10 = jangan bercanda.

53 3 0
                                    

"Kondisinya cukup mengkhawatirkan. Jika saja dia tidak langsung di bawa kemari, besar kemungkinan nyawanya tidak akan selamat."

Taehyung sedang berada di tempat resepsionis dengan seorang Dokter yang baru saja menangani Yuji.

Dirinya hanya menunduk, menahan tangisnya ketika membayangkan ucapan Dokter tadi.

"Adikmu terkena Hipotermia," ucap Dokter itu hingga Taehyung menegakkan kepalanya lalu menatap Dokter itu dengan terkejut.

"Hipotermia, Dok?!" balas Taehyung dengan bentakan terkejutnya.

"Ya.. kemungkinan, Adik kamu harus kami rawat inap terlebih dahulu agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif dan agar kondisinya semakin cepat pulih. Apakah kamu keberatan dengan hal itu?" ucap Dokter itu kepadanya.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Tidak, sama sekali tidak. Tolong selamatkan Adik saya, berapapun akan saya bayar untuk kehidupannya, Dok." balas Taehyung sembari menatap Dokter itu dengan penuh keyakinan.

Mendengar ucapannya, Dokter itu tersenyum manis sembari mengangguk, dirinya sangat kagum ketika melihat tanggung jawab yang besar dari seorang Kakak terhadap Adiknya.

"Baiklah.. untuk biaya administrasi, saya akan serahkan semuanya pada resepsionis. Saya berharap dengan ini.. Adikmu akan segera pulih kembali dengan cepat." ucapnya, Taehyung mengangguk pelan menjawab ucapannya, lalu Dokter itu pergi dan meninggalkan Taehyung di depan meja resepsionis.

"Maaf, Suster. Bagaimana dengan biaya administrasi atas nama Kim Yuji?"





Dengan langkah lesu, Jeno menghampiri tubuh Yuji yang sedang terbaring lemas di atas kasur dengan mulut serta hidungnya yang ter-cover mask oksigen.

Bokongnya mulai menduduki bangku yang berada tepat di sebelah kasur. Kedua maniknya tidak bisa lepas sedetikpun dari Gadis di hadapannya.

Kesukaannya terhadap Yuji bukan karena kekayaannya, Jeno menyukainya karena rasa semangat Yuji yang tidak pernah patah, meskipun dia di pandang berbeda dengan yang lainnya, karena hal tersebutlah yang membuat Jeno sangat tertarik untuk mengenal Yuji lebih dalam.

Sedang asik mendeskripsikan Yuji di pikirannya dengan begitu serius, hingga dirinya tak sadar bahwa Taehyung sudah berdiri tepat di sebelahnya.

"Kau menyukainya?"

Kedua mata Jeno terbelalak ketika mendengar suara bariton dari pria yang baru saja tiba dan berdiri di sebelahnya.

"Astaga, kamu mengagetkanku saja, Kak." ucap Jeno dengan menyebut Taehyung dengan sebutan Kakak.

Apa maksudnya? Jeno sedang merayunya?

Tidak mendengar respon yang keluar dari Taehyung, Jeno pun akhirnya berdiri dari duduknya, setelah itu Taehyung-lah yang menduduki tempatnya tadi.

"Bilang saja kalau kau mau duduk, kenapa harus menatapku dengan tajam seperti tadi?" gumam Jeno yang masih bisa di dengan Taehyung.

"Mulutmu sangat berisik, seperti burung peliharaanku dirumah." balas Taehyung lalu merubah pandangannya kembali pada Adiknya yang sedang terbaring lemah.

"Kalau boleh tahu, siapa nama burung peliharaanmu?"

Mendengar itu, kini Taehyung mulai menatap Jeno lagi dengan tatapan tajam seperti sebelumnya.

"M-Maaf,"

Lalu pandangannya kini kembali pada Yuji, sampai dimana Taehyung mengucapkan..







"Toto."

Jeno yang mendengar itu hanya memasang raut wajah bingung, sebelum akhirnya dia bertanya,

"Toto itu siapa?" sahut Jeno.

"Kau bodoh? Itu nama burung peliharaanku, bukankah baru saja kau menanyakan siapa nama namanya?!" ucap Taehyung dengan nada sedikit emosi.

Jeno membalasnya dengan mengangguk beserta bibirnya yang membentuk huruf 'O'.

"Sekarang diam, aku ingin mendapatkan ketenangan saat melihat keadaan Yuji."

ucapan Taehyung barusan langsung mendapat anggukan semangat dari Jeno,

"SIAP KAK!"

"BERISIK!"

"M-MAAF, KAK."

VERSATILE MAN

"Kamu ingin berkeliling sebentar sebelum aku mengantarkan dirimu pulang, Cha Jennie?" ucap Eunwoo sembari memberikan candaan kepada Jennie saat dirinya menyetir.

"Fokuslah pada setir dan jalurmu, Eunwoo. Aku tidak ingin terluka karena ketidakdisiplinan-mu saat berkendara." balas Jennie dengan datar.

Eunwoo menyeringai singkat, lalu menatap Jennie. Wanita yang sedang di tatap itu baru saja meliriknya sekilas kearah pria disebelahnya.

"Eunwoo! Perhatikan jalurmu!" pekik Jennie, dirinya mulai khawatir karena Eunwoo yang sedang menyetir dengan menantang bahaya.

"Ya, saat ini aku sedang memperhatikan jalurku." balas Eunwoo dengan tersenyum, lalu pandangannya kembali pada jalur yang sedang dia lalui.

Setelah mendapatkan senam jantung karena ulah pria di sebelahnya, kini Jennie bisa kembali bernafas dengan normal.  "Kau ingin membuat kita berdua terbunuh, Eunwoo?!" ucap Jennie, Eunwoo menyeringai lagi.

"Tidak, namun karena ada kamu di sisiku, aku mulai setuju dengan perkataanmu tadi, Kim Jennie." balas Eunwoo yang membuat Jennie menatap ke arahnya dengan tajam.

"Jangan bercanda, aku tidak mau! Kalau kau mau mati, silahkan sendiri saja!" ucap Jennie dengan rasa kekesalannya karena sudah di ejek Eunwoo.

Eunwoo yang mendapat ocehan itu hanya menyeringai senang, dirinya benar-benar menyukai Jennie meskipun dalam keadaan marah sekalipun.

"Aku sedang tidak ingin bercanda, jadi diamlah dan fokus pada setirmu!" ucap Jennie memekik.

Lagi-lagi, Eunwoo menyeringai. "Lagi pula, sejak kapan kau bisa di ajak bercanda, Jennie Kim? Bahkan dengan perjodohan ini, kamu tidak serius menerimanya, bukan?"

Ucapan dari Eunwoo barusan membuatnya terdiam, kemudian Jennie membuang pandangannya ke arah luar jendela di sebelahnya.

Mendengar pernyataan Eunwoo tadi membuat dirinya tidak mau berbicara lagi, seakan-akan penyataan tadi membuat dia menjadi Skakmat seperti dalam permainan Catur.

"Baiklah, kalau begitu, pemberhentian hari ini adalah rumahmu, Nona Jennie." ucap Eunwoo yang bernada seperti Supir Pribadi.

Setelah tidak mendapat respon dari Wanita di sebelahnya, pandangannya kini hanya fokus terhadap setir mobil yang sedang ia kendalikan.


Sesampainya tiba di kediaman Jennie, Wanita itu langsung melepas seat beltnya dan keluar dari mobil Eunwoo dengan cepat tanpa mengucapkan sepatah katapun dari dalam mulutnya.

Melihat sikap Jennie yang acuh, membuat Eunwoo semakin tertarik untuk mendapatkan hatinya yang kini sudah mengeras seperti batu yang tertutup lahar. Benar-benar keras dan susah untuk di lunakkan.

Setelah itu Eunwoo kembali melajukan kendaraannya dan mulai keluar dari pekarangan rumah Jennie, sampai mobil Eunwoo tersebut sudah tidak terlihat dari pandangannya yang sedari tadi sedang mengintip dari sebilah kain yang menutupi jendelanya.

Kemudian Jennie melangkahkan kakinya kembali untuk segera melakukan aktivitasnya dirumah. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini, itu terserah kepadanya.

VERSATILE MAN

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VERSATILE MAN | TAENNIEWhere stories live. Discover now