setuju titik!" Dini bangkit dari kursi nya menuju kamar.

"Ayah" dara memandang ayah nya dengan tatapan penuh harap.

"Gak dara" harto menyusul istrinya, dia tidak akan mengizinkan anak nya kerja panas-panas an.

"Ish dara kok di tinggal" dara bangkit dari duduk nya berjalan menuju kamar dengan menghentak kan kaki kesal.

MAS DUDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang