•05

150 6 0
                                    

📌tandain kalo ada typo gaes

Happy Reading

***

Tok tok tok

"Siapa yang bertamu malam-malam begini? " ketiga gadis itu saling pandang satu sama lain, tak mungkin orang diluar sana yang mengetuk pintu rumah Chessy kakek neneknya, mereka tahu jika kedua lansia itu tak akan datang tanpa pemberitahuan.

Anica menggeser duduknya, mendekat ke arah Trisha, dan memegang tangan sahabatnya dengan erat, dia ketakutan.

Melihat bagaimana reaksi Anica, Chessy jadi agak sedikit tak percaya untuk membuka kan pintu, dan juga, dia tuan rumahnya.

Warrior,

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Chessy tersenyum tipis, membuka pintunya lebar-lebar agar memudahkan pria itu masuk kedalam rumahnya. Dan membersihkan sang pria untuk duduk disofa yang ada.

"Maaf jika saya lancang," Chessy mengangguk, menunggu kelanjutan nya, ikut duduk disofa sebrang pria itu.

"Apakah kau melihat pos jaga disana?" telunjuk nya mengarah tepat pada pos jaga yang diisi lima orang warrior, tengah menatap kearah mereka berdua.

Chessy tersenyum, ia yakin jika salah satu dari sekian banyaknya para warrior sudah pasti akan mendatanginya.

"Iya, saya bahkan sering melihat para werewolf lain berkeliaran," beritahu nya dengan senyum yang tak luntur dari wajah manisnya, sedikit membuat sang warrior tak fokus dengannya, mencoba mengembalikan kesadarannya, bisa bahaya jika dia terus menatap wajah cantiknya.

"Disini terlalu berbahaya, " warrior bernama Luther itu mencoba meyakini Chessy untuk tak tinggal tepat didepan perbatasan. Jelasnya, dia mengusir Chessy agar tidak tinggal.

"Aku bahkan sudah mendapat izin tuan," terangnya, sedikit angkuh dengan melipat kedua tangannya didada, enak saja dia ingin menyingkirkan nya.

"Izin?" gadis itu mengangguk kan kepalanya, disertai senyum miring melihat ke tidak mengertian sang tamu.

"Iya, apa anda mengenal Tuan Baldovino?" sang warrior terkejut kala Chessy menyebutkan nama sang kakek.

"Anda, siapa?" Luther memicingkan matanya, heran, memang siapa gadis itu?

"Saya cucunya, " raut syok terlihat jelas dimata Chessy, dan ia sudah menduga jika dirinya mengatakan bahwa ia adalah cucu dari seorang Rhett Baldovino. Penguasa perbatasan Utara.

"Anda serius dengan apa yang anda ucapkan?" tanyanya dengan raut wajah datar, mencoba untuk tak percaya dengan apa yang gadis itu katakan padanya.

"Untuk apa saya berbohong tuan?" kekehnya, tak percaya jika pria dihadapannya tak memercayai nya.

"Apa saya harus membuktikan nya?" tantang gadis itu, dia akan dengan senang hati mempertemukan kakeknya, si penguasa perbatasan Utara dengan mereka semua.

"Saya rasa itu memang perlu, nona." Luther berdehem, sudah terlalu lama juga dia memperhatikan gadis itu, namun jika memang benar dia adalah bagian dari si penguasa, maka Luther akan dengan sangat mengundurkan diri. Tepatnya menjauh. Ia tak mau nyawanya yang hanya satu melayang begitu saja.

"Kembalilah besok malam, akan saya buktikan jika perkataan saya benar adanya."

***

"Baru kali ini ada yang tidak percaya aku cucunya kakek Bald!" wajahnya terlihat jengkel, siapa pula yang tak kesal ketika kau memang cucu seorang penguasa seperti Rhett Baldovino?

The Flow Of lifeWhere stories live. Discover now