5. Bagaimana Ini, Giselle?

1.7K 111 5
                                    

"Jadi, tadi itu apa?"

Gosip, berita murahan, desas-desus memang santapan terbaik bagi lidah setiap para perempuan. Sebab dengan hal itu, mereka yang bergosip merasa dirinya superior apabila dibandingkan dengan orang yang digosipkan. Mereka merasa lebih baik, lebih sempurna, lebih-lebih lainnya apabila dibandingkan dengan orang yang digosipkan.

Namun, ada beberapa orang yang ikut masuk ke dalam rombongan penggosip karena mereka terlalu haus akan pengetahuan. Seakan tak cukup membaca buku pelajaran yang membosankan, mengetahui kehidupan pribadi seseorang nyatanya lebih meredakan rasa haus mereka.

Seperti Giselle ini, lagi-lagi dia berusaha mendapatkan berita panas mengenai Direktur Muda mereka dari sang biang onar ---Karina. Pasalnya apa yang disaksikannya pagi ini begitu panas, saking panasnya, hal itu melewati perdebatan panasnya dengan Haechan tadi malam.

Karina yakin Giselle bahkan tak lagi ingat siapa itu Haechan baginya apabila pembicaraan sudah menyangkut mengenai Jeno.

"Yah, seperti yang lu lihat," Karina mengambil selai stroberi di meja dan mengolesnya pada roti panggang yang disiapkan Jeno, kemudian memakannya dalam satu lahapan besar.

Karina mengernyitkan alisnya saat lidahnya mencecap rasa renyah roti itu---saking renyahnya sampai Karina hanya merasakan rasa pahit di sana.

"Apaan ni? Ini roti panggang apa roti gosong?" Komentar Giselle mewakili isi pikiran Karina.

"Yah, setidaknya dari roti ini kita jadi bisa gambil hikmahnya kalo Pak Jeno itu sebenernya masih manusia yang masih ada kurang-kurangnya," Timpal Karina. Lagi, ia memakan rotinya. "Toh ini masih bisa dimakan," tambahnya.

Mendengar hal itu, Giselle menampakkan wajah mengernyit, tampak tak setuju dengan perkataan Karina.

"Tapi, Gi, omong-omong tentang Pak Jeno, lu tau enggak ..."

"Hm?"

"... kalo Pak Jeno udah punya anak?"

"Anak? Kayaknya gua pernah denger deh. Kalau enggak salah ya ...."

***

"Papa!"

Suara imut itu terdengar mengudara kala Jeno menjajakkan kakinya di perkarangan rumahnya. Senyum Jeno melebar saat kedua netranya menemukan penampakan gadis kecil menghampirinya dengan kaki mungilnya.

Melihat hal itu sontak Jeno berjongkok dan merentangkan tangannya, menangkap anak perempuan itu ke dalam pelukannya. Sang anak tertawa renyah saat Jeno menggelitik kecil perutnya sebelum mengangkatnya dalam gendongan.

"Bagaimana hari Arra kemarin?" Adalah pertanyaan yang selalu Jeno ajukan setiap harinya pada Arra ---anak perempuannya. Setiap Jeno pulang dari kantor atau pertemuan, hal yang Jeno tanyakan pada Arra adalah mengenai harinya. Jeno selalu penasaran dengan apa saja yang dilalui gadis mungilnya dan mendengarkan celoteh Arra merupakan hal terbaik yang pernah ada.

"Tadi malam saat Papa enggak pulang, Arra tidur sama Nenek."

Jeno berpura-pura mengernyitkan dahinya. "Kenapa Arra tidur sama Nenek tadi malam? Arra bukannya udah bisa tidur sendiri ya?"

"Sini Papa, Arra bisikkan," Arra melambaikan tangannya, memberi pertanda untuk Jeno supaya mendekatkan telinganya ke arah Arra. "Ini hanya Arra ceritakan pada Papa, jadi Papa tidak boleh mengatakannya pada siapapun. Janji?"

Jeno terkekeh mendengar perkataan putri kecilnya. "Janji, Arra."

"Sebenarnya di bawah kolong kasur Arra ada monster ompong yang mengerikan, Papa. Arra takut sekali."

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATOù les histoires vivent. Découvrez maintenant