.

Nezuko menatap sendu sebuah bingkai foto, itu adalah potret seluruh keluarganya. Bagaimana bisa ia begitu ceroboh? Harusnya Nezuko tidak pergi sekolah dan menjaga kakaknya di rumah.

"Tidak, seharusnya Kakak kalau butuh sesuatu suruh pelayan, Kakak sangat keras kepala dengan segala kemandiriannya!" omel Nezuko kesal dan menyentil dahi sang Kakak yang ada di foto, gadis itu menghela nafas. Yah, kebiasaan mengomel nya saat menjadi ibu rumah tangga kembali lagi, jiwa ibu-ibu Nezuko ternyata sudah sangat melekat.

Swuusshhh...

"Aku harus tutup jendelanya," Nezuko berjalan ke arah jendela, ketika tangannya menggapai jendela untuk di tutup tak sengaja matanya menatap sesuatu diatas dahan kayu.

Kamar Nezuko berhadapan dengan taman belakang dimana ada pohon besar menjulang, dan beberapa dahan yang menjalar ke arah kamarnya.

Nezuko menyipitkan mata, melihat satu sosok anak kecil dengan siluet kuning.

"Apa itu kucing? Tapi.. Seperti anak kecil," jantung Nezuko terasa berdetak kencang. Tangannya pada jendela lepas dan kini perhatiannya lebih fokus pada objek itu.

"Siapa disana?" tanya Nezuko agar objek tersebut menampilkan dirinya.

Shraaaa..

Sosok itu bangkit berdiri dengan dahan kokoh sebagai pijakan, tubuhnya tersorot oleh cahaya bulan. Manik merah muda dengan huruf kanji menyala serta surai kuning berkibar, Nezuko terpaku untuk sejenak.

Mata itu menatap tepat ke arahnya, dada Nezuko terhimpit oleh sesak yang kuat, tangannya terulur tanpa di minta. Air di pelupuk jatuh tanpa di duga.

Bibirnya bergetar menyebut satu nama, "Zenfuji..."

Sosok di atas dahan bergeming, menatap gadis di dalam ruangan dengan pandangan kosong.

"Maaf..." suara yang sudah lama tak di dengar, suara manis yang Nezuko selalu ingat, suara yang amat si gadis rindukan.

Sosok itu berbalik dan pergi dari sana dalam sekejap, mata Nezuko melebar, air matanya semakin deras.

"Tidak... Zenfuji!!! Zenfuji!!!!" pekikan Nezuko menggema di tengah malam yang sunyi, nafasnya tersenggal, Nezuko terus melihat sekeliling.

"ZENFUJI!!!!!!!!" Nezuko berteriak sekuat tenaga sampai tubuhnya luruh ke lantai, rasa sakit yang hinggap di hatinya membuat tubuh Nezuko lemas tak berdaya.

Nezuko memukul dadanya beberapa kali dengan kuat, berusaha agar rasa sakit itu sedikit berkurang. Ada apa ini?

Apakah itu hanya halusinasinya saja? Jelas-jelas, dulu... Nezuko melihat bagaimana sang putra di makan oleh Iblis. Bagaimana bisa... Bagaimana bisa?

"Bagaimana bisa...?" suara Nezuko pedih terdengar, sebuah pemikiran buruk hinggap di kepalanya. Nezuko menggelengkan kepala.

"Tidak mungkin... Itu... Tidak mungkin..." lirihnya menyangkal teori yang paling tidak diinginkan. Dia... Tidak akan pernah membayangkan, putranya... Hidup kembali sebagai... Iblis.

"Tidak... Putraku... Putraku..."

.
.

"Hei bangun," perlahan Tanjirou membuka mata, ia menggosok matanya sendiri dan mulai bangkit.

Hal pertama yang ia lihat adalah Himura, "panasmu sudah turun, ayo, kau mau sarapan kan?" ajaknya dengan senyum lima jari.

Tanjirou ikut tersenyum, "apa mereka akan memberi kita makanan?" Himura mengangguk.

"Ya, tapi kita harus bekerja lebih dulu! Kau sanggup kan? Maksudku, kau memang sakit.. Jadi, apa kau kuat?" terdengar jelas rasa khawatir dalam suara Himura, "aku kuat kok!"

Pengulangan | KNYحيث تعيش القصص. اكتشف الآن