Penjelasan Florin membuat River tersenyum nanar, apa yang di katakan gadis itu sangat benar, dirinya seolah-olah menirukan Alkana selama ini, mulai dari motor, gaya gengnya, dan itu semua hanya obsesinya agar terlihat seperti Alkana. Dan itu bukan jati dirinya.

"Lo bener, ini jati diri gue. Thanks udah bikin gue sadar." tulus River.

Florin tersenyum kecil, "Jadi diri lo sendiri River, jadi diri orang lain gak sesempurna yang lo bayangin."

******

Alkana berdiri bersandar di teras rumah besar Faresta melihat mobil Florin di antarkan pihak bengkel sedangkan batang hidung gadis itu tidak terlihat. Alkana melihat tiga orang yang mengantar mobil itu, wajah mereka tidak asing bagi Alkana, mereka menyerahkan kunci mobil pada Arseno dan mengatakan jika tagihannya sudah di bayar.

Arseno mengangguk, lalu mereka pergi dari sana. Kini hanya tersisa mereka bertiga di sana, Liona, Alkana dan Arseno sedangkan Teresa dan Hayden di dalam rumah. Jam menunjukkan pukul delapan malam, Florin belum pulang, hanya mobilnya yang kembali dengan tagihan yang sudah di bayar.

Alkana meraih ponselnya dan menghubungi Florin berkali-kali tapi ponselnya tidak aktif. Rasa khawatir menghantui Alkana, Arseno juga sama, kakak beradik itu sedang menunggu adik kesayangannya mereka.

"Florin bakalan baik-baik aja." Liona mencoba menenangkan Alkana.

"Kamu masuk aja sayang, di sini dingin." Liona akhirnya mengangguk, belum sempat gadis itu membuka pintu suara motor memasuki gerbang menghentikan langkahnya.

Itu Florin, gadis itu sedang duduk di boncengan seorang lelaki yang Liona tidak tau itu siapa. Mereka berdua turun, Alkana melangkah tegas mendekat, lelaki itu melepaskan helmnya membuat mata Liona membulat kaget begitu juga Alkana.

Alkana melepaskan kasar Sling Brace yang menopang tangannya, dengan emosi dia langsung meraih kerah River dan melayangkan kepalan tangannya ke wajah itu. Lagi-lagi Alkana kembali menghajar River, namun kali ini alasannya berbeda, bukan karena balapan atau tauran antar geng motor, tapi karena adiknya.

"Bajingan!" teriak Alkana terus menghajar River seperti orang gila.

"ALKANA STOP!" teriak Florin histeris.

"ALKA UDAH!" teriak Liona juga berniat mendekat, Arseno langsung menahan tunangan adiknya itu.

"Jangan!" tegas Arseno membiarkan Alkana mengajar River. Arseno tidak tau siapa lelaki itu, yang jelas lelaki itu sudah berani membawa adiknya. Kemarahan Alkana membuat Arseno yakin jika adiknya mengenal lelaki itu.

"Kak, please!" mohon Liona mulai mengeluarkan air matanya melihat perkelahian tunangannya dan sepupunya. Arseno tetap menggeleng tak setuju.

Bodyguard yang berjejer berjaga di sana tidak berniat menghentikan aksi Tuan mudanya karena takut di amuk. Mendengar keributan barulah Hayden dan Teresa keluar dari rumah.

Hayden kaget melihat keberingasan anaknya itu, padahal tangannya masih dalam proses penyembuhan. Melihat putri kesayangannya sudah menangis di sana, Hayden menyuruh bodyguard untuk memegangi Alkana yang sudah menindih tubuh River.

"Lepas! Biarin gue habisin bajingan itu!" teriak Alkana, River bangkit berdiri dan menahan sakit pada hidungnya yang terus mengeluarkan darah. Florin langsung mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan membantu lelaki itu membuat emosi Alkana semakin naik.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now