•07

102 4 0
                                    

📌tandain kalo ada typo gaes

Happy Reading+++

***

"Kau membuang-buang waktu berharga ku tuan, " Chessy mendengus sebal, sudah lebih dari tiga puluh menit dia duduk berdua dengan si tuan muda ditaman halaman belakang rumahnya, namun pria itu tak mengatakan apapun padanya. Hanya diam dan yang terdengar adalah suara nafasnya.

Chessy menghitung dalam hati, jika dalam hitungan ketiga pria itu tak juga membuka suara, maka dia akan kembali kedepan, perutnya keroncongan, minta diisi. Dan semoga saja mereka masih berbaik hati menyisakan sedikit daging panggang untuknya. Jika tidak, akan dia cakar habis wajahnya.

Satu, Chessy mulai menghitung dengan lambat, sedikit memeberi waktu jika tiba-tiba si tuan muda mau membuka suara.

Dua, baiklah, kesabaran dia yang setipis tisu yang dibagi sepuluh kemudian disiram air satu gayung itu mulai terkikis, dengan kata lain. Dia tak memiliki kesabaran setebal kamus bahasa.

Tiga, sudahlah Chessy lebih baik mengisi perutnya daripada masih setia duduk disamping nya seperti orang hilang akal.

Begitu Chessy bangkit dari duduknya, tangan kanannya ditahan si tuan muda.

"Sebentar, " suara berat nan sexy itu entah kenapa malah membuat Chessy bergidik ngeri, kenapa pula bisa terdengar seperti itu di telinganya?

Dengan kesabaran yang sebentar lagi akan hilang, Chessy kembali duduk dengan perasaan dongkol.

"Sebenarnya apa urusanmu? " tanya gadis itu dengan kesal, namun reaksi pria disebelahnya malah sukses membuat Chessy naik darah. Padahal dia menunggu sudah lebih dari tiga puluh menit, tapi hanya kata 'sebentar' yang baru dia dengar.

"Jika kau masih diam saja seperti itu, biarkan aku makan! " geramnya, perutnya sudah keroncongan, tak peduli pria itu mau mengatakan apa padanya, yang pasti dia lapar!

"Mate, " bisik sang pria, sembari menghirup dengan rakus aroma memabukkan yang mengguar dari tubuh si gadis, betapa ia menyukai nya.

Chessy tertegun selama beberapa saat, dia tidak bodoh hanya untuk tahu apa itu mate, dia mengerti, tapi?

Archer tersenyum tipis, ia hanya ingin dekat dengannya, pendekatan yang terlampau lambat namun pasti.

"Hah, omong kosong! " Chessy berlalu dari halaman belakang rumahnya sembari bersungut-sungut, dia bukannya marah tapi lebih tak mempercayai nya, mengapa bisa takdir sebercanda ini dengannya?

Apa dia kurang menderita atau bagaimana?

Takdir memang mengejutkan, berjalan sembari kaki menghentak kesal, Archer dibuat terkekeh melihat bagaimana gadis itu pergi dengan terburu-buru, dia tahu ada yang tak beres dengan gadisnya, mate nya. Tapi Archer tak tahu apa itu, dan mengapa?

Para warrior dan kedua sahabat nya menatap Chessy heran, ada apa dengan gadis itu yang biasanya terlihat biasa saja atau berbinar cerah apalagi melihat betapa banyaknya makanan yang menanti terlihat kesal.

"Kalian, mau kemana? " Chessy bertanya dengan ketus, melihat penampilan Trisha juga Anica yang sudah rapi, siap pergi. Jangan bilang?

"Kami akan pulang, tak jadi khawatir aku. " rahang Chessy rasanya sudah jatuh kebawah mendengarnya, dia, tak salah mendengar bukan?

Apa apaan itu, tak jadi mengkhawatirkan nya?

"Ada mereka yang siap menjagamu Cherr, " Anica mengecup sahabatnya dari jarak jauh, ok, kesabaran Chessy kali ini benar-benar tengah diuji.

The Flow Of lifeWhere stories live. Discover now