0. Bos dan Sekretarisnya

4.7K 220 5
                                    

Karina terkekeh saat ia melihat penampilan Jeno saat ini. Kerapihan yang biasanya tersemat manis dalam diri Jeno kini perlahan mulai kehilangan eksistensinya. Rambut Jeno yang biasa dibuat klimis dan menampakkan seluruh kening tampan laki-laki itu juga telah terjatuh dan terbelah dua, membentuk poni yang hanya memberikan sedikit celah pada kening mulus Jeno untuk mengintip.

Sementara itu, jas tebal yang biasa membungkus tubuh Jeno sudah pergi entah kemana, hanya menyisakan kemeja putih yang dibalut rompi hitam dan dasi yang mengikat leher Jeno.

Pun Karina yang terduduk santai di sofa panjang di ruangan Jeno hanya terkekeh saat menemukan Jeno bergerak mendekat dengan senyum menggoda khas laki-laki itu. Posisi tubuh Karina yang lebih rendah dari tubuh Jeno tak menyurutkan niatannya untuk menggoda sang bos.

Jari-jemari lentik Karina dengan lincah menarik dasi hitam bergaris milik Jeno, guna mempersempit jarak di antara mereka, membuat Jeno tertarik dan mengukung Karina di bawah pelukannya.

Keduanya sama-sama tersenyum. Senyum yang memiliki jutaan arti.

Satu tangan Karina yang lain pun ia gunakan untuk mengusap sebelah kiri sisi wajah Jeno. Mata Karina menelisik keseluruhan rupa Jeno, bagaimana mata monolid Jeno yang tajam itu menatapnya lembut, hidung mancung Jeno yang begitu sempurna, dan terakhir... Bibir laki-laki itu.

Karina meneguk ludahnya saat matanya terpaku pada bibir merah nan tebal milik Jeno. Ia dan Jeno sama-sama tahu apa yang mereka butuhkan saat ini.

Sentuhan.

Mereka sama-sama membutuhkan sentuhan satu sama lain, dan berkobar dalam gelora yang menggairahkan.

"Sudah puas menatapku?"

Karina mengalihkan pandangannya dari bibir Jeno saat Jeno berusaha menyadarkannya dari lamunan dengan suara berat laki-laki itu.

"Kalau sudah, boleh aku mendapatkan bagianku sekarang, Karina?"

Kedua tangan Jeno sedari tadi bertumpu pada sofa perlahan mulai bergerak meraih tengkuk Karina, mengunci gerakan gadis itu. "Kamu tidak tahu 'kan betapa aku merindukanmu, Karina?"

"Saya tidak tahu, Pak, dan saat ini saya penasaran seberapa besar rasa rindu Bapak pada Saya." Karina berujar dengan nada rendah, "Keluarkan rasa rindumu, Pak, kalau tidak ingin kehilangan kesempatan lagi. Sekarang atau tidak sama sekali."

Jeno tersenyum, kemudian bibirnya terbuka, meraih bibir Karina. Keduanya saling mencecap, bercumbu, mencari rasa.

Jeno mengubah posisinya, mencoba mendalami setiap hal yang ia cecap. Tapi seakan tak cukup, ia membutuhkan hal lain untuk meredam keinginannya saat ini.

Jeno menghentikan kegiatannya sebentar, menempelkan keningnya dengan milik Karina, beradu napas dengan Karina dan sedikit merasa senang saat menemukan Karina menampakkan hal yang sama dengannya.

"Karina ..." Jeno menjeda sebentar ucapannya. "... Aku ingin memilikimu. Sekarang. Malam ini juga."

Karina dapat merasakan perasaan hangat berdesir di bagian bawah perutnya. Adrenalin berpacu kencang dalam dadanya. Dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Jeno .

Dia ingin....

"Permisi, Pak... Ini data yang---Bapak inginkan."

Mungkin saja keinginannya bisa terjadi apabila tidak ada Giselle di tengah-tengah mereka.

Terkutuklah kau saat ini, Giselle.

***

SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now