Chapter 20

1.1K 153 13
                                    

080223bta

Yokoso!

Apa kabar?, Semoga kita semua selalu sehat. Maaf baru bisa update sekarang, soalnya minggu kemaren saya sakit dan gak sempat ngetik. Boro-boro mau ngetik, hp aja aku anggurin....

And, jangan lupa dukungannya ya....

Tekan bintang di sudut kiri, tinggalkan komentar dan juga follow akun Wattpad saya...

Trim's

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   Pertandingan di lakukan tanpa jeda, langit sudah mulai gelap kristal-kristal bercahaya dinyalakan di tiap sudut dan ruang Colloseum hingga seluruh Colloseum menjadi sangat terang layaknya siang hari.

   Suasana pada malam hari tampak lebih meriah karena adanya kristal yang berfungsi layaknya lampu sorot. Para penonton bahkan tidak kekurangan semangat sama sekali, beradu sorak saling mendukung jagoan masing-masing.

   Sudah babak keempat, 46 peserta yang tersisa di arena saling beradu kekuatan dan keahlian masing-masing, semakin sengit, semakin memanas, semakin babak belur pula mereka. Sebagian besar para peserta yang berada di ruang tunggu bersama Xazh tadi sudah memasuki arena untuk bertarung, ada yang bersuka cita karena berhasil lolos walaupun babak belur dan ada pula yang berakhir mengenaskan, hancur fisik dan juga tampak sedih dan frustasi karena kegagalan mereka.

   Ruang perawatan di lantai satu tampak sangat sibuk dengan banyak nya peserta yang babak belur usai pertandingan. Seratus penyihir penyembuh yang di sediakan oleh Academy Artheas tampak kewalahan. Tidak semua peserta yang terluka mendapatkan perawatan, mereka hanya mendahulukan peserta yang memiliki luka berat dan parah.

   Sedangkan peserta dengan luka ringan, mereka dapat mengobati luka mereka dengan cara manual yaitu menggunakan obat-obatan yang sudah di siap kan oleh pihak Academy.

 
 
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

❇️❇️❇️

 
 

   Xazh duduk bersila di sudut ruangan yang sepi, ruangan yang sama tempat ia bertemu dengan Milia dan William. Namun sekarang di ruangan tersebut hanya tersisa dirinya dan dua orang lagi yang kemungkinan dari awal tidak beranjak dari sana.

   Duduk di atas jendela besar yang menghadap ke luar Colloseum adalah seorang lelaki berusia sekitar tujuh belas tahun, rambut coklat tua yang sedikit keriting dan berantakan, penampilan nya sedikit urakan celana pendek lusuh dengan baju kemeja lengan pendek yang sama sekali tidak di kancing kan. Belati kecil tampak terselip di pinggang celana nya, sedangkan ia sibuk memain-mainkan seruling bambu di tangannya seolah dunia hanya ada dirinya dan seruling bambu tersebut, sama sekali tidak peduli dengan hal lainnya.

   Sekali lihat, Xazh bisa tau bahwa ia adalah tipe pemuda yang tidak pedulian namun selalu terlihat tampan dan menarik walau berpenampilan seperti apapun.

   Sementara disudut ruangan yang berseberangan dengan Xazh, berdiri salah satu peserta yang memakai pakaian yang sangat tertutup, pakaian dengan lengan dan kaki yang lebar layak nya samurai, jubah panjang dan juga topi bambu yang ditutupi selendang tipis di sekelilingnya membuat wajah nya tidak bisa dilihat sama sekali. Namun jika melihat dari perawakan tubuhnya yang ramping, Xazh yakin samurai tersebut adalah seorang wanita.

   Tentang Milia?

   Gadis cerewet tersebut sudah bertanding pada babak ketiga dan tentu saja ia menang. Dan sekarang William tengah menemani gadis itu di ruang perawatan yang berada di lantai satu.

Xazh Amorrete Where stories live. Discover now