20. Semangat Giselle (5)

443 35 0
                                    

Giselle terkejut saat mendapati penampakan yang dilihatnya saat ini. Sebuah restoran mewah yang terpampang di depan mata.

Tentu saja penampilan restoran itu mampu membuat Giselle meneguk ludahnya sendiri karena dia yakin sekali ia melihat daftar harga makanan, dompetnya akan meronta-ronta kesakitan.

Dalam keadaan yang masih belum siap, Giselle kembali dikejutkan oleh suara pintu di sampingnya yang terbuka dan ia menemukan Jeno tengah tersenyum kepadanya.

Kalau saja Giselle tidak terikat dengan hubungannya bersama Haechan atau dia tidak tahu apa yang terjadi antara Jeno dan Karina, dia mungkin akan jatuh pada kebaikan yang diberikan Jeno dan berakhir mengejar pria tampan itu.

Siapa yang tidak tergoda dengan Lee Jeno?

Lee Jeno itu berbahaya bagi kesehatan jantung para perempuan.

Masalahnya, Jeno itu benar-benar seperti paket sempurna bagi perempuan. Tipe-tipe pria yang diinginkan kebanyakan wanita.

Mapan, tampan, dan dermawan.

Giselle lantas turun dari mobil Jeno sembari merutuk dalam hati saat ia melihat kembali penampakan restoran di depannya.

Kalau saja Giselle tahu malam ini dia akan dibawa ke restoran mewah, tentu Giselle akan membenarkan penampilannya agar sedikit lebih baik, yang pasti dia tentu tidak ingin tampil apa adanya seperti ini.

Berantakan dengan muka yang lesuh serta pakaian yang lecek sehabis bekerja seharian.

Ini begitu mendadak.

"Apa Karina yang membuat rencana ini?" Tebak Giselle yang hanya ditanggapi senyuman oleh Jeno.

Meski tidak mendapat jawaban pasti, Giselle tentu tahu siapa dalang dari semua ini. Ya, Karina.

Giselle pun menggerutu. "Ya ampun, Karina. Harusnya tadi malam lu ngode apa kek ke gua, jadi gua engga malu-maluin banget."

Meski dongkol, Giselle sebenarnya merasa senang. Dia berusaha menyembunyikan rasa panas di kedua pipinya saat teringat Karina. Karina itu benar-benar sangat pengertian dan perhatian padanya.

Melupakan rasa kesalnya, Giselle pun mengekori Jeno ke meja yang sudah dipesan oleh Jeno. Jeno menarik sedikit kursi dan mempersilakan Giselle untuk duduk.

"Terima kasih, Pak."

Setelahnya, pelayan menghampiri keduanya. Pelayan mencatat pesanan mereka dan beranjak pergi meninggalkan Jeno dan Giselle.

Sepeninggalan pelayan, baik Giselle dan Jeno, keduanya disibukkan oleh pikiran mereka masing-masing. Giselle yang tidak mau terlalu terlarut dalam pikirannya pun akhirnya membuka suara.

"Restoran di sini mahal sekali lho, Pak. Bapak yang bayar semuanya, kan?" Giselle sengaja melemparkan candaan untuk mencairkan suasana. Tanpa berbicara seperti itu pun Giselle tahu bahwa Jeno lah yang akan membayarkan makan malam ini.

"Makanlah sepuas hatimu, Giselle. Karena malam ini, aku ingin membahagiakan dirimu."

Cheesy, tapi anehnya Giselle tidak merasa geli dengan ucapan Jeno, justru ia tersenyum, merasa bangga karena sosok yang dikaguminya itu berbuat hal seperti ini. Giselle mungkin tidak akan mendapatkan semua ini apabila bukan karena Karina.

Sementara itu, pandangan Jeno beredar dan dari jauh dia menemukan sosok yang ia kenal. Mengetahui bahwa ini "tanda"nya. Jeno memutuskan untuk memberikan ruang bagi sepasang kekasih itu menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Aku akan permisi dulu ke toilet," Ujar Jeno dengan nada yang kaku, membuat Giselle tidak kuasa menahan senyumnya. Giselle tentu mengerti apa yang ingin dilakukan Jeno.

"Baik, Pak," Balas Giselle.

Jeno kemudian bangkit dari tempat duduknya, tetapi sebelum ia beranjak pergi meninggalkan Giselle, Giselle terlebih dahulu menahannya.

"Terima kasih, Pak," Ujar Giselle. "Sampaikan juga rasa terima kasihku pada Karina."

Jeno hanya tersenyum, "Baiklah, tapi bukankah lebih memuaskan apabila kita menyampaikan semuanya sendiri?"

Giselle mengangguk. "Baiklah, akan kusimpan nasehat itu baik-baik."

Setelah kepergian Jeno, makanan yang dipesan oleh Giselle dan Jeno pun ditata di atas meja. Giselle menunggu kehadiran Jeno; dia mengecek jam dan ponselnya beberapa kali secara bergantian, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyantap makanannya seorang diri.

Sementara itu, Jeno menghampiri Karina yang sedang mengamati Giselle dari jauh.

"Karina," Panggil Jeno.

"Ssst!"

Penampilan Karina yang mengendap-endap seperti pencuri itu membuat Jeno mengukir senyum di bibirnya. Untuk apa kamu melakukan hal seperti itu ketika kamu sendiri membuat rencana ini secara jelas, Karina?

Jeno ikut bergabung, bersembunyi di belakang pohon kecil yang dibuat sengaja menghiasi restoran. Beberapa pelayan yang melewati mereka pun menatap aneh, tetapi Jeno melambaikan tangannya---memberi tanda bahwa bertindaklah seperti orang yang tidak tahu saja.

Setelah memastikan bahwa pelayan mengikuti keinginannya, Jeno kemudian mengalihkan pandangannya ke Karina. Tampak Karina sedang mengamati Giselle, membuat Jeno tersenyum ke arahnya.

Kenapa saat ini Karina terlihat begitu menggemaskan?

"Oh, oh, lihat itu! Haechan sudah datang ke tempat Giselle!"

Mendengar hal itu, sontak Jeno memfokuskan pandangannya pada meja yang beberapa menit lalu ditinggalkanmya itu. Dan benar saja kata Karina, Haechan datang menghampiri Giselle.

Giselle yang sedang menyantap makanannya tampak tidak terkejut ---karena dia sudah memperkirakan bahwa ini akan terjadi---, namun hal itu tak berlaku dalam waktu lama sampai saatnya Haechan bersimpuh di dekat Giselle.

Melihat pemandangan itu, Jeno menepukkan tangannya kecil dan para pelayan segera menghampiri meja Giselle membawa kue dan bunga. Giselle yang melihat hal itu pun bangkit dari tempat duduknya sembari menutup mulutnya, terkejut dengan keadaan yang begitu tiba-tiba.

Hal itu pun juga terjadi pada Karina. Gadis itu heboh sendiri dengan kejutan yang diberikan Haechan---yang di luar rencananya.

"Woah! Apa-apaan itu! Kenapa Haechan tidak bilang bahwa dia akan melamar Giselle malam ini?" Meski kata-katanya terkesan kesal, tetapi sebenarnya Karina justru merasa bahagia dengan kejutan ini. Dia tidak menyangka bahwa malam ini adalah momen yang membahagiakan.

Dari kejauhan, Karina tidak dapat mendengar apa yang sedang dikatakan Giselle dan Haechan, tapi melihat gelagat mereka berdua terasa cukup bagi Karina. Dan saat Giselle mengangguk serta menangis terharu, Haechan berdiri dan memasang cincin di jari manis Giselle, kemudian memeluk Giselle.

Karina yang tahu bahwa hal itu merupakan hal yang positif pun bersorak, "Ha! Giselle menerima lamaran Haechan, Pak!"

Jeno yang melihat antusias Karina pun tak tahan untuk tidak tersenyum.

"Mari kita biarkan mereka menghabiskan waktu mereka berdua."

Karina mengangguk, setuju dengan perkataan Jeno.

"Karena mereka sudah mendapatkan akhir bahagia mereka berdua, bagaimana kalau kita makan malam sebagai penghargaan atas perjuangan kita?"

Karina menoleh ke arah Jeno, pendar di matanya tampak begitu berkilauan ---menampakkan perasaan bahagia yang tiada tara. "Benar, Pak? Kita akan makan di sini?"

"Tentu saja. Mari ikuti aku."

Jeno menuntun Karina menuju meja yang lumayan jauh dari jangkauan Giselle dan Haechan. Begitu Jeno dan Karina duduk di tempatnya, pelayan segera menaruh makanan di sana.

Karina yang melihat hal itu dengan tatapan riang. "Aku tidak menyangka bahwa Bapak sudah mempersiapkan ini juga."

"Tentu saja. Kita juga harus menikmati waktu kita. Jadi, semangatlah, Karina, dan terima kasih."

"Terima kasih atas makanannya!"

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATOnde histórias criam vida. Descubra agora