Part 42. Amarah Gio

Start from the beginning
                                    

Inez baru menyadari itu sekarang.

Gadis itu mengukir senyumnya,"terima kasih atas sikap baik bapak selama ini. Sekali lagi, saya minta maaf karena jawaban saya membuat bapak kecewa,"ucapnya.

Kecewa? Sangat.

Namun, Marcell bisa apa? Perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Pertama kalinya ia mencinta seseorang namun, mengapa harus istri orang?

Ia hanyalah manusia biasa, tidak tahu hatinya akan berlabuh pada siapa.
Cinta memang tidak salah, yang salah adalah dirinya, pikir Marcell.

Ya, dirinyalah yang salah. Salah menaruh hati pada istri orang!

Pria itu berusaha tersenyum menatap Inez.
"Kamu salah, Nez. Yang saya rasakan saat ini memang cinta, bukan kasihan. Karena, kamu adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat hati saya bergetar..." Ucapnya.

Inez bergeming, gadis itu menatap datar. Gio hanya bisa mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Lagi-lagi tuan Marcell mengatakan cinta," batin Gio kesal.

"Oke, saya mengerti. Selamat malam," ucap Marcell sebelum berlalu pergi meninggalkan pasutri itu.

Inez menatap kepergian Marcell dengan nanar. Gadis itu merasa bersalah. Namun, ia juga merasa lega setelah menjawab dengan jujur. Ia tidak ingin membuat Marcell semakin berharap kedepannya.

Inez mengalihkan pandangannya menatap Gio sejenak, tanpa sepatah katapun gadis itu berlalu pergi.

"Nez," panggil Gio.

Gadis itu tidak menoleh, ia terus melangkah menjauh. Pria itu segera menyusul Inez.

Gio menarik lengan Inez agar gadis itu menghentikan langkahnya. Gadis itu berhenti namun, tak sedikitpun menoleh kearah Gio, pandangannya menatap kedepan.

"Ada apa?" Ucap Inez bertanya.

Gio tersenyum, ternyata Inez masih mau berbicara dengannya, pikirnya.

"Saya antar," seru pria itu mengajak Inez untuk kembali ke hotel bersama dengannya.

"Gak usah. Saya bisa sendiri!" Ucap Inez melepaskan tangan Gio dari lengannya.

"Jangan! Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis pergi sendirian," ucap Gio.

Pria itu mencekal pergelangan tangan Inez agar kembali ke hotel bersama. Tak ada protesan dari gadis itu, Inez pasrah dibawa ke mobil pria itu.
Lagi pula, Inez juga takut pulang sendirian.

Disisi Marcell, pria itu menatap keduanya dari dalam mobilnya.

Ternyata begini rasanya patah hati, mendapat penolakan dari orang yang dicintai. Rasanya sesak sekali, pikirnya.

Pria itu sengaja mengajak Inez makan malam di taman, karena Marcell merasa saat inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Marcell kira Gio tidak akan menyusul Inez keluar kota namun, nyatanya pria itu menyusul Inez.

Marcell membuang nafasnya beberapa kali, pandangannya menatap keatas. Matanya memerah, sepertinya pria itu tengah menahan air matanya agar tidak jatuh.

Pria itu memejamkan matanya, lalu segera mengusap air yang keluar dari sudut matanya.

"Saya harap tuan Gio segera menyadari perasaannya sendiri," ucapnya dalam hati.

Marcell dapat melihat bahwa Gio sebenarnya sudah mencintai Inez. Mengingat kejadian yang tadi, pria itu tampak sangat marah. Marcell bisa menilai bahwa Gio sedang cemburu namun, pria itu sangat gengsi untuk mengakuinya.

"Anastasya Inez, semoga kamu bahagia," gumamnya.

Marcell tidak sedikitpun merasa dendam karena Inez menolaknya. Ia malah berharap agar Inez segera menemukan kebahagiaannya.

Giovanni's second wife [END/TERBIT]Where stories live. Discover now