Chapter 24

958 128 9
                                    

060623bta

Jangan lupa vote, komentar dan follow akun Wattpad author!!

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   Dua puluh menit berlalu dengan cepat, pertarungan di lapangan Colloseum bertambah sengit dan bertambah pula para peserta yang tumbang dalam pertandingan tersebut.

   Lebih dari lima puluh peserta tumbang dan lingkaran sihir yang berhasil ia tempelkan adalah delapan puluh tiga lingkaran sihir dalam kurun waktu dua puluh menit.

   Xazh tak berhenti berlari mendekati peserta-peserta lain, bahkan Xazh sudah mengelilingi setengah lapangan Colloseum untuk mencapai tujuan nya. Tentu saja Xazh tidak hanya berlari, terkadang Xazh juga bertarung melawan peserta lainnya.

   Agar tidak mencolok dan menarik perhatian, Xazh sengaja melakukan aksinya seperti pertarungan biasa yang di lakukan peserta biasa lainnya. Melawan peserta yang lebih lemah dan kemudian lari ketika berhadapan dengan peserta dengan kekuatan yang kuat.

   Seraya mengatur nafasnya, Xazh berdiri di tepi lapangan yang jauh dari perhatian peserta lain.  Dari tempatnya berdiri, Xazh bisa melihat lebih jelas jalannya pertarungan dan ia juga bisa mengamati kekuatan-kekuatan yang di miliki para peserta lainnya.

   Perhatian nya kemudian tertuju pada seorang pemuda berotot yang menggunakan pedang besar, pemuda bernam Tzier Hamon yang semula berbicara dengan nya sebelum pertandingan dimulai.

   Penampilan pemuda tersebut tampak sangat kacau dan berantakan bahkan mulut dan bajunya sudah dipenuhi noda darah. Namun tidak ada tanda-tanda pemuda tersebut akan tumbang, bukan nya ia baik-baik saja tetapi pemuda tersebut lah yang masih bersikeras melawan walau tubuhnya hampir mencapai batas kemampuannya.

   Dan yang menjadi lawan pemuda tersebut adalah seorang pemuda yang juga terlihat seumuran dengannya yang menggunakan dua sabit sebagai senjatanya.

   Wajahnya lawannya itu jelas sudah terlihat jelas bahwa ia sangat jengkel dan kesal karena kekerasan tekad yang dimiliki pemuda tersebut.

   "Pemuda yang sangat gigih, tetapi bodoh sekali." Komentar Xazh lalu mengalihkan perhatiannya ke peserta-peserta lain.

   Selama pertandingan berlangsung belum ada peserta yang menggunakan element khusus, namun bukan berarti tidak ada para peserta yang memiliki kekuatan yang lebih unggul. Tentu saja ada beberapa, namun Xazh tak berniat melawan mereka.

   Perhatian Xazh kemudian tertuju pada gadis pemilik element Api yang jauh nya kurang lebih lima puluh meter dari tempat Xazh berdiri. Gadis itu dikelilingi oleh tameng api di sekeliling tubuhnya dan banyak para peserta yang gagal menyerang gadis tersebut.

   Dan sejauh yang dilihat oleh Xazh, gadis itu bahkan sama sekali tak menyerang dan hanya berdiri diam ditempat seraya mengandalkan tameng apinya untuk melindungi tubuhnya dari serangan peserta lain.

   Xazh kemudian mengambil panah di punggungnya dan membidikkan anak panah nya ke tameng api gadis tersebut. Dipadukan dengan element angin anak panah tersebut melesat dengan cepat dan kuat menuju gadis tersebut.

   Xazh sama sekali tak mengalihkan perhatian dari anak panah tersebut, namun saat anak panah tersebut menyentuh tameng api, panah tersebut bahkan langsung terbakar dan berubah menjadi bubuk dalam kurun waktu yang tidak sampai satu detik.

   "Api yang luar biasa." Ujar Xazh seraya menyimpan kembali panahnya di punggung dan kembali melesat masuk ke medan pertempuran. Lebih tepatnya Xazh berlari ke arah gadis yang memiliki tameng api tersebut.

   Saat tiba di dekat gadis tersebut, Xazh segera melakukan serangan dengan mengangkat tangan kanannya, lalu pusaran angin yang cukup kencang keluar dari tangannya atau lebih tepatnya cincin yang ia sembunyikan di balik sarung tangan nya.

Xazh Amorrete Where stories live. Discover now