11. Makan Siang dengan Direktur Wang

757 69 5
                                    

Disclaimer: part ini mungkin tidak akan nyaman bagi beberapa orang karena beberapa kata yang menyinggung seksualitas, mohon untuk kebijaksanaan dari para pembaca, terima kasih.

***

Setelah mendapatkan notifikasi pesan dari Jisung, Jeno dan Karina berangkat menuju restoran yang dituju sekaligus pulang setelah menyelesaikan dinas mereka. Karina di tempatnya tampak gelisah, kakinya bergerak---menendang kecil, hal ini tentu tak luput dari penglihatan Jeno.

Jeno yang tampak tenang sedari tadi nyatanya selalu mengawasi gerak-gerik Karina, mulai dari saat gadis itu membaca pesan Jisung sampai gadis itu berada di dalam mobil bersamanya. Tampak Karina resah karena sesuatu, apakah pengaruh Jisung sebegitu besarnya pada Karina sampai membuat Karina gelisah seperti itu? Jeno sama sekali tidak tahu hal itu.

"Tenang saja," Ujar Jeno yang berhasil menarik perhatian Karina. Gadis itu mengerjapkan matanya saat mendengar perkataan Jeno---tidak mengerti maksud dari kata-kata laki-laki itu.

Karina ingin menanyakan maksud dari perkataan Jeno, tetapi Jeno kembali berujar, "Aku akan mengamatinya lebih jauh lagi. Kamu hanya perlu duduk dan tenang saja. Tunggu aba-aba dariku. Jangan gegabah."

Melihat Karina hari ini membuat Jeno semakin yakin dengan keputusannya; bahwa Jeno harus mencari tahu mengenai Jisung lebih jauh lagi dan memastikan apakah Jisung pantas bersanding dengan Karina atau tidak? Ya, dia harus melakukannya. Karina harus mendapatkan yang terbaik, bukan? Kalau Jisung tidak baik, maka Jeno tidak akan mungkin melepaskan Karina kepadanya.

Ya, Jeno memang bos yang terbaik.

Sementara itu, sama seperti Jeno yang terdampar di dunianya sendiri, Karina pun juga begitu. Alarm internal dalam dirinya berbunyi dengan kencang, senada dengan jantungnya yang hampir melompat keluar dari rongga dadanya.

Jiwa dalam diri Karina berteriak, meski dirinya memasang wajah yang tersenyum, Karina setengah mati mengutuk Jeno dalam hatinya karena Jeno terlihat tampak tenang setelah mengucapkan beberapa kata bermakna ambigu. Karina tidak mengerti arti perkataan Jeno sebenarnya, laki-laki itu terus mengatakan perkataan yang bermakna ganda yang membuat keringat dingin mengucur di sekujur tubuh Karina.

Apa lagi ini, Tuhan? Tunggu aba-aba darinya? Benar-benar hubungan ini akan keluar dari jalurnya karena Karina menyinggung anak Jeno kemarin?

Bagaimana ini?

Apakah Karina harus menerima Jeno saat Jeno melamarnya akhir minggu nanti?

Bagaimana upacara pernikahan mereka nanti? Apakah dilaksanakan akhir bulan ini? Di mana mereka akan melaksanakan bulan madu?

Kira-kira berapa anak yang cukup untuk keluarga mereka?

Satu? Dua? Sebelas?

Senyum tak tertahan muncul di bibir Karina aat pikiran-pikiran itu muncul dalam benaknya sampai ia tak menyadari bahwa kini mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Jeno yang melihat Karina tersenyum-senyum sendiri pun mengangkat sebelah alisnya. Benar-benar dampak Jisung pada Karina. Hal itu membuat Jeno teringat kejadian tadi malam, inisiatifnya membocorkan sedikit hubungannya dengan Karina pada Jisung tentu akan berpengaruh pada penilaian Jisung terhadap Karina.

Apakah tadi malam Jeno sedikit berlebihan pada Karina kalau Karina memang akhirnya akan bersama Jisung?

Jeno menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan pikiran bodohnya. Kejujuran adalah tahap awal dari sebuah hubungan, tentu Jisung harus tahu kalau Karina memang masih terikat dengan Jeno hingga saat ini sebelum menjalin hubungan dengannya. Ya, perbuatan Jeno tadi malam sama sekali tidak salah.

"Sampai kapan kamu akan tersenyum sendiri, Karina? Sekarang ini kita sudah sampai."

Suara Jeno berhasil menarik Karina dari lamunannya. Tampak Karina malu saat Jeno menangkap basah dirinya sedang melamun. Apa yang dipikirkan Jeno saat melihat Karina melamun tadi?

Karina segera mengikuti Jeno masuk ke dalam restoran bernuansa Jepang yang saat ini menjadi tempat pertemuan mereka. Suasana yang estetik dengan pencahayaan yang temaram memberikan kesan hangat, sontak membuat Karina berdecak kagum dalam hati. Restoran ini memberikan kesan tenang dan anggun dalam satu waktu.

Pramuniaga restoran yang menuntun Jeno dan Karina menuju meja pesanan Direktur Wang saat ini tengah membuka pintu geser di depan mereka bertiga dan mempersilakan Jeno dan Karina masuk ke dalam.

Penampakan yang pertama kali Karina lihat adalah Jisung yang menyapa Jeno dan Karina secara formal serta Direktur Wang yang tertawa sumringah melihat kedatangan Jeno dan Karina.

Karina membalas sapaan Jisung sekaligus memberikan salam hormat kepada Direktur Wang. Setelah Direktur Wang mempersilakan Karina dan Jeno duduk, mereka duduk dalam waktu bersamaan dan Karina dapat melihat sajian makan yang disuguhkan siang itu. Benar-benar mewah dan begitu melimpah.

"Maaf apabila kami terlambat, Direktur Wang," Ujar Jeno membuka percakapan.

Direktur Wang membalas ucapan Jeno sembari tertawa renyah, "Itu sudah wajar bagi Direktur Lee, bukankah Direktur Lee adalah orang yang memiliki banyak jadwal hari ini? Bukankah seharusnya kami yang meminta maaf karena mengganggu waktu berharga Direktur Lee?"

Setelah berbasa-basi sebentar, percakapan berganti ke topik bahasan yang lebih berat mengenai urusan bisnis dan rencana kerja sama di masa depan. Baik Karina dan Jisung selaku sekretaris hanya menyimak perbincangan kedua bos mereka sembari menyantap santapan mereka.

Hampir satu jam Jeno dan Direktur Wang bergelut dalam perbincangan bisnis, topik pembicaraan beralih saat Direktur Wang melirik ke arah Karina. Senyum lebar tercetak pada bibir tua Direktur Wang.

"Seperti kata orang-orang, sekretaris yang dimiliki Direktur Lee memang anggun dan beretika. Semua orang tampaknya sangat menyukai Sekretaris Yoo."

Karina yang menjadi topik pembicaraan kala itu pun tersenyum ke arah Direktur Wang, "Terima kasih atas pujiannya, Pak," Balas Karina terhadap pujian yang diberikan Direktur Wang.

Direktur Wang kemudian mengalihkan perhatiannya pada Jisung, "Dibandingkan sekretarisku, melihat Sekretaris Yoo lebih baik bagiku. Sekretaris wanita memang hal terbaik yang dimiliki setiap bos. Sekretaris adalah seseorang yang melayani bosnya, tetapi apabila dilayani dengan sesama jenis rasanya tak menyenangkan sama sekali, berbeda kalau dilayani dengan wanita. Penampilan, tubuh, dan aroma wanita sangat berbeda dengan laki-laki," Ujar Direktur Wang diselingi tawa.

"Tak heran apabila terkadang kita mendengar beberapa kasus bahwa Sekretaris wanita tidak hanya melayani bos di jam kerjanya saja, tetapi di luar jam kerja juga."

Karina yang mendengar hal itu pun menundukkan kepalanya. Tangannya menggenggam erat alat makan yang berada di tangannya. Pipinya memanas, merasa malu dengan kata-kata Direktur Wang yang terdengar melecehkannya, tetapi itu adalah kenyataan yang dialami Karina saat ini. Hubungannya dengan Jeno, bukankah memang seperti itu?

Sekali dengar saja, Karina dapat menarik satu kata untuk itu.

Menjijikkan.

Detik itu Karina merasa seluruh dirinya kotor dan menjijikkan. Ia tidak dapat menyanggah statemen yang diberikan Direktur Wang karena ia adalah bagian kecil dari permainan kotor itu. Akan tetapi, ia tidak ingin mengaminkan perkataan Direktur Wang karena dia tahu teman-temannya yang lain juga menjaga profesionalitas mereka.

Karina benar-benar sangat menjijikkan bukan?

Dia bahkan tidak bisa membuka mulut untuk menyangkal hal itu.

"Maaf, apa kata Anda barusan, Direktur Wang?"

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now