_side track_

34 2 0
                                    

Agni yang duduk di samping Tintan menyodorkan tisu yang sempat dimintanya. Saat ini, keenam sahabat itu tengah menghabiskan hari libur mereka dengan menonton bioskop yang ditutup acara makan-makan di kedai ramen yang letaknya masih berada di satu area dengan bioskop yang baru saja mereka datangi.

Pertemuan kali ini sudah lama diundur sejak Maura yang betah bulan madu mengelilingi Indonesia bersama suaminya. Katanya bulan madu mereka memunculkan jiwa traveller yang tak pernah Maura sadari sebelumnya. Dan sebagai teman yang baik, mereka memahami itu. Lagipula, itu tidak ada ruginya juga bagi para wanita lajang karena alasan bulan madu milik Maura itu merupakan waktu yang cukup untuk mengulur waktu taruhan mereka.

Meskipun dalam hati mereka juga merasa sedikit iri. Eksplor Bali dan Labuan Bajo bersama suami, bukankah itu romantis?

Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk mengadakan girls time. Selain untuk mempererat silaturahmi, mereka juga memiliki agenda lain seperti membahas kelanjutan taruhan yang telah mereka setujui sebelumnya, seperti saat ini.

Maura yang telah terbebas dari beban hidupnya (re: taruhan konyol itu) nampak sumringah-sumringah saja dengan topik pembicaraan mereka kali ini. Ditambah dengan aura bulan madu Maura yang masih menempel lekat pada dirinya membuat mood-nya semakin terasa bagus. Berbeda dengan teman wanita lainnya yang nampak lesu akibat hilal lelaki yang masih saja belum nampak.

"Ini giliran siapa, sih?" tanya Anneth kemudian. Laura melirik ke arah Ferli, Agni dan Tintan sebagai jawaban.

"Kayaknya lu hapal banget ya sama urutannya," cibir Ferli kemudian. Laura mengibaskan rambutnya penuh rasa bangga. "Oh, jelas. Jangan remehin gue!"

"Dia jadi pinter setelah kita bego-begoin kemarin," ledek Agni kemudian yang disambut baik oleh Anneth. "Malah dapetin bujangan kaya raya se-Asia sebagai cashback lagi!"

Laura tak merasa tersinggung. Setelah diperhatikan, hari ini mood Laura benar-benar sangat sangat baik.

"Gue maafin kalian buat itu. Malah gue terima kasih banget ke kalian. Kalo gak ada kejadian itu, gue gak akan bunting kali sekarang."

Untuk sesaat, kelima wanita itu terdiam. Terlihat mencoba mencerna informasi yang diberikan oleh Laura dengan baik.

Maura menjadi orang pertama yang menyadari maksud Laura. Dengan histeris, ia segera berlari kepelukan Laura sambil mengucap ribuan kata selamat. Baik untuk Laura maupun untuk dirinya sendiri karena berhasil menjadi aunty. Yang lainnya seketika ikut heboh menyelamati Laura.

Dalam suasana bahagia itu, Anneth ikut berucap, "Doain gue juga, dong.. Biar nyusul.

"Kenneth udah mulai buka cabang di Indo dan bakal stay di sini. Jadi sekarang kita juga lagi promil."

"Ya ampun.. Kita pasti doain lu juga, kok! Makin banyak babies, lebih baik. Gue jadi ga sabar buat dipanggil aunty, deh!" sambar Ferli dengan tatapan berbinar.

"Jadi perusahaan yang di Filipin dipegang siapa?" tanya Laura kemudian.

"Adek ipar gue. Semuanya udah clear kok sekarang," balas Anneth dengan senyuman menyejukkan.

"Ngeliat kalian berdua yang lagi persiapan jadi ibu, gue jadi bimbang, deh! Gue mesti ikut promil juga ga, ya..." ucap Maura mengeluarkan keluh kesahnya.

Laura yang berada di dekat Maura menggenggam kedua tangannya erat sambil memberi nasihat, "Keputusan itu sepenuhnya ada di tangan lo. Dengan kesepakatan suami."

"Betul," Anneth membenarkan ucapan Laura. "Banyak-banyak diskusi sama suami. Dari hal yang lo pikir sepele sampai ke hal yang paling urgent, lo harus selalu terbuka sama suami. Komunikasi itu nomor satu."

Dan begitulah akhirnya Maura mendapat kelas singkat seputar dunia pernikahan dari seniornya dengan wanita-wanita lajang sebagai roda ketiga.

"Setelah denger kisah pernikahan kalian, gue jadi pengen nikah, deh!"

Dan ucapan Ferli itu tentu disambut baik oleh Laura.

"Jadi, next kita ke kawinan Ferli gitu?"

"Nggak, nggak! Gue dulu, dong!

"Lah? Jadi gue terakhir gitu? Gak mauu..."

Sedangkan para wanita yang kini berstatus istri itu hanya mampu menyaksikan keributan teman-temannya penuh tawa.

Sedangkan para wanita yang kini berstatus istri itu hanya mampu menyaksikan keributan teman-temannya penuh tawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lover In War | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang