Ivana suka cemburu bila aku dekat-dekat dengan waria yang lain. Apalagi, kalau isengku kumat dan menggoda waria-waria itu. Dia bakalan diemin aku deh seharian. Sedangkan soal profesiku sebagai pelacur waria, dia tak pernah cemburu. Dia malah sangat mendukung sekali. Aneh ya? Ivana lah yang ngajarin aku gimana caranya bersolek bak wanita sejati. Padahal, dulunya aku mana ngerti soal cara memakai make-up. Di kampung, kerjaanku ya mencangkul di sawah. Kalau tidak percaya, pegang saja telapak tanganku ini: kasar dan kokoh. Ini lah pemicu aku punya badan yang berotot.

Aku lagi di-booking nih sekarang sama ABG yang ganteng sekali. Lionel namanya. Katanya, dia masih kelas dua SMA. Ngakunya sih dia belum pernah melakukan hubungan seks sedangkan semua kawan-kawannya sudah pernah melakukan hubungan seks. Jadinya, dia sering diledekin karena masih perjaka. Makanya dia pengen ngelepasin perjakanya malam ini. Edan juga anak-anak ABG jaman sekarang ya…

Awalnya dia pengen booking perek, katanya padaku. Tapi, ternyata perek-perek sekarang tarifnya mahal. Duitnya enggak cukup. Akhirnya, pas ketemu waria, dia ditawarin ngeseks cuma dengan seratus ribu rupiah. Jelas aja Lionel girang banget. Kemudian, dia mencari-cari waria yang cocok dengan seleranya. Eh dia ketemu denganku. Langsung deh dia kepincut liat tampangku yang manis. Hehe.

“Berapaan Mbak?” tanyanya padaku. 

Awalnya aku geli juga lho dipanggil Mbak seperti ini. Tapi, sekarang aku sudah biasa.

“Seratus ribu aja, Mas. Kalau sekalian kamar jadinya seratus lima puluh ribu,” jawabku dengan suara yang dilembut-lembutin. 

Harus gitu. Kaget dong dia kalau aku pake suara jantanku yang asli. Lionel setuju. Kemudian, aku duduk di boncengan sepeda motornya. Dengan petunjukku, dia melaju ke kos-kosanku dan Ivana. Saat itu kami juga bercerita banyak hal yang membuatku mengetahui berbagai informasi di atas.

Ivana sedang tidak ada di kamar. Dia emang enggak pernah menggunakan kamar kami untuk ngentot dengan pelanggan. Cuma aku saja. Soalnya, buatku duit tambahan lima puluh ribu rupiah untuk kamar cukup lumayan. Si Ivana biasanya sewa kamar hotel murahan untuk prakteknya. Begitu kamar sudah aku kunci, kusuruh Lionel membuka seluruh pakaiannya. Lionel mengikuti apa yang kukatakan dengan segera. Sudah tak sabar lagi dia rupanya. 






Ilustrasi: Lionel

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

Ilustrasi: Lionel


Kontolnya gede juga untuk ukuran ABG seperti dia. Tubuhnya pun bagus. Dia berotot dan atletis, kayak aku. Aku yakin dia hobi pergi ke gym. Selain itu, Lionel ini anaknya ganteng. Dia keturunan Tionghoa. Kulitnya putih dan wajahnya mulus. Alisnya tebal, hidungnya mancung, bibirnya tipis pink, dan badannya tinggi. Dia sangat ideal dan pasti waria yang mendapatkannya sebagai tamu sangat bahagia. Sayangnya, aku bukan seorang homoseksual.

“Mau diisep dulu atau langsung ngentot, Mas?” tanyaku padanya.

“Isep dulu aja Mbak,” jawabnya malu-malu.

Aku langsung berjongkok di selangkangannya. Dulu aku jijik bila harus menghisap kontol cowok. Sekarang, aku mulai terbiasa. Beruntung kalau tamunya terlihat bersih seperti si Lionel begini. Kontolnya langsung kukocok lembut. Lucu juga kontolnya… Warnanya pink. Terlihat bersih sekali dan terawat. Bentuknya juga bagus. Perlahan, kumasukkan kontol besarnya itu ke dalam mulutku. Lionel terhenyak. Kaget mungkin? Berarti dia jujur saat bilang belum pernah ngentot. 

“Pelan, Mbak… Ahhh…” teriak si Lionel sambil kini tangannya memegang-megang wajahku, berusaha mendorong kontolnya makin masuk ke dalam mulutku.

Aku pun semakin berusaha memberikan hisapan terbaikku ke kontol cowok ABG ini. Entah kenapa, aku menyukai ekspresinya saat keenakan saat kontolnya aku kerjai dengan mulutku. Mulutku menghisap lembut dan kepalaku terus maju mundur. Perlahan-lahan, aku berusaha telan kontol Lionel sampai teknik deep throat-ku keluar.

“Ahhhh… Mbak…” Lionel semakin menarik kepalaku agar masuk makin dalam di mulutnya. “Enak banget… Mulut Mbak lembut banget… Hangat banget…”

Entah kenapa aku gemas sekali dengan si Lionel… Aku menikmati sekali mengoral kontol remaja Tionghoa ganteng ini sambil mendengar reaksinya yang keenakan. Bibir tipisnya mengerang-erang keenakan sambil matanya terus merem-melek. Kurasakan kontol mudanya mulai bergetar hebat, mulai mengeluarkan sperma segar dari lubang kencingnya. Biasanya aku tidak pernah menelan sperma, tapi entah kenapa aku ingin menelan sperma Lionel kali ini. Spermanya banyak sekali dan memenuhi mulutku. Rasanya gurih nan menyegarkan dan jumlahnya banyak sekali seperti sudah berbulan-bulan tidak dikeluarkan. Alhasil, beberapa spermanya tidak bisa tertampung di dalam mulutku hingga pipiku belepotan spermanya yang tumpah keluar dari mulutku. Setelah itu, Lionel terduduk lemas di atas ranjang sambil wajahnya masih keenakan sekali.

“Istirahat dulu?” tanyaku santai sambil mengelap pipiku yang terkena tumpahan spermanya. “Atau mau langsung dilanjutin?”

“Istirahat dulu deh, Mbak,” jawabnya tersipu malu. “Capek banget…”

Aku menyuguhkannya air minum kemasan ke tangan Lionel. Dia segera menghabiskannya dalam sekejap.

“Bawa kondom gak?” tanyaku yang sebenarnya tidak sabar ingin dientot Lionel.

“Bawa, Mbak…” jawabnya cepat. “Bawa…” 

Dia langsung mengambil kondom yang disimpannya dalam saku celananya. Ada tiga bungkus.

“Banyak banget,” kataku sambil terkekeh.

“Persediaan aja, Mbak,” jawabnya lagi sambil tersipu malu. “Siapa tahu butuh lebih, kan?”

Aku tertawa dengan guyonan nakal Lionel. Kmi pun mulai ngobrol. Aku semakin kagum dengan dia ketika kami mulai ngobrol lebih dalam. Selain tampan, Lionel adalah seorang anak yang sopan dan santun. Dia orangnya dididik untuk menghargai orang lain. Denganku yang seorang pelacur waria yang disewanya, dia berbicara denganku dengan rasa hormat. Aku bertanya soal teman-temannya yang sudah kehilangan keperjakaannya di usia muda itu. Dia menceritakan cerita soal teman-temannya dengan antusias. Lalu, saat aku berbicara, dia selalu memandang mataku dan mendengarkan baik-baik. Saat aku bertanya, dia pun kembali menjawab dengan nada yang sopan dan santun. Aku jadi semakin simpatik pada anak ABG tampan di depanku ini. Setelah sepuluh menit berbicara ngalur-ngidul, tak sabar kutanya lagi dia.

“Sudah siap untuk lanjutin atau belum, Lionel?”

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα