16. Semangat Giselle

733 52 0
                                    

Keesokan harinya.

Karina sama sekali tidak menemukan keberadaan Giselle di apartemen mereka. Meski begitu, Karina tahu bahwa Giselle semalam pulang ke apartemen mereka karena pagi ini masih tersisa jejak yang ditinggalkan gadis cantik itu, tetapi Karina tidak tahu tepatnya kapan Giselle pulang atau kapan Giselle pergi untuk berangkat bekerja.

Karina berusaha untuk tidak menghiraukan kekhawatiran mengenai Giselle yang kini bersarang dalam pikirannya, ia pun memutuskan untuk mengenakan sepatu hak tingginya dan berangkat kerja. Bagaimanapun juga, Karina yakin bahwa ia pasti akan bertemu dengan Giselle di tempat kerja nanti.

Dan benar saja.

Karina bertemu dengan Giselle di tempat kerjanya. Meski sempat melewatkan beberapa waktu untuk mengobrol dengan Giselle, Karina akhirnya berhasil berbicara empat mata dengan Giselle.

Tidak bisa juga dikatakan 'berbincang' karena Giselle masih membungkam mulutnya selama Karina berusaha berbicara dengannya. Justru yang dilakukan Giselle sedari tadi hanyalah mengacak-acak santapannya tanpa minat.

Kebingungan dengan keadaan di hadapannya, tanpa sengaja mata Karina malah bersitatap dengan Jeno yang baru saja memasuki area kantin kantor. Sontak sercecah harapan muncul di depan mata Karina saat ia melihat keberadaan Jeno.

Tentu saja Karina masih mengingat bagaimana semangatnya Giselle setiap Giselle melihat dan membahas mengenai Jeno bersama Karina, bahkan Giselle juga mendeklarasikan bahwa topik mengenai Jeno berada di atas segala prioritasnya, melebihi Haechan sang kekasih.

"Eh, Gi ..."

"Hm ..."

Karina meneguk ludah saat menemukan reaksi dingin dari Giselle, tapi di satu sisi ia juga menjadi kikuk kala mendapati Jeno kini tengah tersenyum ke arahnya. Oh ini tidak baik, sangat tidak baik untuk dirinya.

Ini sih yang disebut sama penyiksaan.

Tak menyerah, Karina kembali ke niatan awalnya, berusaha mengalihkan perhatian Giselle dengan membahas Jeno.

"Eh, Gi, liat deh, masa Pak Jeno lagi senyum ke arah sini. Gila ganteng banget, ya. Sayang kalo enggak diliat."

Berhasil.

Perkataan Karina sukses menarik perhatian Giselle. Giselle, gadis itu, kini mengalihkan pandangan tak penuh minatnya dari makanan, lalu menoleh ke arah Jeno.

Beruntungnya, Jeno juga kooperatif, ia ikut tersenyum ke arah Giselle. Tapi, anehnya Giselle sama sekali tak tertarik dan segera mengalihkan pandangannya, kemudian mengambil ancang-ancang pergi.

"Eh, lu mau kemana, Gi? Udah selesai liatin Pak Jeno-nya?"

"Udah," Jawab Giselle sekadarnya.

"Ganteng banget, ya?"

"Iya."

"Gi ..."

"Sorry, Rin. Gua balik duluan, ya, kerjaan gua ada yang belum selesai."

Mendengar hal itu tentu saja Karina tak lagi dapat berkata-kata. Nyatanya efek Jeno terhadap Giselle sudah memudar, atau mungkin saja masalahnya lebih besar dari apa yang dikira Karina.

Karina membiarkan Giselle kabur dan menyisakan dirinya seorang diri. Karina masih berkutat dengan pikirannya, ia mencoba mengembalikan kondisi temannya itu seperti dulu.

Sementara itu, tanpa Karina sadari, Jeno di tempatnya sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Karina--- ia sibuk mengamati gerak-gerik Karina sedari tadi.

***

Seperti tadi siang, Giselle benar-benar tampak tak memiliki gairah hidup. Hal ini tentu mengkhawatirkan bagi Karina yang merupakan teman dekatnya, tetapi setiap Karina mencoba membuka pembicaraan, Giselle memilih menutupnya secara terburu-buru dan berlalu pergi.

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now