Sembilan belas

1.8K 157 4
                                    

Malam ini, Jeongwoo termenung seorang diri di ruang rawatnya. Ucapan Haruto beberapa menit lalu tidak bisa ia hilangkan dari pikiran nya. Kedua tangannya tanpa sadar meremat selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat hingga meninggalkan jejak.

Jeongwoo takut. Ia takut akan meninggalkan Haruto sebentar lagi.

Bukan Jeongwoo bermaksud untuk berlebihan atau bagaimana hanya saja, Dokter Jay mengatakan jika ia tidak segera melakukan operasi itu, maka dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama.

Lama termenung, Jeongwoo akhirnya memberanikan diri untuk menatap wajah damai milik kekasih nya yang tampak nyenyak dalam tidurnya.

"To, maaf." Lirih Jeongwoo pelan. Sangat pelan sebab ia tak ingin membangunkan Jeongwoo dari tidurnya.

"Maaf karena kamu harus punya pacar penyakitan kaya aku." Lanjut Jeongwoo dengan kepala tertunduk.

"Dan lo, gue benci sama lo." Ucap Jeongwoo sambil memegang dada kiri nya.

"Gak berguna." Tangan cowok itu terangkat di udara, bersiap untuk memukul dada nya sendiri.

Tapi...

"Bego! Kalo gue pukul yang ada gue bakalan turu lagi. Argh, anjing!" Jeongwoo benar-benar merasa frustasi. Ia bahkan sampai mengerang dan mengumpat juga menarik surai miliknya saking stress nya.

"Je, kamu kenapa?"

Mampus. Haruto jadi kebangun karena suara Jeongwoo barusan.

"A-itu... aku haus. Iya,hehe. Maaf jadi bangunin kamu." Kata Jeongwoo memasang raut bersalah.

Haruto tiba-tiba merasa gemes.

"Sayangku haus? Sebentar ya aku ambilin air."

Jeongwoo mendadak nge-blank pas Haruto ngomong kaya gitu. Apa katanya tadi?!

Sayangku?!

Aaaa, Jeongwoo kan baper+melyot+salting brutal.

"Bentar ya." Haruto ngomong nya lembut banget.

Jeongwoo kan jadi makin melebur.

"Tuhan, saya gak kuat." Kata Jeongwoo yang lalu menyembunyikan wajahnya di bantal.

Sementara Haruto udah pergi buat ngisi air di dalam gelas.

"Aa, aduh!"

Baru aja Jeongwoo merasa senang dan di terbangkan ke langit ke 7, sekarang ia seperti kembali di hempaskan ke bumi saat jantung sialan nya kembali berulah.

"Ssh, sialan! Lo kenapa suka banget sih caper? Bener-bener gak guna ya lo!" Jeongwoo yang sudah kepalang kesal pun memukul dada nya dengan kuat untuk melampiaskan emosinya.

Dan benar saja. Rasa sakit itu justru semakin menjadi.

"Akh, anjing!"

"Je, ini minum nya-- Jeongwoo! Kamu kenapa?!"

Haruto buru-buru menghampiri Jeongwoo dengan wajah panik.

"Sakit, Ru..." lirih Jeongwoo membuat Haruto kelabakan.

"S-sebentar aku panggilin dokter."

Haruto ingin pergi tapi Jeongwoo malah menahannya.

"Jangan pergi..."

"Jeongwoo aku mau manggil dokter."

"Pencet... itu... aja..." ucap Jeongwoo dengan susah payah.

Haruto baru sadar jika ada tombol khusus untuk memanggil dokter.

Lantas ia pun langsung menekannya beberapa kali tanpa jeda.

"Tahan, Woo."

Haruto hanya diam saat Jeongwoo meraih tangannya dan meremas nya dengan kuat.

Stay || JeongHaru [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora