6.

14.1K 1.4K 84
                                    

..

Alois menatap roti dan susu kotak yang ada di genggaman tangannya, Dia terkekeh.

Tertawa kecil, baru kali ini Dia di tolak, apa karna Anak itu berasal dari orang kaya?

Lalu apa bedanya?

Dia juga berasal dari orang kaya, lebih kaya dari orang yang berada di kota, Dia yakin itu, karna Rumah dan hartanya melebihi gedung-gedung tinggi yang terpampang nyata ketika Ia pergi keluar kota.

Alois menutup mulutnya, ia tak bisa berhenti tersenyum, bibirnya terus melengkung ke atas.

Dia duduk di bangku Mora, dan mendongakkan kepalanya.

"Such a cutie baby." bisiknya tertawa.

..


Mora barakhir di perpustakaaan, kakinya yang membawanya kemari.

Ia cari lagi buku novel yang kemarin di baca, mengelilingi rak buku fantasi dan dongeng. Celingukan kesana kemari, lupa di mana terakhir ia menaruhnya.

Ketika Ia tak bisa menemukan dimana tempat terakhir Ia menaruh buku. Mora akhirnya menyerah san pergi ke penjaga.

"permisi Ibu." panggil Mora dengan suara pelan, yang di panggil mendongak dari acara membacanya, Mora tersenyum canggung.

"Saya kemarin baca buku novel ... judulnya 'Kehidupan si kembar Aulia dan Alif' tapi saya cari di rak tidak ada." jelasnya.

Yang di tanyai menatapnya bingung. "selama 12 tahun saya jaga di sini ... ngga pernah ada buku novel judul kaya itu."

Mora menaikkan kedua alisnya bingung. "Ya? -e.. tapi Saya baca kemarin." lirihnya

"Kalaupun ada, dan terakhir kamu baca kemarin, pasti bakal ada, kamu pengunjung terakhir dan juga pengunjung pertama hari ini." Mora mengangguk ragu.

Pada akhirnya Dia pergi untuk kembali mengelilingi rak buku, mencari novel kemarin, rasa penasarannya membuncah atas penjelasan si penjaga.

Orang itu, sedang tidak bercanda dengannya kan?

Mora kembali mengelilingi ruangan yang tak seberapa itu berkali-kali. Namun bel keburu berbunyi, Dia mendesah kesal, padahal bukunya belum ia temukan.

Akhirnya Dia pergi meninggalkan perpustakaan.

Mora dengan cepat berjalan melewati lorong depan kelas yang terlihat kosong, sepertinya semua murid sudah masuk kelas.

Kelopak matanya menyipit, melihat siswa yang kemarin menabraknya di tarik dengan paksa.

"Annoying."

..

Mora berdiri kaku, jika saja jalannya lebih cepat selangkah, Dia yakin pintu yang baru saja di buka di depan matanya persis akan menghantam wajah mulusnya.

"You fuckin berk ... are you kiddin me?" Umpat Mora, wajahnya memucat, kesal sekaligus marah.

"Siapa lo?"

Ucapan bernada sinis itu Ia terima, mata tajam Mora menatap anak laki-lali itu lebih dalam. Bahunya di dorong kasar.

"Ngga usah sok iya deh Lo ... Lo pikir dengan ngomong bahasa inggris lo keliatan keren? Engga tolol." Maki siswa tersebut.

Mora terdiam, Dia maju selangkah.

"Lo pikir belagak seenaknya itu, bikin Lo keliatan kaya manusia? Engga."

Agam, si manusia suruhan Alois berdiri di depannya, petentang-petenteng berlagak memiliki kuasa seribu dunia.

"Ngga usah songong Lo! Mau gue hajar?!" Tantang Agam, meraih bahu Mora untuk di cengkram. Namun ekspektasi tentang Mora yang akan ketakutan tak terjadi.

Anak itu malah menatapnya aneh, Agam dengan segera melepas cengkramannya, berdiri dengan canggung karna Mora terus memperhatikan dahi dan pipinya.

Maka Agam dengan segera pergi, dan menyentuh wajahnya.

"Apa ada yang aneh dengan wajahnya?" Mungkin itu isi hati Agam.

Sedangkan Mora kini memijit pelipisnya pusing. "Kenapa banyak nama yang sama kaya tokoh di novel kemaren gue baca sih." batinnya nelangsa.




..

BAaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAaa!

..

Unfolding [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang