Something in Diffrent Ways (b)

Start from the beginning
                                    

"buat suaminya ya mbak"

"ehm. Ada gak yang bahannya nyaman sama adem kebetulan suami saya suka dinas lapangan"

Lebih baik Kiran bermain peran. Enak juga melihat muka si mbak berubah merah padam.

"ada mbak kami menawarkan seri terbaru yang cocok buat suami mbak"

"satu lagi ada pakaian dinas malam bisa menyenangkan paksu"

"paksu?"

"maksudnya pak suami mbak"

Kiran dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah menjaga toko. Beginilah kehidupan seorang karyawan harus berada di bawah tekanan. Mengingat hal itu Kiran seperti bercermin satu tahun lalu bagaimana ia bekerja double job untuk bisa menebus jaminan.

Kiran pernah berada di posisi seorang marketing mengharuskan mencapai target. Ia harus pandai-pandai memutar otak mencapai target. Tak jarang Kiran harus mengiba, meyakinkan serta memberikan promo-promo yang mengiurkan bagi calon pembeli.

Semuanya sudah Kiran rasakan. hari ini dimana posisi Kiran sudah berubah menjadi seorang calon pembeli yang mau membeli produk yang ditawarkan. Cukup menggesekan kartu yang diberikan oleh Wira Kiran bisa menikmati semua fasilitas di dalamnya.

Uang segala, uanglah mengubah nasib Kiran. dengan uang Kiran bisa menyelamatkan sertifikat rumah yang di gadaikan ayahnya pada pihak bank. Kiran tak mau kecolongan kedua kalinya. untuk menjaga-jaga mengubah nama atas kepemilikan rumah ibunya yang awalnya dirubah dengan culas oleh ayahnya menjadi namanya berganti menjadi nama Kiran.

Mungkin diatas sana ibunya mengutuk perbuatan Kiran. tapi apa daya Kiran tak mampu melawan arogansi ayahnya. enam bulan setelah pemindahnamaan kepemilikan Kiran melamar pekerjaan di salah satu perusahaan.

Kiran berpikir hubungannya dengan Wira bersifat semu. Ada satu titik dimana baik Kiran atau Wira merasa bosan. Apalagi dari awal Wira tidak menjanjikan sebuah status dan komitmen. itu kenapa Wira sangat ngotot untuk Kiran kembali memasang kontrasepsi.

Anak, Wira belum kepikiran kearah sana. Dia beralasan belum saatnya memiliki anak dan lagi Wira sedang hangat-hangatnya menikmati masa mudanya.

Kiran hanya mampu menunggu sesuatu yang tidak pasti. Menunggu Wira merasa bosan dan meninggalkannya. Karena Kiran belum bisa lepas dari bayangan Wira.

Menyelesaikan belanjanya Kiran mencoba menghubungi Wira yang ternyata berada di satu mall dengannya.

"kamu ngeborong mbak"

"lihat aja jangan banyak protes ini buat kita hidup sebulan tahu. kamu mana ngerti"

Kiran memberengut mendengar candaan Wira. sosok Wira jauh berbeda jika bersamanya dan berada diluar. Wira yang hangat, sosok perhatian dan juga manja. Wira diluar yang Kiran tahu Wira yang urakan susah diatur dan keras kepala.

"aku ngerti hanya satu mbak" Wira memandang penuh arti bola mata Kiran. ia menatap sekiran dan mendekat kearah telinga Kiran sambil berbisik lirih.

"apa?"

"ngerti nyenangin mbak diatas ranjang, jangan lupa suara desahan kamu mbak buat aku on terus"

Kiran melototkan mata mendengar ucapan Wira. pria itu tidak bisa jauh-jauh dari urusan ranjang. ia memcubit keras lengan Wira. Kiran melihat sendiri Wira mengaduh kesakitan akibat cubitannya.

"makanya jangan macam-macam kamu"

"aku gak macam-macam cuma"

"kamu lanjuti, malam ini kamu tidur di sofa"

Kiran meninggalkan Wira yang tertawa lepas mendengar ucapannya. dimana letak lucu ucapannya pikir Kiran. Wira memandangi punggung Kiran yang berangsur menjauh.

SHORT STORYWhere stories live. Discover now