23.

324 27 7
                                    

୨୧  ┈┈ °☆♡☆° ┈┈  ୨୧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







୨୧  ┈┈ °♡☆° ┈┈ ୨୧





Harfian dipukul berkali-kali oleh Delvin dengan keras tetapi ia hanya terdiam saja, tidak berani melawan lagi.

Tidak ada angin kencang atau petir apapun Harfian menangis tanpa bersuara, itu sangat menyakitkan bagi dirinya, Apakah Hidup sejahat itu baginya?

Yohan yang melihat Sang Adik menangis pun membeku ditempat, ia merasa sangat bersalah.
cuma keegoisannya yang selalu membuat dirinya untuk tidak ingin membantu Harfian.

Bahkan itu Adiknya sendiri, Adik Kandung.

Melihat Harfian menangis seperti itu membuat Dirinya mengingat kata-kata Sang Ibu sebelum meninggalkan Ia dan adik-adiknya untuk selama-lamanya.

Flashback On

"Yohan sayang...kalau Fian nangis peluk dia ya, tenangin dia, biar Fian tidak mencari Ibu lagi selama Ibu berkerja..."

"Siap Ibu! Itu sudah menjadi kewajiban Yohan untuk menjaga Adik-adik dan juga menyayanginya, apapun masalah yang akan datang, Yohan bakal terus ada disisi mereka!"

"Anak sulung Ibu paling pintar! Ibu berangkat kerja dulu ya Nak..."

"Iya Bu!"

Flashback Off

"JANGAN!" Yohan berteriak secara tidak sadar sehingga Delvin yang sedari tadi sedang memukul Harfian pun menjadi terdiam lalu menatap Sang Kakak.

"Lo napa sih?" tanya Mahesa yang ada disebelahnya ikut bingung.

"Iya ngagetin banget sih Anjir, chiki Gue terbang nih." dumel Areksa sembari melanjutkan Memakan Chikinya.

Yohan tersadar, lantas ia langsung ke kamar tanpa mengucapkan apapun.

"Arghhhh! Kenapa Harfian mulu sih dipikiran Gue!" Yohan memegang kepalanya, ia duduk di pinggir kasur, akhir-akhir ini pikirannya sangat berisik yang membuat pemuda itu tidak tenang, gelisah.

"Kenapa Gue harus mikirin anak sialan itu?"

"Gue benci sama Harfiandra..."



Promise✔️Where stories live. Discover now