18.

7.8K 1K 127
                                    




..

Dia menggigit buku jarinya, he got nerve.

"Ini tidak baik." gambaran dari ekspreksi yang ia keluarkan.

Melihat Azrael lebih dekat dengan Mora, Alois di landa rasa gelisah. Sama juga bayangannya ketika, bagaimana jika Mora tak mau berdekatan dan mulai mengacuhkannya?

Posisinya, Mora, Alois, Azrael, Elijah serta Agam tengah duduk melingkar di kantin, kedua orang yaitu Mora dan Azrael sibuk bertukar kata, Agam dengan Elijah fokus memakan pesanan mereka, sedangkan Alois mengamati apa yang di lontarkan Mora pada Azrael, atau Azrael pada Mora.

Membosankan pikirnya, dari pada kesal, matanya ia bawa untuk melihat-lihat sisi di sekitarnya, tanpa sadar pandangannya mendapati siluet anak laki-laki dan perempuan yang tak lain adalah Alif dan Aulia.

Yang membingungkan adalah, kedua makhluk itu masuk ke dalam mobil, mobil familiar yang Alois bisa pastikan adalah milik Adiba, wanita tua yang berstatus sebagai Ibu dari makhluk mungil di depannya.

Apalagi tawa hangat yang di lemparkan satu sama lain, itu menjijikan, sungguh.

Alois segera menoleh saat Agam manggilnya, anak itu menunjuk Mora yang sudah pergi terlebih dahulu bersama Azrael yang mengekor di belakangnya.

"Oh crap!" Umpatnya, sekarang emosi dan rasa benci makin menumpuk di relung hatinya pada Alif dan Aulia.

Andai saja waktu ia tak terbawa emosi, pasti dia tak akan menampar Mora, dan Anak itu tak akan menghindar dan mendiaminya selama ini, Alois benar-benar kesal.

..

"Mau kemana?" Tanya Alois, Anak itu mengamati Mora yang kini berjalan berlawanan arah, tak seperti biasanya.

Ia mengacuhkan Alois yang tengah mengendalikan stang motornya.

"Mora ... Ayo kakak anter" Mora menaikkan alisnya.

"mau buat apa?"

Pertanyaan meluncur dari belah bibir merona Mora, anak itu menyipitkan matanya, menatap curiga Alois.

"Biar ngga capek, biar cepet sampe." Mora menghentikan langkahnya, lantas menghadap Alois.

"Maksud Kaka, Aku lelet gitu?" Alois panik, melambaikan tangannya, itu bukan maksudnya.

"Maksudnya ngga gitu." Alois turun dari sepeda motornya, lantas segera mendekat pada Mora. Meraih bahu Mora yang kini ogah-ogahan untuk naik ke atas motornya.

"Udah- sekarang Mora mau kemana?"

"Ke rumah Mama." singkatnya.

Perjalanan di isi dengan keheningan, baik Alois maupun Mora enggan mengeluarkan sedikit ucapan untuk menghapus ketegangan.

Dan tiba ketika Alois menjumpai rumah yang beberapa hari ini tak ia kunjungi, ia berhenti, rumah yang terlihat sederhana dengan tatanan yang sedikit membuat mata tak nyaman.

Mora turun. "Mora mau tinggal disini lagi?" Mora menggeleng, lalu mengangguk, entah apa yang di maksud bocil kematian ini.

"Kakak boleh ikut masuk?" Tanya Alois, ia melihat mobil dengan kapasitas empat orang itu terparkir di tanah kosong.

Karna bagaimanapun, Adiba tak memiliki halaman rumah yang cukup untuk sekedar menempatkan mobil pada tempatnya.

"Ngga- Mora bentar doang." alhasil Alois hanya mengangguk patuh, ia siaga untuk menunggu kembalinya Mora di luar.

Unfolding [End]Where stories live. Discover now