21. Mari Berkencan

960 58 0
                                    

Karina tidak dapat melepaskan senyuman di bibirnya tatkala dirinya mengingat kembali reka kejadian di restoran tadi malam kala Haechan melamar Giselle.

Giselle tampak begitu menikmati waktunya dalam perasaan senang bersama Haechan, membuat Karina selaku temannya merasa ikut bahagia kala melihat pemandangan itu.

Setelah menghabiskan makan malamnya, Karina dan Jeno pergi terlebih dahulu meninggalkan Giselle dan Haechan, sengaja membiarkan kedua sejoli itu menikmati waktu berdua. Dan seperti biasa, Jeno mengantarkan Karina ke apartemennya seperti hari-hari sebelumnya.

Pun kala mobil hitam milik Jeno berpijak dan berhenti tepat di depan gedung apartemen Karina, Karina segera bersiap untuk melepaskan seatbelt yang sedari tadi mengungkung dirinya. Namun, gerakan Karina terhenti saat Jeno memanggil namanya.

"Karina ..."

Karina mengalihkan pandangannya ke arah Jeno yang kini sebagian wajahnya tidak terlihat jelas akibat pencahayaan lampu yang tidak sepenuhnya mengarah ke laki-laki itu, tetapi Karina dapat menangkap bibir tebal Jeno yang terbuka dan bergerak untuk mengucapkan sekadar beberapa kata.

"Apa kamu sudah memiliki rencana besok?"

Deg.

Karina dapat merasakan jantungnya berdegup kencang saat mendengar pertanyaan yang kelua dari mulut Jeno.

"B-belum ada, Pak. Kenapa?" Karina berusaha menahan debaran jantungnya, dan juga ia tidak ingin terlihat tersenyum saat mendapati pertanyaan yang datang dari Jeno.

Tentu Karina tahu ke arah mana Jeno akan membawa percakapan ini, tetapi Karina harus tetap bersikap tenang dan tidak gegabah.

"Sudah kubilang, bukan? Kamu harus memanggil namaku saat kita berdua saja, Karina."

Wajah Karina seketika memerah.

"Sekarang panggil namaku Karina."

Karina mendesah, tidak lagi bisa membantah keinginan Jeno, "Hm ... Jeno."

"Bagus." Jeno tersenyum. "Mulai sekarang kamu juga harus berbicara santai denganku."

"...."

"Bagaimana jawabanmu, Karina?"

"B-baik."

"Omong-omong, kalau kamu tidak keberatan, apa kamu bisa menemaniku ke Mall besok?"

"Mall? Untuk apa?"

"Aku ingin membelikan sesuatu untuk Arra."

Karina terdiam, merasa asing dengan nama yang disebutkan oleh Jeno. Arra? Siapa dia? Seperti nama perempuan, dan tak asing bagi Karina?

Sementara itu, Jeno yang melihat Karina terdiam pun melanjutkan ucapannya, "Aku tahu ini bukan kewajibanmu, Karina. Tetapi, aku hanya bingung, karena tidak tahu harus membelikan hadiah apa untuk anakku."

A-anak? Anak!

Oh iya, Karina sekarang ingat pernah mendengar nama Arra sebelumnya.

Tentu saja untuk anaknya.

Tanpa sadar Karina mengembuskan napas lega setelah mendengar penjelasan Jeno, membuat Jeno yang mendengarnya pun merasa bingung.

"Apa permintaanku terlalu berlebihan untukmu sampai kamu mengembuskan napas seperti itu, Karina?"

"Tidak!" Seru Karina spontan.

Karina tidak ingin Jeno melihat dirinya merasa terbebani karena permintaan Jeno, tetapi di satu sisi Karina tidak ingin jujur mengenai apa yang dipikirkannya barusan. Mana mungkin Karina jujur bahwa dia sempat cemburu pada sosok Arra, yang ternyata anak Jeno, bukan?

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now