16

696 89 57
                                    

Yoo saya up...
Sorry yaaa udah lama gak up,
Kemarin kemarin emang author agak sibuk nonton hehe...
Jadi yah begitulah,
Jangan lupa buat vote yaa biar author lebih semangat!!!

See you~

Jujur sama chapter ini saya serasa baper sendiri huwaaaa...
Kalo kalian sama, jangan lupa comment yaaaa























~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~

































"A-apa...! Ja-jangan lihat aku..." Yuki berseru terbata kemudian berlari keluar kelas. Sepertinya gadis itu sangat malu.

.
.
.

Zenitsu berjalan menuju gudang belakang tidak terpakai, langkah kemarahan membawanya ke sana.

Rasa-rasanya pemuda itu ingin berteriak dan menghancurkan semua barang yang ada. Katakanlah, Zenitsu ingin mengamuk.

Begitu sampai, tanpa basa-basi Zenitsu masuk lantas menutup pintu. Dalam kegelapan Zenitsu menendang semua barang didekatnya, bahkan dapat ia rasakan kulit kaki kanan robek. Mungkin terkena semacam paku atau benda tajam lain.

"ARRGGGGHHHHH SIALAN! SIALAN!! SIALAN!!!"

Zenitsu merosot ke bawah, kenapa mereka begitu egois?

Pria itu menangis deras dengan kaki menekuk dan tangan melingkar pada lutut, wajah ia tenggelamkan disana. Zenitsu lelah dan merasa semuanya tidak adil.

"Kenapa harus aku?!" serunya lagi, "memang hal apa yang membuatnya selalu ada dalam bahaya sehingga aku harus membuatnya bahagia hah! Mereka hanya tahu meminta, aku muak!" teriak Zenitsu mengeluarkan unek-uneknya.

Dia sungguh muak, kedua orangtuanya selalu meninggalkan ia dan sang Kakak di rumah sendiri. Zenitsu rasa dia dapat menghitung berapa kali pertemuan dengan orangtuanya tahun ini.

Kemarin sepulang dari Kemah, mereka bertemu. Dan hal pertama yang mereka bahas adalah pernikahan Zenitsu juga Yuki. Apa mereka gila?

Setelah enam bulan lamanya mereka tidak bertemu yang dibahas adalah pernikahan. Bukankah seharusnya mereka menanyakan kabar Kaigaku dan dirinya?

"Hahaha, ini lucu sekali,"

"Aku rindu Kakek..." Zenitsu melirih,

DEG.

Tiba-tiba sakit kepalanya kambuh, rasa sakitnya berkali lipat. Zenitsu bahkan sampai berdiri.

Kilas ingatan lama mulai terlihat jelas, kini semua kepingan perlahan membentuk ingatan.

'Berdiri dan berlatihlah! Soal urusan hutangmu jangan di pikirkan lagi!'

'Kakek tua, ini sama saja kau membeliku hiks,'

.

'Kakek aku tidak mau ikut huaaaaa'

'Kembali kemari kau Zenitsu Agatsuma!'

'Aku tidak mau mati!!'

'ANAK NAKAL CEPAT KEMBALI KEMARI!'

.

'Kenapa orang yang bertekad untuk bisa menguasai napas petir malah menjadi Iblis?'

'KAKEK BUNUH DIRI KARENA KAU MENJADI IBLIS!'

Pengulangan | KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang